Chapter Fifty - Day 94

885 89 6
                                    

"Louis?!" Aku nyaris berteriak karena kaget. "What the hell are you doing here?!"

"Umm.. Saving you from that blonde bastard?" Dia menaikkan sebelah alisnya. Namun sedetik kemudian dia menyengir. "Hello again, JJ."

Sialan, mengapa dia memakai panggilan itu? Itu panggilan yang dia gunakan saat kami berdua masih berpacaran.

"Aku serius. Apa yang kau lakukan di si-"

"Jocelyn! Kenapa kau melakukan itu?! It hurts like hell!" Niall berjalan mendekatiku sambil tertatih-tatih.

Aku melangkah mundur. "It's your fault you were trying to kiss me!"

Matanya membulat, kaget. "Did I?..."

"In case you forget, yeah, dude. Kau mabuk dan kau ingin mencium JJ." Louis menyambar masih menggunakan panggilanku dulu.

"You shut up! Jangan ikut campur masalah kami dan jangan panggil aku JJ! You fucktard!" Aku membentaknya kesal dan kemudian mengalihkan perhatianku pada Niall yang kebingungan.

"What?! Apa kau baru tersadar dari pikiran 'mabuk' mu itu?! Kau akan menyesal dan berkata, 'oh Jocelyn. Aku mabuk, sungguh semua itu terjadi di luar kendaliku. Kumohon maafkan aku!'. Itu yang akan kau katakan?!" Aku membentak Niall juga yang membuatnya agak kaget.

"That's totally what he is going to say, JJ. Maybe not now, but in a few days. Dia akan memohon-mohon seperti itu. Just watch and see." Louis tersenyum miring dan tentu saja dia akan mengabaikan perkataanku.

"Don't call me JJ! You-" Perkataanku terpotong oleh Niall.

"Jocelyn.. Yeah aku memang mabuk. Namun memang dari dulu aku berniat untuk melakukan hal itu padamu." Niall tersenyum licik. "Dan jangan khawatir, aku tidak akan memohon-mohon minta maaf seperti pecundang kepadamu. Damn, hampir saja aku benar-benar menciummu, but that guy there just had to interruped me" Niall memutar matanya.

Aku syok. Benar-benar tidak menyangka kalau Niall berniat seperti itu. I thought he was a nice lad? Selama ini dia berpura-pura bersikap manis kepadaku?

"What- But- You're a jerk!" Aku menatap Niall dengan jijik. Seharusnya aku mendengarkan Harry. Niall memang berbahaya.

"I am. Now I see that you have this guy to take you home. I bet you don't even want me to take you home, right? Aku akan pergi sekarang."

"But you're drunk?" I said that almost immediately.

Sial, kenapa aku peduli?

"Why do you care, JJ?" Exactly, Louis. "Jika dia mabuk atau tidak, kenapa kau peduli? Walaupun dia mati saat berkendara nanti atau tidak, apa kau peduli?"

For this moment.. "I don't." But later probably I do care. I mean, Niall adalah teman yang baik dulu. Bagaimana bisa aku melupakannya begitu saja?

"Now if you'll excuse me, Jocelyn and..?"

"Louis."

"Louis. See you around, Jo." Niall smirks at me and that is just disgusting. Aku pun mengambil batu yang ada di sampingku dan tanpa ragu aku melemparkannya ke mobil Niall yang sudah berjalan menjauhi club ini.

Yes! Batu itu tepat kena ke bagian kaca belakangnya yang sekarang agak retak.

Sekarang hanya ada Louis dan aku. And I tell you, it's awkward af.

"So, JJ. Kau butuh antaran pulang?"

"Stop calling me JJ and.. No. Aku bisa pulang sendiri." Dengan cepat aku pun berjalan menjauhi club itu dan setelah sudah agak jauh aku pun berhenti dan menunggu taksi.

Setelah lama menunggu, akhirnya ada taksi yang lewat dan aku pun menyetopnya. Baru saja aku akan memasuki taksi itu, suara deru motor terdengar dan teriakan cempreng Louis juga terdengar. Ffs, apa maunya?!

"Go away you taxi driver! She's with me! Go!" Louis mengklaksonkan taksi di depannya. Supir taksi itu pun panik dan menjalankan kembali taksinya.

"No sir- Just ignore him! I- ah, shit." Taksi itu keburu pergi dan aku harus berhadapan dengan Louis yang memiliki cengiran menyebalkannya itu di wajah jeleknya.

"What are you waiting for? Naik cepat!"

Aku menggerutu kesal dan dengan terpaksa menaiki motor besar milik Louis dan mengenakan helm yang berat.

"Louis, fuck you." Aku memukul punggungnya. Wajahnya menghadap belakang kemudian menyengir.

"You wish, JJ. You wish." Aku memutar mata kesal akan perilakunya yang sangat menyebalkan. Aku menoleh ke belakang ke arah club itu, untuk memastikan kalau tidak ada yang mengikuti kami. Well, bisa saja Niall mempunyai banyak teman brandalan di sana dan dia menyuruh mereka untuk mengikuti aku dan Louis, kan? Just in case.

Wait- what?

Apakah itu mobil Harry? Di sebrang sana?

+

Beneran mobil Harry apa Jo cuma salah liat ya...?

New conflic coming up! :p

Hope you like this chapter and don't forget to leave feedbacks! <3

p.s. LOOK AT MULTIMEDIA GOSH LOUIS IS SMOKIN HOT

HARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang