Salah paham..

455 18 0
                                    

Pagi di kampus, Hamids sedang menunggu Gracia untuk membicarakan sesuatu hal yang sangat penting.Tidak lama Gracia pun datang.Hamids menghampiri Gracia.Meraih tangannya dan menyeretnya ke belakang kampus.

"Hamids, ada apa?Sampai kamu seret aku ke tempat ini.Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Gracia

"Maaf Gracia" maaf Hamids yang membuat Gracia mengernyitkan dahinya bingung

"Kenapa kamu meminta maaf padaku, memangnya kamu melakukan salah apa Mids..??" tanya Gracia lembut

"Kita putus, Gracia"akhirnya Hamids mengatakan apa yang ingin dibicarakan dengan Gracia

Gracia pov

Aku menatapnya dengan mata bergetar.Apa barusan dia bilang putus?Apa maksudnya...

"Kita putus, Gracia.." kata Hamids dan menggenggam tanganku erat-erat."Aku ngga sanggup ninggalin kamu, tapi aku juga ngga bisa berhubungan denganmu lagi sebagai sepasang kekasih." kata Hamids

"Aku mencintai kamu dengan tulus, tapi sementara kamu udah ngga punya perasaan apa-apa lagi ke aku." Aku diam dan masih menangis mendengar kata-katanya.

"Aku sayang kamu, tapi sebagai sahabatku.Jadi kita harus putus, karena kalau kamu terus bersamaku, hatimu akan semakin hancur dan terluka." Hamids melepas genggaman tangannya dan sekarang mengelus pipiku lembut.

" Tapi kamu janji ngga akan ninggalin aku kan."

"Aku memang ngga akan pernah ninggalin kamu, Gracia." Hamids menatap mataku lekat-lekat."Aku selalu ada disini untuk kamu.Bukan sebagai pacar, tapi sebagai sahabat atau sebagai seseorang yang akan selalu ada di saat kamu butuh.Aku ngga akan pernah bisa ninggalin kamu karena biar bagaimana pun, ada bagian tentang kamu yang akan tersimpan rapi di dalam sini." Hamids menunjuk tepat di atas jantungnya." Kamu akan selalu ada disini selamanya.Nama kamu akan selalu ada di setiap detak jantungku, Gracia.Selamanya."

Dan aku langsung memeluknya dan menangis lagi.Akhirnya kami putus, setelah semua yang telah kami lalui selama ini, akhirnya beginilah cara kami mengakhiri hubungan kami sebagai sepasang kekasih.Pelan-pelan dan dengan sangat lembut, Hamids mengusap air mata yang membasahi pipiku.Kemudian aku memeluknya semakin erat.Aku dekap dia dengan kedua tanganku.Hamids balas memelukku.

"Gracia, jangan menangis lagi." Kata Hamids lirih.

"Hamids, aku boleh minta ciuman terakhir?" Hamids melepas pelukannya dan memandangku." Please, cium aku untuk yang terakhir kalinya." Hamids mengangguk dan menciumku.Ciuman kali ini penuh dengan air mata dan rasa sakit yang menyesakkan dada.Ini ciuman terakhir dari Hamids.Aku menciumnya lembut dan tidak terburu-buru.Aku ingin menikmati ciuman terakhir ini.Aku tidak ingin melepaskan ciuman ini, karena setelah aku melepaskannya, maka aku takkan pernah bisa lagi menciumnya.Kami ciuman sangat lama, bisa dibilang ini ciuman terlama yang pernah kami lakukan.Setelah puas menciumnya, pelan-pelan aku menjauhkan bibirku dan bibirnya dan kemudian aku menangis lagi.

"Gracia, aku minta maaf."

"Sssst." Aku menaruh telunjukku di depan bibirnya." Jangan minta maaf apapun, aku ngga marah.Aku malah beruntung sekarang aku punya sahabat yang baik seperti kamu."

Aku memeluknya lagi.Seharusnya aku tidak boleh memeluknya, karena Hamids sudah bukan milikku lagi.Tapi bodo amat, aku sudah tidak bisa menahan diri untuk memeluknya.Dan ini pelukan terakhirku dengan Hamids.Aku akan merindukan masa-masa ini.

"Aku masih ingin mencintai kamu, Hamids.Tapi kamu sudah memutuskan untuk menjadi sahabatku." kataku lirih

"Kamu pasti bisa." kata Hamids." Pasti ada orang di luar sana yang bisa kamu cintai."

Kinal, Ku ingin BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang