02: hilangnya sebuah harga

606 108 27
                                    

Ruangan itu gelap dan pengap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruangan itu gelap dan pengap. Berkas-berkas cahaya menelusup dari sela-sela dinding kayu yang lapuk, menerpa wajah pucat yang terbaring di atas tumpukan jerami.

Kening halus di bawah sinar samar nampak berkeringat sementara kedua matanya terpejam menyakitkan. Nafasnya jarang dan bibirnya pucat, dadanya naik turun sangat tidak beraturan. Tubuh dengan perban di mana-mana itu bergerak tak nyaman dan terlihat memperihatinkan.

Giginya bergerak untuk menggigit bibirnya sendiri, namun terhenti dengan dimasukkannya segumpal kain ke mulutnya. Dimaksudkan untuk menahan gigi itu melukai mulut pemuda tersebut.

Seorang wanita tua dengan punggung yang bungkuk bergerak meninggalkan tubuh penuh perban itu. Membuka pintu gubuk yang reot dan menyedihkan. Menuju ke belakang bangunan rapuh itu untuk menggapai kendi berisi air yang tengah di masak di atas api panas. Tangannya yang berkeriput dengan perlahan memasukkan wadah kecil dengan gagang bambu ke dalam kendi dengan air mendidih itu dan memindahkan airnya ke dalam wadah yang lebih besar.

Kegiatan itu dilakukan beberapa kali sampai akhirnya wadah yang ia bawa hampir penuh. Sang wanita tua menutup kembali kendi yang tengah mendidih itu lalu begerak membuka pintu dengan satu tangan yang membawa air panas dalam wadah di tangannya.

Punggung tua yang hampir mencapai dadanya itu terlihat melewati dinding reot yang terbuat dari bambu lapuk. Menampakkan debu-debu beterbangan di utas cahaya yang menyelinap masuk ke dalam ruangan pengap itu.

Tanpa ekspresi berarti, wanita tua tersebut meletakkan wadah air di tangannya dan mencuci tangannya perlahan dengan air itu. Kedua telapak tangannya tampak memerah dan bergetar akibat bersentuhan dengan air mendidih itu. Uap hangat bahkan terlihat keluar dari kulit tua itu.

Kemudian, wanita itu meraih pisau dan memasukkannya ke dalam air mendidih. Membiarkan benda itu disana, sementara dia membuka perban seseorang yang sudah lemah tak berdaya. Terbaring tanpa tenaga dan dengan sumpalan kain di dalam mulutnya.

Perban-perban itu memiliki banyak bercak darah di atasnya. Dengan perlahan, sang wanita membuka perban berdarah agak kehitaman di bagian telapak kaki sang pemuda. Menampakkan luka menganga yang menakutkan dan hampir menghitam.

Sudut mata berkeriput itu terlihat menyipit sebelum meraih pisau yang telah ia rendam tadi. Dengan perlahan ia memotong kulit busuk yang sudah memiliki nanah, membuat tubuh lemah itu begerak kesakitan. Namun sang wanita memiliki tenaga yang lebih kuat sementara sang pemilik tubuh kembali terbaring tak berdaya.

Kegiatan menakutkan yaitu memotong kulit terluka yang hampir membusuk menggunakan pisau yang direndam dalam air panas.

Bau darah, busuk dan debu bercampur menjadi satu dalam ruangan reot itu. Menciptakan pemandangan menakutkan dan tak sedap dipandang mata.

***


"Dapatkah orang tua ini menemui Tuan Selir, Nyonya?"

Sudut bibir cantik dan merah menggoda itu terlihat tertarik. Menampakkan senyum cantik yang membuat kedua orang tua di depannya buru-buru menurunkan pandangan mereka.

Falling Flower [CheolHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang