"Sudah, tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Kita sudah baik karena menolongnya. Bersyukurlah semuanya tidak terlambat."
Jisoo mengerti dengan rasa penyesalan sepupunya ini, sedari semalam Lisa hanya tertunduk merutuki dirinya, hampir saja membuat seseorang kehilangan nyawa karena tingkah yang jika dipikir-pikir cukup konyol dan sangat ceroboh.
Nyatanya, sosok yang di pikir Lisa peri itu hanya manusia biasa seperti mereka. Dokter bilang remaja perempuan itu kemarin banyak kehilangan darah karena luka dipunggungnya yang cukup dalam dan panjang dia bahkan membutuhkan donor darah yang cukup banyak, belum lagi benturan di kepalanya yang membuat dia melantur seperti kemarin, sepertinya memang benturannya cukup keras.
Ya, akhirnya remaja yang mengaku bernama Ruka itu dibawa ke rumah sakit terdekat dengan ambulan yang di panggil, karena kemarin saat dia mencoba untuk turun dari mobil Ruka langsung terjatuh tidak sadarkan diri sampai pagi hari ini.
"Seandainya aku mendengarkan perkataan kalian, mungkin keadaannya tidak akan seburuk ini." Lisa mengusap wajahnya yang cukup sayu. Berulang kali menghembuskan nafas penyesalan.
"Sudahlah, semuanya sudah terjadi. Tadi Dokter mengatakan keadaannya mulai berangsur membaik. Kau ingin melihatnya? Hanya kau saja yang belum melihatnya sedari semalam."
"Apa tidak masalah?"
"Tentu tidak, kenapa bertanya seperti itu. Kajja."
Jisoo dengan erat merangkul Lisa, menguatkan sepupunya itu.
Jennie dan Rosé sedang di kantin rumah sakit membeli sarapan untuk mereka berempat. Orangtua mereka semua juga sudah dihubungi tadi, akan cukup buruk jika media mengendus tentang kejadian ini. Biarlah, mereka lebih mengerti untuk mengurus semua ini.
Tentu kabar itu membuat mereka terkejut, mereka mewanti-wanti agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Hanya orang tua Jisoo saja yang sedang berada di Korea dan sedang dalam perjalanan menyusul mereka, sebenarnya orangtua yang lainnya juga sedang dalam perjalanan kembali ke Korea.
Ruangan yang mereka pilih adalah VVIP disana, mau bagaimana lagi, semalam Lisa mengatakan pada dokter yang bertanya tentang hubungan korban dan mereka berempat, dan dengan sedikit terbata Lisa mengatakan jika Ruka adalah adiknya yang terjatuh dari tebing saat berlibur, bersyukurlah mereka percaya.
"Kau temani dia dulu, eoh? Unnie ingin ke kamar mandi sebentar."
"U-unnie, kau yakin?"
"Tentu, sudahlah.. Unnie sudah tidak tahan."
Lisa hanya melihat cengo kakak sepupunya yang terbirit menuju kamar mandi diruangan ini.
Menghela nafasnya, Lisa melangkahkan kakinya menuju kursi tunggu yang berada disamping ranjang, melihat dengan seksama Ruka yang masih terbaring dan belum sadarkan diri dari semalam. Lisa benar-benar merutuki kecerobohannya, bagaimana ia berpikir jika remaja perempuan ini adalah seorang Peri padahal dengan jelas perawakan tubuhnya seperti manusia biasa, bahkan dia membutuhkan donor darah. Memangnya Peri memiliki golongan darah seperti manusia? Benar kata Jisoo Unnie kemarin, sepertinya karena efek takut ia jadi melantur.
"Kamchagiya!!"
Tersadar dari lamunannya Lisa dikejutkan dengan Ruka yang sudah membuka matanya dan sedang menatapnya dengan... warna matanya berwarna hijau? Lisa mengedipkan matanya berulang kali. Ia tidak salah lihat, itu berwarna hijau.
"K-kau sudah sadar?"
Ah, Lisa merutuki pertanyaan tidak berbobotnya.
"A-apa ada yang sakit?"

KAMU SEDANG MEMBACA
wings
ФэнтезиApa yang akan kalian lakukan jika ada seseorang tergeletak di atas mobil milik kalian dengan tidak sadarkan diri? Terkejut, tentu. Berteriak, pastinya. Itulah yang terjadi dengan seorang Lalisa Alarie beserta ketiga sepupunya.