Namaku Dimas, berbadan tinggi dan sedikit kekar. Di suatu ketika, aku agak cepat pulang kuliah, bukan karena malas ikut kuliah yang masih ada, tetapi karena kakiku sakit (mungkin terkilir) dan ada bagian yang membiru sedikit.
Lagi-lagi karena main sepak bola yang kurang hati-hati, dengan teman sekampus tadi pagi.
Kemudian aku buru-buru menggunakan motor, ingin secepatnya pulang dan memberi obat (minyak urut), terus istirahat di rumah.
15 menit kemudian aku sudah tiba di rumah, dan agak sepi kalau jam segini, karena semua pada kerja dan kuliah atau sekolah. Hanya ada pembantu, yang usianya sekitar 30 an tahun, biasa dipanggil Mbak Suli. Tapi meski begitu, badannya terawat dan masih kencang, serta memiliki kulit cerah.
Lalu aku sedikit kaget, lantaran setelah aku membuka pintu rumah, kulihat sosok Mbak Suli yang mengenakan baju kaos yang agak ketat dan rok putih yang selutut. Tetapi tonjolan di dadanya itu, membuat darahku berdesir cepat.
“Loh, kok pulangnya cepat, Mas?” katanya menyapa, setelah menyadari kepulanganku.
“Iya Mbak, kakiku agak sakit, tadi jatuh waktu main sepak bola," kataku membalas.
Spontan matanya melirik ke kakiku dan berkata, “Coba Mbak lihat, dia pun menarik celana panjangku agak ke atas, “Sakit nggak..?” tambahnya sambil agak menekan bagian yang membiru dan mulai berjangkok.
“Lumayan juga sih..” kataku ssdikit memelas sambil melirik bagian betisnya yang mulus.
Setelah aku berganti pakaian menjadi celana pendek, dia membalur kakiku dengan minyak urut. Saat itu dia duduk di depanku dan kulihat pahanya karena roknya tersingkap. Karena posisiku yang yang duduk dan kaki agak ditekuk, dia tidak tahu bahwa kejantananku sudah mulai bangkit.
Mbak suli pun mengurut-ngurut dan memijit bagian kakiku yang sakit. Mataku juga tidak lepas dari dadanya yang menonjol sebesar mangga.
Dengan perlahan, kuberanikan memegang pahanya di bagian yang tersingkap. Dia agak kaget dan berkata, “Mas, kamu mulai nakal, ya?” ucapnya sambil melirikku.
“Nggak pa-pa kan? Cuma dikit kok!” balasku seadanya.
Lama kelamaan tanganku mulai bergerak lebih ke atas dan sampai di pangkal pahanya.
“Jangan nakal lho, ntar ada yang lihat!” katanya mencoba memindahkan tanganku dari pahanya.
“Nggak ada orang kok Mbak, cuma kita berdua kok!” ucapku terus membujuknya.
Dia masih mengurut kakiku dan kucoba untuk menampakkan celana dalamku lewat celah celana pendekku.
Dengan keberanian yang menggebu, aku berkata, “Boleh kulihat yang di balik roknya Mbak?”
“Jangan Mas, Mbak malu,” katanya sedikit ragu.
“Ayo dong Mbak, sekali aja! Rasanya aku ingin lihat keseksian mbak yang selama ini ku kagumi!” ucapku sedikit membujuk.
Mula-mula dia ragu, dan akhirnya dia berbicara, “Jangan bilang siapapun ya?” katanya sambil mengedipkan mata.
Kujawab, “Aku janji deh, ini menjadi rahasia kita aja..”
Perlahan dilepaskannya roknya dan terlihatlah pahanya yang mulus dengan celana dalam merah muda. Agak lama kupandangi, karena itu benar-benar pemandangan yang indah, dan kejantananku mulai membengkak di celanaku.
Kemudian...
.
Cerita seks lengkap ada banyak di akun Karyakarsa milikku, cari nama akunku, RwomanKalau ga pengen repot, bisa langsung salin link di bawah ini dan buka di web browser HP kalian.
https://karyakarsa.com/Rwoman
Sekarang cerita seks koleksiku juga tersedia di trakteer ya
https://trakteer.id/Faylata
Cek LINK di komentar atau BIO biar lebih gampang!!!