Ruangan itu temaram dengan pencahayaan minim dari sebuah lilin yang menyala. Suara mendesah dan nafas yang tertahan terdengar. Bayang-bayang seorang pria yang tengah memaju mundurkan tubuhnya terlihat jelas di dinding gelap itu.
Jeonghan menahan nafasnya. Air mata berjatuhan bagai manik-manik indah di sudut matanya. Kepalanya terlempar kesamping dengan pandangan kosong.
Apakah ini adalah nasibnya? Bahkan setelah ia dilahirkan kembali, apakah ia memang tak bisa menghindari takdir ini?
Air mata menggenang sungai, kedua tangannya menggenggam kain penutup tempat tidur. Rambut panjangnya ditarik kencang hingga beberapa tercabut dari akarnya. Lalu di bawah sana, dirinya disetubuhi layaknya binatang.
Hati Jeonghan terbakar dan tersayat. Batinnya hancur dan tak ada yang dapat dirasakannya selain rasa sakit. Semunya sakit hingga tulangnya. Kerongkongannya kering bagai gurun dan perih. Keringat berjatuhan dari pori-porinya, dirinya hancur. Hancur bagai abu pembakaran. Yang tak berharga dan hanya bisa mengotori orang yang menyentuhnya.
Bibir Jeonghan digigit kuat hingga mengeluarkan cairan warna merah. Pria di depannya menyetubuhinya tanpa memikirkan dirinya. Dia mengejar kepuasannya. Jeonghan bahkan tak melihat wajah itu, dia hanya melihat bayangan di dinding dan kembali meneteskan air matanya.
Jeonghan memandang kosong akan pemandangan remang-remang itu. Pemandangan menjijikkan yang membuat air matanya kembali meleleh. Tidak ada isakan tangis, hanya ada air mata yang senantiasa mengalir.
Bahkan ketika ia tengah disetubuhi, Jeonghan tak dapat merasakan apa-apa. Kepalanya seolah kosong dan tubuhnya mati rasa.
Jeonghan tidak mengetahui berapa lama ia menjadi pelampiasan nafsu. Ia hanya sadar bahwa kini ia terduduk dengan rasa nyeri menusuk tulang dari bagian bawahnya. Jeonghan melihat sekitar yang gelap lalu tanpa menghiraukan rasa sakit di tubuhnya, pemuda itu berjalan tertatih meninggalkan ruangan menjijikkan itu.
Langit masihlah gelap dengan embun yang melayang memasuki indera penciuman dan menusuk permukaan kulit hingga ke tulang. Jeonghan hanya mengenakan selembar kain putih untuk menutupi tubuhnya yang telah rusak meskipun baru diperbaiki.
Rambut panjangnya terurai tak beraturan. Aroma menjijikkan tercium darinya. Di tengah markas para bandit itu, Jeonghan berjalan tanpa alas kaki dengan mata yang kosong. Bagai hantu yang tak memiliki raga dan tak dapat merasakan rasa sakit.
Ia berjalan hingga ke sungai, tak mempedulikan luka di telapak kakinya dan rasa dingin yang menusuk. Di antara cahaya obor remang-remang, Jeonghan benar-benar bagai hantu.
Bibirnya pucat, sudut matanya lengket dengan mata memerah. Kakinya meninggalkan jejak berdarah dan kain putih di tubuhnya ternoda oleh darah.
Jeonghan berjalan bagai menjemput malaikat pencabut nyawa. Tangan terkulai dan telapak kakinya menyentuh air sungai yang dingin. Tak ada yang dirasakan oleh Jeonghan, dia bagai orang mati. Matanya kosong dan terlihat sangat menakutkan. Bersiap untuk membersihkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Flower [CheolHan]
FanfictionJeonghan adalah bunga yang jatuh dan Seungcheol memutuskan untuk memungutnya. Bunga kotor yang tak berharga itu dipahat ulang hingga mengeruk darahnya, untuk kemudian berdiri memamerkan kecantikannya. Seorang Putik yang hanya memiliki tempat di bawa...