dari warung seberang rumah

18 3 2
                                    

"Mbak, makin cakep aja, hutang rokok ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak, makin cakep aja, hutang rokok ya."

"Kagak! Bayar dulu-WOI BOCAH!"

Yeosang mengambil sebungkus rokok dan berjalan keluar dari warung yang baru saja di rampoknya. Merogoh saku, mengambil korek, dan membakar sebatang rokok. Yeosang menghisap dalam dan menghembuskan asap rokok yang tebal.

"Gilaa ringan banget kepala gue."

Langkah kaki yeosang melambat seirama dengan banyaknya hisapan, seakan menandakan beban di kepala dan pundaknya ikut keluar berdampingan dengan asap-asap rokok dari mulutnya. Ya, seperti inilah kehidupan, tidak ada yang tau seberat apa isi kepala mahasiswa semester akhir seperti yeosang. Sudah tidak perlu mengikuti kelas dan hanya berfokus pada skripsi, tetapi entah mengapa ini menjadi part paling berat yang pernah ia alami di hidupnya.

Yeosang bukan mahasiswa yang pemalas, hanya saja ia benar-benar buntu. Skripsinya yang kemarin sudah berjalan hingga 45% tiba-tiba harus di rombak ulang seluruhnya karena salah satu teman seangkatannya sudah mengajukan sidang dengan judul skripsi yang sama persis. Menyebalkan, yeosang sangat marah dengan temannya itu tetapi ia lebih marah pada dosennya yang sudah meng-acc judul itu.

Di malam saat yeosang mengetahui hal ini, dua bungkus rokok berisikan 16 batang langsung ia habiskan dalam waktu dua jam hanya untuk membantunya mencari judul skripsi yang baru. Tidak ada gunanya bersedih, hidup harus terus berjalan, dan skripsi harus tetap diselesaikan. Tentu saja 32 batang rokok tidak habis cuma-cuma, yeosang berhasil menemukan judul baru yang keesokan paginya langsung di setujui oleh dosen pembimbing skripsinya.

Yang menjadi masalahnya kini adalah yeosang sudah tidak memiliki tenaga untuk memulai skripsinya dari awal. Ditambah beban sosial yang ia tanggung. Teman-teman seangkatannya satu-persatu wisuda, jujur saja hal ini membuat mental yeosang tertekan, terlebih jika ada yang bertanya "eh progres skripsi lo gimana, sang?", "busett kapan wisuda?", "wisuda woi kocak, ingat umur."

Diam, anjing.
Yeosang juga sedang berusaha. Yeosang bukannya hanya duduk melamun dan memakai motto hidup "biar waktu yang menjawab."

Tertekannya batin ini membuat kebiasaan merokoknya semakin meningkat. Setiap pagi, yeosang akan pergi ke warung di dekat kampusnya untuk 'berhutang' rokok dan merenungi skripsinya.

Sebelumnya yeosang sudah menjadi mahasiswa rajin, untuk sekali saja, tolong biarkan yeosang menjadi seperti mahasiswa semester akhir yang tidak berguna.

Yeosang sudah muak.

"Ck, ga ada bangku."

Yeosang berdiri tak jauh dari warung tadi, kembali menghisap rokoknya beberapa kali, dan kemudian memilih untuk pulang.

Yeosang kembali berjalan ke arah motor CBR hitam kesayangannya yang terparkir. Sebelum kemudian matanya menyadari sesuatu.

Rumah di depan warung yang sudah menjadi base camp nya itu ada yang menempati.

Yeosang bertatapan dengan seorang anak muda bersurai hitam yang secara kebetulan juga menatapnya dari dalam rumah itu.

Tidak ada apapun. Aksi tatap-tatapan itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum akhirnya si anak muda mengalihkan pandangan dan yeosang kembali fokus berjalan.

"Maba?"

to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








to be continued.

Ini gambaran perjalanan yeosang.
Kenapa yeosang jalannya belibet? Ya ga kenapa-napa, emang gitu pemikiran mahasiswa semester akhir. Biar apa di gambarin? Biarin.

Disarankan memakai background hitam untuk pengalaman membaca yang lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disarankan memakai background hitam untuk pengalaman membaca yang lebih baik.

Oct 21, 2024
(don't) let me go.

(don't) let me goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang