Chapter Two

3 0 0
                                    

Setelah pulang dari Supermarket untuk berbelanja kebutuhan bahan makanan dan keperluannya, Nadine menemui Anya di sebuah cafe cozy yang tidak jauh dari Salon milik Anya. Tadinya ia bermaksud untuk langsung pulang ke kostnya, namun sahabatnya mengajaknya untuk makan malam, untuk merayakan atas hari jadi Nadine bekerja. Saat ini keduanya sedang menikmati minuman yang menjadi andalan masing-masing; Nadine dengan kopi arennya dan Anya dengan hazelnut latte.

"Wait. Jadi itu Jatmiko bukan mas Aksara? Jatmiko kan lagi di Melbourne atau gue kebalik ya, Mas Aksara yang di Melbourne. Ah keduanya jarang update instagram sih jadi gue nggak tau."

Nadine tertegun, seolah ia terjebak akan ketidaktahuan. Namun mau bagaimana lagi? Ia tidak masalah siapapun itu.

"Sebenernya nggak ada yang salah sih, cuman gue aja yang mikirnya ketinggian kalau itu Aksara."

"Yailah cinta monyet SMA masih kebawa aja. Lagian lo harusnya seneng bakal ngelayanin seorang Jatmiko loh, lo bisa ngeliat dia pas berangkat kerja. Gila idaman cewek cewek, tau!"goda Anya.

"Lebay lo!"Nadine terkekeh.

"Gue serius, Din. Lo tau kan orangnya yang mana?"

"Pernah liat dia di artikel berita, sih."jawab Nadine ragu.

"Lo liat dia di artikel berita yang mana? Berita waktu doi jadian apa waktu putus?"tanya Anya dengan wajah menggoda.

"Gue mana baca yang gituan, sih. Pas dia teken kontrak sama sutradara hollywood."

Mulut Anya membentuk huruf o yang digumamkannya dengan panjang."Kurang jauh nih lo mainnya. Biar hidup makin seru lo harus ikutin deh akun akun julid."

Nadine tertawa,"ngapain? Buang waktu gue yang berharga aja."

"Biar lo nggak ketinggalan zaman kali! Eh btw lo hati hati deh sama Miko, itu cowok setelah putus makin lama makin nyebelin. Ganteng sih, cuman doi terkenal galak ngalahin chef Juna. Jadi hati hati deh."

Mendengar kata 'galak' membuat Nadine sedikit mengernyit, tidak masalah baginya untuk menghadapi berbagai macam tipe orang di dunia ini. Baginya, ia sudah menghadapi kerasnya kitchen dengan segala macam umpatan kasar yang terdengar jika terdapat kesalahan yang dilakukan oleh rekannya. Saat masih menjadi cook line, Nadine sering pernah melakukan kesalahan dan diumpat dengan kasarnya. Hal itu menjadi pembelajarsn baginya.

"Oh tenang aja! Bakal gue hadapi semuanya dengan hati lapang."

///

Terima kasih kepada alarmnya yang telah membangunkannya sehingga ia tidak telat di hari pertamanya bekerja. Terima kasih juga abang ojek online yang telah mengantarnya ke Alam Sutera. Terima kasih Tuhan karena ia masih menikmati udara segar di jam 5 pagi ini.

Nadine sampai di kediaman Jatmiko tepat pukul 05.30. Perempuan dengan tubuh semapai itu memakai celana kulot hitam dan long sleeve berwarna peach. Kedua tangannya menenteng dua tas belanja penuh yang berisi berbagai jenis bahan makanan yang ia beli di supermarket kemarin. Berhubung hasil kesepakatan Nadine dan Ibu Arina bahwa ia yang membeli bahan makanan, jadilah Nadine yang berbelanja. Awalnya Ibu Arina menawarkan ART yang melakukannya, namun Nadine menolak karena ia sangat suka berbelanja bahan makanan di Supermarket. Menurutnya, itu adalah hal yang sangat menyenangkan.

Semalam, Nadine berusaha menelan habis seluruh manual book yang diberi Ibu Arina, memang sedikit rumit karena banyak yang perlu diperhatikan karena Jatmiko memiliki banyak alergi dan banyak hal yang perlu diperhatikan mengenai standar makanan yang ia konsumsi. Ia alergi dengan berbagai jenis kacang termasuk kacang kedelai, kerang, ikan sungai, wijen, dan susu. Jatmiko hanya mengonsumsi susu oat. Ia juga hanya memakan daging ayam bagian paha dan dada, tidak menyukai pedas, tidak menyukai selada, kol dan wortel karena rasanya seperti kelinci. Serta, ketika makan harus ada sup atau sesuatu yang berkuah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bon AppetitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang