"Dengar, kau akan mengeraskan hatimu," Nyonya menatap tajam pada Jeonghan yang memandang kosong pada pemandangan di hadapannya.
Tangan keriput dari wanita tua di depannya mengoleskan gincu pada bibir Jeonghan yang pucat, mendempul luka di dada dan lehernya dengan bedak. Mengoleskan pewarna pada kelopak matanya dan menyeka air mata yang mengalir dari mata Jeonghan.
Hati Jeonghan masih lah kebas. Rasanya bagai hendak menghadapi penghakiman atas kesalahan yang bahkan tak ia ketahui apa.
Apakah keputusannya ini benar?
Apakah ia dapat mengemban tugas ini?
Kedua mata Jeonghan terpejam dan kedua tangannya meremat satu sama lain. Memantapkan hatinya, bahwa kedepannya pun ia akan diperlakukan sesuka hati seperti ini.
Hati Jeonghan sesak. Dadanya bagai meledak dan ia mengalami kesusahan untuk bernafas. Pemerkosaan adalah hal paling jahat yang dapat dilakukan oleh seseorang. Menghancurkan harga diri dan juga mental miliknya hingga kepada hembusan debu yang tak memiliki arti.
Membekas pada setiap nadinya dan bergentayangan dalam mimpinya. Membuat darahnya setiap saat mengingatkannya bahwa dirinya tak lagi berharga. Dirinya sendiri merendahkannya, hingga menunduk di hadapan orang lain, di saat itu bahkan bukan kesalahannya.
Dirinya bertingkah bagai pelaku kejahatan ketika ia adalah korban. Dirinya diadili dan dilecehkan bahkan ketika ia yang dihancurkan. Seolah itu adalah kesalahannya karena orang lain menghancurkannya. Sedangkan pelaku sama sekali tidak peduli.
Isakan tangis Jeonghan terdengar. Tangannya menggores kuat permukaan kulitnya. Melampiaskan ketidakadilan dan kesakitan yang ia alami. Bahkan tulangnya terasa retak dan remuk.
Entah sudah berapa kali ia menangis. Rasanya seberapa banyak pun ia menjatuhkan air matanya bahkan ketika ia menangis darah, tetap saja tak dapat meredakan rasa sakit yang ia tanam di dalam dirinya.
Seo Myungho mengenakan kain satin bagai mutiara yang diubah menjadi kain. Dia berdiri di belakang Jeonghan yang duduk di atas kursi kayu sederhana. Melihat bagaimana pemuda malang itu menangis sangat menyakitkan. Seo Myungho tanpa sadar menelan ludah karena tenggorokannya terasa kering, seolah dirinya ikut merasakan air mata Jeonghan.
Melihat pemuda cantik itu menangis sambil memeluk dirinya sendiri benar-benar menciptakan denyut nyeri di sudut hati Myungho yang tak ia kenali. Mata vertikal bercahaya miliknya menatap sosok Jeonghan dari belakang, sendu dan tak terbaca. Lalu tanpa sadar tangan Myungho terangkat hendak meraih punggung rapuh itu, namun tak lama ia seperti tersadar.
Tangan itu berhenti bahkan sebelum menyentuh Jeonghan, mengepal dengan kuat hingga kembali ke samping tubuhnya, tetap mengepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Flower [CheolHan]
FanfictionJeonghan adalah bunga yang jatuh dan Seungcheol memutuskan untuk memungutnya. Bunga kotor yang tak berharga itu dipahat ulang hingga mengeruk darahnya, untuk kemudian berdiri memamerkan kecantikannya. Seorang Putik yang hanya memiliki tempat di bawa...