pameran seni

17 4 0
                                    

Happy reading, hope you like it 😉
janlup vote yaa 😉

Rea yang sudah siap berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh antusias. "Kakak, cepat!!" serunya keras. Suaranya menggema di seluruh rumah, membuat Giselle yang masih berada di kamar atas segera bergegas turun ke bawah.

Begitu Giselle sampai di bawah, Rea sudah memasang ekspresi kesal sambil menyilangkan tangannya. "Kakak lama sekali," gumamnya dengan nada protes.

Giselle hanya tersenyum dan dengan lembut memegang pergelangan tangan adiknya. "Ayo, kita berangkat sekarang."

"Iya, kak," jawab Rea, wajah kesalnya langsung berubah ceria. Mereka berjalan bersama menuju ruang tamu di mana ibu mereka sedang membereskan beberapa barang di meja.

"Kami berangkat ya, Bu!" ujar Giselle sambil melambai, mengajak Rea untuk berpamitan.

Ibu mereka menoleh dan tersenyum hangat. "Iya, hati-hati di jalan. Jangan lupa bawa air dan makanan ringan. Jaga Rea ya, Giselle."

Giselle mengangguk. "Pasti, Bu." Setelah itu, mereka berdua melangkah keluar rumah

Setelah mereka keluar dari rumah, Giselle dan Rea berjalan menyusuri jalan desa yang masih sepi. Angin pagi yang sejuk menyapu wajah mereka, menambah semangat untuk perjalanan ke kota. Mereka berbincang ringan, tertawa sesekali sambil menikmati suasana.

Beberapa menit berlalu, dan Giselle melihat sekelompok anak-anak desa sedang bermain egrang di lapangan. Salah satu anak kecil yang mengenal mereka melambaikan tangan dengan ceria. "Kakak Sell, mau ke mana?" teriak anak itu dari kejauhan.

Giselle tersenyum lembut dan menjawab, "Mau ke kota."

Anak kecil itu mengangguk sambil melompat-lompat di atas egrang, "Hati-hati ya, Kak!"

Giselle mengangguk dan tersenyum lagi, sementara Rea sibuk mengecek tasnya untuk memastikan semua barangnya lengkap. Rea menghela napas lega setelah memeriksa tasnya, merasa puas karena tak ada yang tertinggal.

Giselle, yang memperhatikan Rea dengan bingung, bertanya, "Kenapa, Ra?"

Rea hanya tersenyum kecil. "Cuma mengecek isi tas lagi, takut ada yang ketinggalan kak."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, meskipun jarak ke kota cukup jauh. Giselle melihat ke sekeliling, menikmati pemandangan hijau dan udara segar yang selalu memberikan kedamaian setiap kali ia berjalan di desa ini. "Sudah lama ya, aku nggak pergi sejauh ini," gumamnya sambil tersenyum.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya Giselle dan Rea sampai di pameran seni yang terletak di pinggiran kota. Giselle terpana begitu mereka melangkah ke dalam area pameran, melihat berbagai karya seni yang luar biasa menghiasi dinding-dinding. Beberapa lukisan terlihat begitu hidup, dengan warna-warna cerah dan detail yang memukau. Giselle tak bisa menahan rasa kagum yang menghampirinya.

"Wow... indah sekali," gumam Giselle, matanya berkeliling penuh kekaguman.

Rea yang memperhatikan kakaknya tampak terpesona langsung menggenggam tangan Giselle dengan semangat. "Ayo, Kak, kita lihat ke sana!" ajaknya sambil menunjuk ke arah salah satu sudut pameran.

Giselle mengangguk setuju, dan mereka berdua berjalan menuju sebuah lukisan besar yang menarik perhatian mereka. Seorang pria penjaga pameran berdiri di sana, menjelaskan tentang lukisan itu kepada para pengunjung.

"Lukisan ini," kata pria itu, "dikatakan dibuat oleh seorang pelukis terkenal pada zaman dulu. Tidak hanya indah secara visual, tapi konon memiliki aura tersendiri. Orang-orang mengatakan, lukisan ini menyimpan kekuatan spiritual dan menggambarkan dunia lain yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki keterhubungan khusus."

sellreen(Giselle and Gareen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang