Bab 1

9 3 0
                                    

Jemari lentik tampak seolah tengah menari di atas tuts piano yang megah. Gaun putih yang dipakai tak dapat mengalahkan kulit seputih porselin pemiliknya. Rambut hitam panjang yang tergerai menjadikan si wanita memiliki kesan misterius yang indah. Seolah menjadi rembulan yang bersinar di gelapnya malam.

(Ting..) 

Nada terakhir di tekan. Bersamaan dengan itu, melodi Hungarian Rhapsody No. 2 yang indah selesai dimainkan.

"Kau yakin akan melakukanya?"

Entah sejak kapan, seorang pemuda berdiri di belakang bangku piano. Mungkin sedari awal musik dimainkan, atau bisa juga pemuda itu baru saja datang. Tak ada suara langkah kaki yang terdengar. Dan tidak pula gemerisik yang memberitahukan kedatangan.

Sosok berambut pirang itu biasanya memiliki kesan yang lembut. Namun kali ini, pemuda itu mempunyai pembawaan yang dingin dan kejam. Jika seseorang tidak berhati-hati, dikhawatirkan mereka akan menginjak ranjau hidup.

"Apa aku memiliki pilihan lain?"

"Itu adalah perintah nenek." jawaban terdengar dari gadis cantik pemain piano.

"Anna.."

"Jika kau mau, aku bisa.."

"Stevan!" panggilan itu memotong ucapan sang pria.

Gadis berpenampilan bak malaikat tanpa sayap itu berdiri dengan anggun. Sebelum membalikkan badanya menghadap sang pria.

Mata hitam yang gelap menatap biru laut penuh emosi. Senyum tipis mengandung duri yang menyayat hati. 

Pemandangan dari seorang wanita cantik yang tengah menatap pujaan hatinya membuat diri siapapun merasa lengah. Tidak terkecuali pemuda tampan yang kini tengah berhadapan dengan si nona cantik. 

(Tap.) 

(Tap.) 

(Tap.) 

Gadis cantik yang sebelumnya dipanggil Anna itu berjalan mendekat. Kaki rampingnya baru berhenti setelah jarak keduanya hanya dipisahkan oleh satu langkah. Seolah membuat pembatas yang seharusnya tak Ia lewati.

"Stevan.."

"Kau tahu bukan jika aku mencintaimu?" suara lembut yang jernih terdengar.

Kata-kata manis yang seharusnya membuat jantung berdebar malah membuat hati seseorang terkoyak. Mengingat jarak yang masih hadir walau hati telah lama jatuh. 

“Itu sebabnya aku tidak mau kau terluka."

"Tidak, Anna."

“Kumohon jangan begitu.” permintaan dibuat dengan ekspresi keras penuh kesakitan. 

"Mungkin aku tidak akan terbiasa dengan ketidakhadiranmu selama beberapa waktu."

"Anna."

“Cukup.”

“Jangan mengatakan apapun lagi.” dada terasa sesak dengan semakin banyaknya kata yang terdengar. 

"Meski begitu, aku tidak akan pernah melupakanmu."

"Cukup Anna!”

“Aku bilang cukup!!”

“Apa kau mau membunuhku!!” bentakan keras terucap. Mata merah yang terlihat membuat seseorang merasa buruk. 

Meski begitu, sang gadis tidak merasa gentar sedikitpun.

Sepuluh tahun.

Sudah sepuluh tahun sejak pertama kali Ia menginjakan kaki di tempat seperti neraka ini. Sepuluh tahun yang lalu, dia bertemu dengan seorang anak berambut pirang. Dan sepuluh tahun yang lalu, Ia telah kehilangan semua kebebasanya.

Berpura-pura Menjadi Teratai PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang