#20

930 161 26
                                    

Keenam gadis Park pagi ini terlihat telah berada di teras rumah mereka dengan seragam sekolah yang telah membalut sempurna tubuh mereka, Ruka dan Pharita pun telah siap dengan stelan santai kampus mereka. Setiap pagi dan sore hari, itulah kegiatan rutin yang selalu di lakukan, bukan tanpa alasan, mereka menanti Haram dan berusaha mengajaknya untuk berangkat bersama meski seringkali mendapat penolakan tak jelas dari si anak kelima keluarga Park.

Haram tak pernah menimpali ajakan mereka dengan kata Ya atau Tidak bahkan gelengan atau anggukkan kepala saja tak pernah ia berikan, gadis itu benar-benar menutup jalan untuk mereka yang ingin menariknya kembali bersama. Tak ingatkah mereka tentang masalalu yang selalu meminta Haram untuk diam?
Haram melakukannya, diam yang berarti diam tanpa melakukan aktivitas apapun termasuk berbincang dengan mereka.

Pintu paviliun terbuka, Aurora, Chiquita dan gadis lainnya terlihat menyambut sosok si gadis jangkung dengan ekspresi wajah yang mereka tunjukkan sempurna, tersenyum lebar dengan perasaan riang kala melihat Haram berjalan menuju kearah halaman rumah.

"Selamat pagi Eonnie" Sapaan ceria berasal dari si bungsu Park, Haram tak menjawabnya, tangannya menyelipkan helai rambut ke belakang telinga, memberikan kode pada saudarinya jika ia tengah memakai earphone.

Pharita menyadari itu, ia dengan cepat berjalan ke depan dan menahan langkah Haram, si gadis menatapnya datar meski Pharita menunjukkan senyuman lebar.

"Eonnie akan mengantarmu sekolah"

Haram menautkan kedua alisnya namun dengan cepat menggeser tubuh dan melanjutkan langkah tanpa berniat menoleh kembali ke belakang. Pharita tersenyum getir kemudian berdehem dan menatap para saudarinya yang terlihat kecewa, ia memaksakan senyumannya dan mengajak mereka untuk masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi menuju sekolah.

Haram menundukkan kepalanya, kedua tangannya terkepal di dalam saku jas yang ia pakai. Gadis itu mendengar sapaan Chiquita dan ajakan Pharita namun berpura-pura tak mendengarnya seperti biasa. Ia menarik nafas panjang kemudian mempercepat langkah kala melihat bis yang akan ia naiki telah berada di posisinya.

Di dalam mobil, Ahyeon menatap kearah jalanan di sampingnya, menatap sendu wajah Haram yang terlihat tenang di dalam bis yang baru saja mereka lewati. Chiquita menggenggam tangan sang kakak dan mengusapnya lembut.

"Gwaenchana Eonnie, kita akan bisa membuat Haram Eonnie menerima kita kembali"

"Tapi bagaimana jika sudah tidak ada kata maaf yang tersisa bagi kita?" Pertanyaan sendu Aurora membuat Asa yang tengah mengemudi melirik dari spion di atas kepalanya

"Kau menyerah?"

"Ani, aku hanya merasa jika Haram Eonnie telah sangat membenci kita"

"Andwae Eonnie, Haram Eonnie tidak mungkin membenci kita. Aku tahu itu" Ujar si bungsu meski dengan keraguan, Ahyeon dan Aurora menghela nafas dan kembali menatap jalanan di kanan dan kiri mereka.

Haram turun dari bis, berjalan santai menuju gerbang sekolahnya. Tatapannya lekat pada sebuah mobil yang ia kenali yang baru saja masuk ke dalam area sekolah, ia melanjutkan langkah dan berjalan beberapa langkah di belakang keempat gadis yang memiliki ikatan darah dengannya.

Gadis itu menghentikan langkah di sudut koridor yang memisahkan gedung menengah pertama dan atas, menatap lekat pada punggung Aurora dan Chiquita hingga keduanya menghilang kemudian melanjutkan langkahnya. Meski tak pernah bersama, Haram tetap memastikan kedua adiknya masuk ke dalam kelas dengan aman, begitupun pada kedua kakaknya. Ia menatap Ahyeon dan Asa yang masuk ke dalam kelas mereka masing-masing hingga akhirnya ia kembali melanjutkan langkah untuk masuk ke dalam kelasnya sendiri.


Babymonster Rami || So Far Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang