Chaeyoung menaruh gelas berisi whiskey di depan Tzuyu. Sebagai sahabat yang baik, ia ingin Tzuyu sejenak melupakan masalah yang sedang dihadapi saat ini.
"Bro, jangan ditekuk terus dong mukanya. Nih, minum dulu biar enteng dikit tuh pikiran."
Tzuyu mengambil gelas di depannya dan menenggaknya sekaligus. Badannya terasa lebih enteng, meskipun masalah yang dihadapi belum selesai.
"Sini, coba cerita. Tumbenan banget ngajak kumpul lagi di sini."
Tzuyu menghela napas. "Biasalah, masalah percintaan. Nggak tahu kenapa ya, tapi gue ngerasa bersalah banget sama cewek gue."
"Sorry sebelumnya, tapi gue nggak yakin bisa bantu. Tau sendiri lah, nggak ada pengalaman," ujar Dahyun sambil mengetik beberapa pesan ke manajernya.
"Sebenernya ini sekaligus buat pengalaman juga buat kalian sih. Intinya, kalau cewek kalian ada apa-apa, itu selalu ke kalian. Jangan pernah buat mereka kecewa. Contohnya ya kayak situasi gue sekarang. Dulu, cewek gue tuh kalo cerita atau butuh apa pun, ya selalu ke gue. Tapi apa? Gue selalu sibuk sama kerjaan dan nggak pernah ada waktu buat dia. Buat ngehubungin dia aja hampir nggak pernah. Sekarang, giliran gue mau kita lebih deket, dia malah menjauh. Dia yang dulu care banget sekarang jadi cuek. Kalo ada masalah dan butuh bantuan, pasti nggak pernah ke gue, selalu ke temen-temennya. Nyesel banget pokoknya," tutur Tzuyu.
Sambil menyesap minumannya, Chaeyoung terkekeh mengejek.
"Kan udah dibilang, jangan pernah ngecewain harapan cewek. Kejadian kan?" Chaeyoung menepuk pelan pundak Tzuyu. "Terus, sekarang masih jalan? Apa break nih ceritanya?"
Dasi yang sudah tidak terpasang rapi di lehernya ditarik lepas oleh Tzuyu. Ia juga membuka kancing teratas bajunya.
"Masih lah!" sergah Tzuyu.
Dahyun, yang tadinya sibuk berkirim pesan, akhirnya menyimpan ponselnya. Ia memutuskan untuk memperhatikan sahabatnya yang sedang galau itu.
"Kalian pacaran lima tahun kan? Pasti susah buat lepasnya," komentar Dahyun.
"Itu dia, Hyun. Gue tuh udah nyaman banget sama dia. Dibandingkan cewek-cewek yang sebelumnya, dia yang paling ngertiin gue. Nggak pernah nuntut ini itu, mandiri banget juga orangnya."
"Terus lo mau gimana? Susah sih kalo bujuk cewek yang udah kecewa gitu. Mina sekali ngambek aja susah banget dibujuknya."
"Nggak tau, Chaeng. Masih bingung jujur."
"Lo tuh mau seriusin cewek lo nggak sebenernya?"
Pertanyaan Dahyun membuat Tzuyu berpikir sejenak. Hubungan yang telah ia jalin selama lima tahun sejak kuliah tentu bukan hal mudah jika berakhir begitu saja. Jika ditanya, Tzuyu akan menjawab dengan yakin bahwa wanita yang kini berstatus sebagai kekasihnya adalah wanita yang akan ia jadikan pendamping hidupnya. Masalahnya adalah apakah Tzuyu siap untuk membawa hubungan mereka ke langkah yang lebih jauh? Tzuyu tidak yakin. Uang memang bukan masalah untuknya, penghasilannya sudah di atas rata-rata. Sayangnya, pekerjaan itu membuat Tzuyu ragu. Ia takut tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
"Mau lah, gue cuma mau dia di hidup gue. Nggak kebayang sumpah kalo nggak ada dia kayak gimana. Tapi gue juga belum siap."
"Oke, mungkin jangan sampe ke arah sana deh. Mungkin lo harus omongin ini berdua. Coba cari tahu apa yang harus lo lakuin biar dia nggak cuek lagi dan balik kayak dulu lagi. Pacaran lima tahun juga bukan hal yang gampang pastinya, ada fase jenuh. Tapi jangan sampe jenuhnya kebablasan."
Tzuyu menatap Chaeyoung dengan tatapan sedikit heran.
"Sejak sama Mina kok lo jadi bener gini sih? Gila, keren banget Mina."