Keadaan di markas begitu kacau, banyak yang terluka dan bercak darah disana dan disini. Jaemin menghela nafasnya, bagaimana bisa ini semua terjadi?
"Dimana semua pelatih?" tanya Jaemin, Jeno langsung membawa mereka menuju ke ruang meeting dimana semua orang sudah menunggu disana.
Meski dengan keadaan yang belum pulih sebelumnya, Jaemin berdiri dihadapan para pelatih yang Jaemin anggap lebih kuat dan teliti daripada trainee mereka.
"Apa yang kalian lakukan selama disini?" nada Jaemin langsung naik, mata tajamnya menatap kepada semua orang yang ada diruangan itu.
"Tidak ada yang mau menjawab? Bagaimana bisa kalian membiarkan penyusup masuk?!" Jaemin mengambil pistol dari balik saku jaket Haechan.
"Aku akan membunuh kalian semua jika tidak ada yang mengaku atau memberikan petunjuk, sebelum aku yang mengetahuinya sendiri," Jaemin mulai mengarahkan pistol pada 10 pelatih didepannya bergilir dan berhenti di satu orang yang berdiri berhadapan dengan Jaemin.
Jaemin mengaktifkan pistolnya kemudian menarik pelatuk itu setelah dua menit tidak ada yang berbicara. Semua orang disana terikat perjanjian dengan Jaemin sehingga nyawa mereka bergantung pada Jaemin sampai akhir perjanjian mereka.
"Aku akan mengampuni kau jika mengaku sekarang," ucap Jaemin, masih belum ada jawaban hingga akhirnya Jaemin kembali menarik pelatuknya dan menembak dua orang sekaligus.
Hingga pintu ruangan itu dibuka oleh seseorang, Jaemin tak menoleh dan tetap mengunci pandangannya pada tujuh orang tersisa. Mark masuk dengan membawa tabletnya,
"Nomor dua dari kanan, dia." ucapan Mark membuat Jaemin langsung mengarahkan pistolnya ke orang yang dimaksud. Jaemin tidak memberikan waktu untuk menyanggah atau membuka mulut, ia langsung menarik pelatuknya saat itu juga dan orang itu mati ditempat.
"Bereskan semuanya," ucap Jaemin.
"Kita ke ruang rapat. Haechan pergi cek semuanya dan berikan laporan padaku," kepala Haechan mengangguk sebagai jawaban kemudian ia memisahkan diri dari Jaemin, Jeno, dan Mark untuk menuju ke dapur karena ingin memastikan keadaan Renjun terlebih dahulu.
Ketika Haechan sampai di dapur, ia melihat Renjun sedang duduk sambil menikmati secangkir minuman yang rupanya adalah coklat hangat.
"Renjun, bagaimana keadaanmu?" tanya Haechan, baru mendengar suara Haechan saja Renjun langsung berbalik lalu memukul lengan Haechan dengan sekuat tenaga. Walau tidak berpengaruh pada Haechan.
"Kau bilang disini aman?!" protes Renjun,
"Ya setidaknya daripada dirumah, kau lebih aman disini," jelas Haechan,
"Aku hampir mati Haechan!" Renjun berseru, lantas anak itu kemudian kembali duduk sambil menghela nafas berat,
"Ya, sepertinya kau sudah baik-baik saja. Aku harus pergi memeriksa keadaan yang lain," ujar Haechan,
"Salah satu dari mereka kabur lewat saluran udara dibelakang dapur," ucapan Renjun membuat Haechan terkejut,
"Kenapa kau tidak bilang?" Haechan agak panik,
"Tidak ada yang bertanya padaku! Jangan salahkan aku," setelah mendengar jawaban dari Renjun, Haechan berlari keluar dapur untuk ke ujung saluran udara dapur.
"Jeno, ini mendesak. Kemana ujung saluran udara dapur?" Haechan bertanya lewat in ear yang dipakainya,
"Ada diatas tentunya," Haechan berdecak mendengar jawaban Jeno,
"Satu pelaku berhasil kabur," Haechan menaiki lift untuk sampai dirooftop.
Markas mereka memang dikelilingi oleh tembok beton setinggi 50 meter, pelakunya pastinya masih berada dilahan 10.000 hektar itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous (Nahyuck) END
FanfictionJaemin ingin membalaskan dendamnya kepada orang yang telah merusak hidupnya, karena itulah ia membeli seorang hybrid dari penampungan terlarang untuk menjadikannya alat terbaik miliknya. Serta... peliharaan yang patuh. WARNING!! BXB Nahyuck Abuseme...