I. BERTEMU CALON SUAMI

107 23 34
                                    

Akhir pekan yang cerah, namun tidak bagi Karin. Di luar sana, matahari bersinar dengan terik, mencurahkan cahayanya ke jalanan ibu kota yang sibuk, tapi di dalam rumah besar ini, suasana terasa sepi dan sunyi, seolah memantulkan ketegangan yang mengalir di udara.

Karin, seorang mahasiswi semester enam yang berparas cantik dan tubuh langsing, berjalan menuruni anak tangga dengan langkah pelan, seolah setiap langkahnya begitu berat. Ia mengenakan pakaian santai, namun tetap terlihat rapi. Rambut cokelatnya tergerai dengan sempurna, menyembunyikan kecemasan yang menggumpal di dadanya.

Sebagai anak tunggal dari pasangan pengusaha sukses, Karin terbiasa dengan kemewahan dan kenyamanan hidup. Namun kali ini, kenyamanan itu terasa begitu jauh.

Pagi ini, ia mempersiapkan diri untuk bertemu seorang pria yang akan menjadi calon suaminya. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, hanya foto yang mengenalkan mereka. Kedua keluarga mereka, yang memiliki hubungan bisnis kuat, memutuskan untuk menjodohkan mereka.

Di luar sana, pria itu, Leon Alexander Barnard, baru saja kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan pendidikan S2-nya. Hari ini, mereka akan makan bersama, seperti yang sudah disepakati, meski hati Karin berontak.

Ketika ia tiba di ruang makan, ia melihat asisten rumah tangga yang sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Begitu ia duduk di meja, hatinya berdebar keras, berharap pria itu tak akan datang atau setidaknya menunda kedatangannya. Tapi apa daya, tak ada yang bisa ia lakukan untuk menghindari pertemuan ini.

“Bi, papa sama mama sudah pergi?” tanya Karin, suaranya terasa sedikit tegang, mencoba menyembunyikan kecemasannya.

“Sudah, Non. Tuan dan Nyonya pergi pagi-pagi, mau bermain golf,” jawab salah seorang asisten rumah tangga, sambil terus sibuk dengan pekerjaannya.

Karin hanya mengangguk pelan, berusaha menenangkan dirinya, meskipun dalam hatinya masih ada kekhawatiran yang mengendap.

Tak lama kemudian, mobil Rolls Royce Phantom berwarna hitam elegan masuk ke pekarangan rumah yang begitu luas. Mobil itu berhenti dengan sempurna, menciptakan rasa tak nyaman di dalam diri Karin. Sosok tinggi dan tegap yang keluar dari mobil itu, dengan wajah dingin dan aura kekayaan yang begitu kuat, berjalan perlahan menuju ruang makan.

Leon Alexander Barnard. CEO baru dari Noble Company, perusahaan besar yang didirikan oleh Alfred Barnard, dan sekarang ia akan memimpin perusahaan itu dengan segala kewenangan yang dimilikinya. Karin menatapnya dengan mata terpejam sebentar, mencoba menguasai dirinya.

Ketika pria itu masuk dan duduk di meja makan, aura dingin yang menyertainya seakan menyelimuti ruangan. Leon mengenakan kemeja hitam yang sedikit digulung di bagian lengannya. Wajahnya, tampan, namun tak terlihat senyum. Hanya ketenangan dan jarak yang terasa antara mereka.

Karin hanya menatap sekilas, tidak mampu menatapnya lama. Ia merasa semakin gugup, meskipun berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. Ia mencoba untuk mengalihkan perhatian dari kenyataan bahwa hidupnya akan berubah begitu drastis setelah pertemuan ini.

Suasana antara mereka terasa kaku, canggung. Hanya ada suara nafas yang begitu berat. Karin menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan ketegangan yang menguasai dirinya.

Leon memecah keheningan dengan suara datar, penuh ketenangan. “Makanan ini hanya akan dilihat saja?” tanyanya tanpa ekspresi.

Karin menoleh sekilas ke arahnya, hampir tidak percaya dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya.

“Baru mau makan,” jawabnya pelan, tanpa rasa senang sedikit pun. “Dari tadi hanya menunggu kamu, supaya bisa makan.”

Leon tidak menjawab, hanya melanjutkan makannya dengan gaya yang tak terlalu cepat. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari piringnya. Karin mendengus dalam hati.

Je T'aime (Lost in the Dark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang