Chapter Fourty One - Day 90

1.1K 130 10
                                    

- Jocelyn -

Saat ini aku dan rombongan sekolahku sudah tiba di tempat perkemahan. Tempatnya tidak jelek, ada sebuah lahan luas yang katanya akan di jadikan tempat api unggun, sementara tempat tenda-tenda akan di dirikan berada di dekat danau. Dan sekitar satu kilometer dari perkemahan ini terdapat hutan liar yang sangat luas.

Kami semua menuju ke sini menggunakan bus sekolah. Aku duduk sendiri. Berhubung Harry adalah panitia, dia--yang sepertinya kemauannya sendiri-- berada di dalam busku, dan tak jarang dia duduk di sampingku untuk sekedar mengobrol ataupun melontarkan leluconnya yang sangat garing itu.

"Hey, Jo. Apa yang kau lakukan di sini? Kita harus berkumpul di lapangan sana 5 menit lagi." Heidi--teman perempuan terdekatku di sekolah--menepuk pundakku pelan.

"Danaunya bagus sekali, ya. Aku ingin berenang di sini, rasanya." Aku tersenyum kecil. Aku memang penggemar berat alam luas. Aku selalu mengagumi keindahan alam dunia yang Tuhan ciptakan. Salah satunya, ya, danau ini. But only God knows how deep it is. Kalau danaunya terlalu dalam, aku ogah berenang di sana.

"Ya, tapi airnya pasti dingin. Sudah yuk, dari pada kita telat, lebih baik kita ke lapangan sekarang." Heidi menarik tanganku sedikit kencang, dan sangat beruntungnya diriku hari ini, tanah yang sedang kupijak saat ini itu licin. And you absolutely know what happen next.

I fell.

To the lake..

For Godness' Sake!!

"Astaga, Jo!" Aku bisa mendengar teriakan cempreng dari mulut Heidi. Suaranya memang sangat cempreng seperti bebek kejepit, but that somehow helps so that people could hear her scream and come to help me!

Aku tidak menyangka, permintaanku terkabul.

Aku ingin berenang di danau ini, dan Tuhan mengabulkannya.

Be careful for what you wished for.

Dan lagi, danau ini dalamnya bukan main. Aku berusaha mencari dasar danau dengan kakiku, namun tidak ketemu. Aku bisa saja berenang ke pinggir, namun rasa panik yang menyeruak begitu menyadari betapa dalamnya danau ini membuatku tak bisa fokus berenang, sementara Heidi masih berteriak minta tolong.

The least person I expected to show up, somehow, he did show up and helped me.

Penasaran siapa dia?

Niall? Harry?

Nope. Ya'll wrong.

It's Luke.

Luke Hemmings, for God's SAKE!!

Aku benar-benar beruntung hari ini.

Luke menyebur ke dalam air dan membantuku berenang ke pinggir, kemudian dia mengangkat badanku yang sudah tidak berdaya ini ke atas tanah.

"Jo! Jo! Astaga, untung kau masih hidup. Aku sangat panik tadi, karena aku kau jadi kepeleset dengan tanah licin, maafkan aku, Jocelyn!" Heidi memegang tanganku dengan rasa bersalah sementara aku hanya memberikan senyum kecil sambil terengah-engah.

"Jo... Errr.. Namamu Jocelyn kan? Jocelyn, apa kau baik-baik saja?"

Aku menangkap nafasku yang terengah-engah, sialan, semoga asmaku tidak kambuh lagi.

"I-iya, Luke. Terima kasih. Aku berhutang nyawa padamu." Aku akhirnya berbicara setelah beberapa detik dan sudah merasa lebih baik.

"No problem, aku kaget saat mendengar teriakan Heidi, di tambah melihatmu yang hampir tenggelam di danau itu. Glad I helped you, though." Luke tersenyum yang membuat nafasku seakan-akan berhenti. Jantungku berdetak kencang.

HARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang