SMA Karikatur kembali dipenuhi oleh canda tawa setelah kurang lebih satu bulan hampir lenyap tanpa suara karena libur semester genap.
Anak-anak baru tentu saja sangat bersemangat untuk hari pertama masa putih abu-abu mereka, beda dengan para sesepuh yang hari ini resmi menjadi murid tingkat akhir SMA.
Mereka -para sesepuh- beda seratus delapan puluh derajat dengan anak-anak baru. Saat anak-anak baru bersemangat menampilkan senyum dengan segala hal serba baru, anak-anak kelas tiga SMA bahkan masih menggunakan buku-buku lama, kalaupun ada yang baru itu hasil dari robekan beberapa kertas agar terlihat kosong.
Saat anak-anak baru bersemangat saling menyapa dan berkenalan satu sama lain, anak-anak tingkat akhir malah terlihat loyo memasuki kelas mereka. Saat anak-anak baru bersemangat berebutan bangku paling depan, anak-anak tingkat akhir berebut bangku paling belakang. Alasannya adalah agar bisa leluasa tidur di dalam jam pelajaran.
"Liburan kemana aja Ga?"
Merasa terpanggil, cewek bernama Jingga itu menoleh ke samping, "di rumah aja, nggak kemana-kemana."
Cowok disebelahnya mengangguk lalu menyandarkan punggung di kursi kayu yang sebenarnya sudah mulai rapuh itu.
"Kamu kenal aku nggak?" tanya cowok itu lagi.
"Kenal lah, siapa yang nggak kenal sama cowok paling banyak mantan di sekolah ini."
"Kok kamu kenal kejelekan aku sih?"
"Terus apalagi?"
Cowok itu tersenyum ke arah Jingga, "kita kan pernah satu kelompok waktu MOS dulu, ingat nggak siapa yang bantu kamu manjat dinding belakang sekolah karena telat datang hari kedua MOS?"
Jingga tersentak, wajahnya langsung berubah penuh kerutan terutama di bagian kening, itu kelihatan sekali kalau dia sedang berpikir.
"Baru ingat gue," balas Jingga sebenarnya ingin heboh karena wajah cowok disampingnya ini beda sekali dengan wajahnya yang dulu saat membantunya memanjat dinding belakang sekolah, dulu wajah cowok ini wajah-wajah anak baik-baik tapi nggak tahunya banyak mantan, "terus lo pamrih gitu?" tanya Jingga dengan wajah judes.
Cowok itu tertawa sebagai respon dari mimik wajah dan cara Jingga berbicara lalu mencubit pipi Jingga gemas, "nggak boleh suudzon."
Jingga dengan cepat menyingkirkan tangan cowok dengan mata tajam namun teduh itu, "apa sih pegang-pegang, sok kenal banget."
"Makanya ayo kenalan!" ajak cowok itu mengulurkan tangan dihadapan Jingga, "nama aku Langit Parulian, kamu bisa panggil Langit, ditambah sayang juga boleh." ujarnya mengedip.
"Najis banget sih, sana!"
"Lah kenapa ngusir? Tempat duduk aku kan emang disebelah kamu. Aku langit, kamu Jingga, dan kita sebangku. Sangat cocok kan?"
"Mati aja gue," kata Jingga pelan lalu menumpukan kepalanya diantara kedua tangan yang terlipat.
Ini baru hari pertama loh, dan Jingga sudah ingin mati saja karena teman sebangkunya.* * *
Sudah setengah jam berlalu saat bel tanda masuk sekolah berbunyi, namun sosok wali kelas yang akan membimbing mereka selama satu tahun kedepan tidak juga menampakkan tanda-tanda akan hadir. Padahal dua kelas di sebelah kanan dan kiri kelas XII IPS2 sudah sejak lama membaca doa sebelum belajar.
Jingga yang merasa nggak bisa gerak bebas karena sebangku dengan Langit dan posisinya persis di sebelah kiri dinding seakan membuat Jingga harus betah-betah saja saat Langit dan dua cowok dibangku depan mereka saling bercanda.
"Katanya yang jadi wali kelas kita tuh Ibu Luna, ini mah Ar-Rahman banget." ujar cowok berkaca mata berwajah oriental dihadapannya, yang baru Jingga ketahui ternyata namanya Brandon. Jingga memang payah kalau soal mengenal siswa-siswi SMA Karikatur, padahal sudah kelas 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa Pacar
FanfictionNggak pacaran, tapi mau marah ya marah, mau cemburu ya cemburu, mau sayang sayangan apalagi. Begitulah kelakuan seorang gadis bernama Jingga Salsabil. Jingga yang tidak terlalu peduli soal status dipertemukan dengan Langit Parulian yang ngebet bange...