Dering bel di pagi hari itu membangunkan Nathan dari tidurnya.
Pria itu terkesiap dari sofa panjang. Matanya mengerjap-erjap. Mengedarkan pandangan pada garis pantai di balik kaca pembatas balkon apartemen. Termangu sesaat.
Siapa orang yang sudah mengganggu ketenangan pagi harinya, huh?
Nathan membatin. Menggeliat malas di atas sofa panjang sebelum beranjak menuju bagian dalam apartemennya.
Dering bel kembali berbunyi nyaring saat Nathan berjalan lamban untuk membukakan pintu.
"Ya, siapa?" Ia bicara pada kamera pengintai untuk mengecek tamu yang datang ke kediamannya.
"Ini aku, sayang. Caroline."
Caroline? Nathan yang sedang menguap lepas sembari mengucek-ucek mata, langsung membelalakkan mata ke arah kamera pengintai.
Terlihat pada layar kamera, sosok Caroline tengah melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu tersenyum lebar. Menunjuk-nunjuk kantong belanja yang ia bawa, seraya mendumel halus menyuruh Nathan segera membukakan pintu.
Nathan sigap membuka pintu apartemen. Jantungnya, aduh. Sudah dipastikan berdetak tak beraturan melihat kehadiran Caroline di depan bingkai pintu.
"Selamat pagi, sayanggg!!!" Gadis berambut hitam legam itu menghamburkan pelukan pada Nathan.
Nathan membeku. Napasnya memburu. Mata pria itu mengerling ke sepenjuru arah, kebingungan melihat keberadaan Caroline di bingkai pintu apartemennya.
Bagaimana bisa, heh? Bagaimana Caroline bisa hidup kembali. Apakah Nathan sedang bermimpi? Apakah ini hanya mimpi semata, tolong siapa pun di luar sana, cepat sadarkan dia sekarang juga!
"Kau kenapa, Kotik? Kenapa kau bengong begini?" Caroline ringan saja menoyor kening Nathan dengan telunjuknya, membuat pria itu mengaduh pelan mendapatkan perlakuan usil dari sang kekasih.
Toyoran itu serasa nyata sekali mengenai kening Nathan. Ia bisa merasakan kuku berhiaskan kutek berwarna nude itu mengenai keningnya.
Nathan meraba-raba bagian kening. Sentuhan itu sungguhan terasa nyata. Jadi ini sungguhan kenyataan, kah? Yang di hadapannya ini sungguhan adalah Caroline, Munchkin cantiknya Nathan?
"Kau kenapa sih, Nath? Kebanyakan minum? Sudah kubilang kan jangan sering-sering minum. Nanti kau cepat dimensia, loh!" Caroline menyibak tubuh kekar Nathan dari bingkai pintu apartemen.
Ia meletakkan dua kantong besar belanjaan dari supermarket di atas meja ruang tamu. Memilah-milah belanjaan bahan mentah untuk di letakkan di kulkas, dan sisanya di letakkan pada lemari penyimpanan kitchen set.
Nathan masih mematung di bingkai pintu. Mengabaikan ceramah panjang-lebar Caroline tentang bahaya kebanyakan minum alkohol. Cerita menariknya berbelanja di supermarket, karena banyak mendapatkan diskon setengah harga, dumelan Munchkin yang meminta tolong Nathan membawakan kantong belanja ke dapur apartemen.
"NATH!"
Nathan mengerjap. "Ya... Ya, ada apa?"
Caroline berkacak pinggang, "kau kenapa, sih? Diiiaaammm saja sejak tadi. Kau tidak suka aku datang kesini? Tidak suka aku datang mengunjungimu?"
Nathan menggeleng.
"Kalau begitu cepat bantu aku, Kotik! Tolong bawakan kantong belanja ini ke dapu..."
Dari bingkai pintu menuju ruang tamunya, Nathan hanya perlu mengayunkan beberapa langkah kaki untuk menghampiri Caroline. Ia bukan berniat mengambil kantong belanjaan di tangan gadis itu, dengan kesadaran penuh Nathan malah memeluk erat Caroline ke dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Herschrijven
FanfictionBagi Nathan, Caroline adalah Munchkinnya. Penenang ia dari segala tekanan pekerjaan di klub Swansea City maupun Timnas Indonesia. Pada suatu hari, secara tiba-tiba, Munchkin itu pergi meninggalkannya untuk selamanya. Sang Kotik, Nathan, patah arah...