Chapter one

6 2 0
                                    

Bulan di langit menampakan sedikit cahayanya karena tertutup awan hitam, redup, seolah mendeskripsikan keputusasaan di hati seseorang yang memandang kosong pada layar iPad yang menampilkan angka mencolok di catatan keuangannya. Nadine mengusap wajahnya kasar. Empat tahun bekerja di London, mengorbankan waktu dan tenaga, kini terasa sia-sia.

Dulu, ia begitu yakin bahwa keterampilannya sebagai seorang Sous Chef akan membawanya pada kesuksesan. Namun, kenyataan berkata lain. Saat kembai ke Indonesia, ia harus memulai dari nol. Ia telah mencoba peluang demi peluang, namun selalu berakhir dengan kegagalan.

Nadine mengadahkan tangannya di atas meja, ia mulai memikirkan bagaimana caranya kembali bekerja dengan shift yang dapat disesuaikan dengan jadwal dirinya. Bahkan kemarin sudah kedua kalinya ia ditolak ditahap pertama wawancara.

Kali ini ia menarik nafas panjang. Otaknya masih berfikir keras bagaimana caranya mendapat pekerjaan.

Tok tok tok.

Tak lama terdengar suara dari luar kamarnya," Din!!Gue ada kabar baik buat lo!"teriakan dari luar sekaligus suara ketukan pintu kamarnya membuatnya sepenuhnya sadar.

Perempuan dengan rambut yang ia kuncir asal tersebut langsung membuka pintu kamar kostnya. Di depannya sudah berdiri Anya, sahabatnya sejak SMA. Sahabatnya itu berdiri di ambang pintu, wajahnya berseri-seri menampilkan matanya yang juga ikut tersenyum, kulit putih seputih tofu membuatnya selalu bersinar di manapun ia berada.

Dengan senyum sumringahnya, Anya langsung masuk tanpa disuruh."Gue punya kabar baik!"serunya dengan bersemangat.

Nadine tersenyum tipis. "Kabar baik apa lagi, Nya? Gue udah cukup banyak dapat kabar buruk bulan ini."

Anya mendekat, matanya berbinar. "Ini beneran kabar baik, sumpah!"

Nadine memasang wajah penasaran.

Anya menarik nafas sebelum berkata."Tadi gue habis ikut nyokap arisan di Langham, terus ada Ibu Arin, lo tau kan Ibu Arin istrinya Pak Sugibyo Widiyo? Beliau lagi nyari private chef buat anaknya dan gue langsung rekomendasiin lo."

Mata Nadine langsung membulat begitu mendengar nama Sugibyo Widiyo. Pak Sugibyo yang memiliki PT Annas Raya yaitu sebuah perusahaan Batu Bara yang berada di Riau yang jika di search lewat google akan terlihat net worth alias harta kekayaan beliau yang sukses membuat siapapun yang melihatnya melotot. Serta akan terpampang berita-berita mengenai berbagai kesuksesan beliau yang diidam idamkan semua orang.

"Hah? Yang punya perusahaan batu bara?"

Anya mengangguk.

"Serius lo?"tanyanya tampak tak percaya.

"Gue bilang lo pernah kerja di London, nyokap juga ikut nimbrung ngeyakinin tante Arin untuk hire lo."

Nadine tersenyum terharu."Baik banget tante Gina. Coba kasih tau gue detailnya?"

"Jadi ni cowok baru pindah rumah dan tinggal sendiri. Nyokapnya khawatir karena doi nggak bisa makan sembarangan dan punya alergi. Katanya sih kemarin bahkan udah 2x hire ART yang jago masak makanan rumahan cuman kurang puas karena makanannya tetep nggak sesuai sama manual book. Makanya Tante Arin kepikiran untuk hire private chef. Dan juga... dia cuman butuh lo untuk pagi dan malem aja setiap hari, untuk makan siang dia punya catering khusus. Oke nggak?"

Nadine kaget ketika Anya mengatakan 'setiap hari', ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika memikirkan berapa rate harga yang mampu mereka tawarkan. Ini benar benar penawaran yang menarik, cocok untuknya yang butuh jam kerja yang fleksibel, karena ia masih punya waktu kosong untuk siang hingga sore, pikirnya.

Bon AppetitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang