Rain berhenti dari lariannya.Dia menatap sekeliling , lalu mencari posisi yang nyaman untuk duduk.
Rain bersandar di bawah sebuah pohon besar. Airmata tak kunjung berhenti membasahi pipi Rain, sampai ...
Alunan melodi yang sangat menyejukan hati terdengar jelas di telinga Rain.
Rain menatap sekeliling dan betapa terkejutnya ia saat melihat seorang cowok, sedang duduk manis sambil memetik gitar tak jauh dari tempat duduk Rain.
"Dari kapan lo disitu!?" ucap Rain dengan nada dinginnya.
Rain menyeka airmatanya dengan kasar. Mata Rain tak kunjung berhenti menatap cowok itu. Tatapan membunuh lebih tepatnya.
"Udah dari tadi." jawab cowok itu dengan ketus.
"Jadi elo liat dong waktu gue nangis?" tanya Rain
Cowok itu mengangguk.
Rain berdecak sebal sambil sesekali melirik cowok itu sesekali.
"Sam?" panggil Rain pelan tapi yakin bahwa cowok yang dipanggi Sam itu mendengarnya.
"Apa?"
"Nggak jadi deh. Gue duluan yah." ucap Rain lalu langsung berdiri meninggalkan Sam yang masih di posisinya dengan seribu pertanyaan.
-----------------
Rainbow memperhatikan sekeliling mencari seseorang.
Rain.
Dimana dia? Batin Rainbow.
Rainbow keluar kelas dan mendapati Rain yang berjalan ke arahnya.
"Rain kamu dari ma--" ucapan Rainbow terputus saat melihat Rain yang dengan cueknya berjalan melewati Rainbow.
Rainbow ingin sekali mengejar Rain, tapi entah kenapa tubuhnya tak bergerak sedikitpun.
Dia shock.
Tak pernah sekalipun Rain mengacuhkannya seperti ini.
Kamu kenapa Rain? Raibow bertanya dalam hati.
Rainbow langsung masuk di dalam kelasnya dan duduk diam sambil berpikir kejadian barusan.
Lo marah sama gue Rain? Tanya Rainbow dalam hati.
-----------
Tak terasa sudah satu jam lebih Rain beradah dalam perpustakaan.
Sesekali Rain mengusap air mata yang tak henti membasahi pipinya.
Kok jadi gue yang nangis? Ini kan salah gue. Umpat Rain dalam hati.
Ya. Memang ini semua adalah kesalahan Rain.
Rain tidak memberitahu hal yang sebenarnya pada sahabatnya, Rainbow.
Maaf Prill. Ini salah gue. Biar gue yang nanggung akibatnya. Jangan elo. Lo ngga tau apa-apa Prill. Ucap Rain dalam hati.
Dan, untuk kesekian kalinya, Rain mengusap air matanya kasar dan hendak berjalan pergi.
Sampai dia ingat satu hal.
Astaga. Gue udah bolos di pelajarannya bu lastri. Mampus gue. Rain membatin sambil menepuk jidatnya.
Bukan, bukan karna dia takut akan dihukum bu astri atau kedua orang tuanya jika mereka tau bahwa gadis sepintar Rain membolos.
Tapi, dia hanya takut jika dipermalukan di depan umum seperti yang bu astri lakukan pada siswa yang membolos.
Rain langsung berlari menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the brittles
Teen Fictionshe is the profesional fakers. mostly, faker smile. she is brittles. but, she strong.