Empat

0 0 0
                                    

"Turunkan ekspektasi mu, Papah"

...

-🥀-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-🥀-

"Kau baik-baik saja?"

Riana yang baru turun dari mobil Clara menoleh, menatap Clara yang turun dari sisi supir dan menghampirinya.

Riana mengangguk dan mengecap pelan. "Ya, sudah lebih baik."

Clara menghela nafas dan bertumpuh pada mobilnya sendiri. "Lain kali jika memang tidak bisa menghabiskan makanannya, beri aku saja. Aku siap menghabisi."

Riana terkekeh dan mengangguk. "Benar, makanan tadi terlalu banyak untukku. Aah ... Perutku masih sedikit tidak nyaman, tapi baik-baik saja."

Clara mengangguk. "Kalau gitu aku pergi."

Riana menarik sudut bibirnya kemudian membiarkan gadis itu berlalu dari hadapannya.

Riana meregangkan pelan badannya dan melangkah memasuki pagar rumahnya. Kakinya melangkah pelan menuju pintu rumahnya dan mauk kedalam.

Sepi. Belum ada satupun seseorang dirumahnya, sepertinya. Saudaranya, Anna dan Alzar serta Chelsea baru pulang sekolah pukul lima sore. Sedangkan dia jam tiga sore sudah bisa pulang jika tidak ada kegiatan ekstra atau lainnya

Meskipun malam nanti, mulai jam setengah delapan hingga jam sepuluh ada jadwal belajar wajib untuk seluruh kelas akhir.

Benar, Riana adalah siswa tingkat akhir, yang tanggung sekali pindah di pertengahan semester.

Riana berjalan menuju dapur sejenak masih dengan seragamnya dan tas yang tergendong.

Mengambil air putih dan meminumnya tanpa repot-repot duduk terlebih dahulu di kursi.

Tiba-tiba terdengar suara orang berbincang. Riana mengernyit dan menurunkan botolnya, kemudian menoleh kebelakang.

Ayahnya, dan Alzar berjalan bersama menuju dapur. Riana mengerjap pelan melihat Alzar masih dengan seragam sekolahnya dan sudah ada di rumah jam segini.

Namun gadis itu tak peduli dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci gelasnya.

Alzar yang menyadari ada orang lain di di dapur, menoleh. Dan terkejut mendapati Riana sedang membelakanginya.

Matanya mengamati sejenak penampilan kembarannya dan menaikkan alisnya.

Kakinya berhenti melangkah. "Kau memotong bajumu lagi?"

Ayahnya berhenti melangkah dan mendongak, mendapati Anak gadisnya ada di sana.

Riana menghendikkan bahunya tak peduli sambil menyabunkan gelasnya. "What's the problem?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BelovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang