Kegundahan Seorang Ibu

534 60 8
                                    

Setelah sekian lama hiatus. Akhirnya author memberanikan diri untuk kembali masuk ke dunia perhaluan  🎉🎉🎉

Semoga kali ini tidak terkendala atau terjeda oleh kesibukan author sebagai guru di era kurikulum merdeka 🤣🤣

Abaikan profesi author yang mode serius. Kini author di mode hobi yaitu penulis abal-abal

Selamat bertemu kembali para readers 😘😘😘😘

Maafkan kesalahan author selama ini. Maafkan semua janji-janji author yang sudah author ingkari 🙏🙏🙏🙏

Semoga tetap menikmati karya author yang diluar nalar ini 😁😁🙏🙏

***
Laura memijit keningnya dengan raut wajah yang kusut. Wanita paruh baya itu terlihat sangat gusar. Ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mondar mandir dengan perlahan. Beberapa kali ia menghela nafas berat.

Asisten pribadinya yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari dirinya hanya bisa memberikan tatapan bingung atas sikapnya hari itu.

"Bu Laura kenapa?" Tanya Dina berusaha mencari tau masalah yang tengah dihadapi atasannya.

Laura menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arah Dina. Sedari tadi dia lupa akan keberadaan asistennya di ruangan itu.

"Hmm menurut kamu wajar nggak sih kalau seorang lelaki belum menikah di umur yang hampir 40 tahun?" Tanya Laura menanti jawaban dari Dina

Dina berpikir sejenak. "Hmm kalau nggak good locking sih wajar bu kalau belum nikah umur 40, apa lagi kalau nggak good rekening," jawab Dina membuat Laura menghela nafas berat.

"Kamu tau kan anak saya?" Ujar Laura dengan nada kesal.

Dina mengangguk. "Ya jelas lah bu, masa udah 2 tahun saya kerja dengan ibu nggak kenal siapa anak ibu," ujar Dina.

"Nah kamu tau kan seperti apa tampang dia," ujar Laura seolah bukan bertanya.

Dina menjawab, "Good looking," jawab Dina sambil mengacungkan 2 jari jempol.

"Good rekening," jawab Dina lagi.

"Nah itu masalahnya. Anak saya sudah memenuhi semua kriteria untuk mendapatkan calon istri, tapi kenapa sampai sekarang saya belum melihat dia dekat dengan satu orang wanitapun," ujar Laura begitu gusar.

"Bisa jadi pak Riko itu tipe yang sangat pemilih, bu" ujar Dina positif thingking

"Nah itu dia, kenapa sampai anak saya sepemilih itu? Apa yang terjadi? Ada masalah apa dia?" Ujar Laura makin cemas.

"Saya tu jadi khawatir, jangan-jangan anak saya ini ...," Laura menjeda sejenak perkataannya, sementara Dina menanti lanjutan perkataan dari atasannya.

"Gggg..gay," ujar Laura susah payah. Dina melongi sejenak, terlalu kaget dengan pendapat Laura yang diluar perkiraan.

Dina mengingat lagi sosok anak bu Laura yang bernama Riko. Seingat Din, Riko ini sosok pria yang tergolong tampan, postur tubuhnya pun lumayan tinggi, hanya saja setiap Dina melihat Riko, pria itu tidah pernah tersenyum kepada lawan jenis, bahkan pada ibunya sendiri.

Dina mulai mengangguk-angguk paham dengan penyebab gelagat aneh anak atasannya itu

"Iya ya bu, saya juga merasa pak Riko terkesan dingin dengan lawan jenis," ujar Dina menambah kegisaran Laura

"Betul kan, argh apa yang harus saya lakukan sekarang," ujar Laura makin panik bercampur kesal.

"Saya harus segera mencari calon istri yang tepat untuk Riko," ujar Laura penuh tekat. "Tapi saya tidak yakin anak itu langsung setuju," ujar Laura lagi.

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang