"Jadi kamu pelaku utama yang meracuni pikiran mama saya dengan hal yang aneh-aneh," ujar Riko sambil menatap Dina tajam, membuat Dina bergidik ngeri.
Riko langsung mencekek leher Dina, membuat baik Dina maupun Laura kaget.
"Riko!" Teriak Laura yang benar-benar kaget melihat sikap putranya yang sebrutal itu.
Riko mempererat cekikannya membuat Dina kesulita bernafas dan berusaha melepaskan diri.
Kali ini Riko benar-benar marah, ia hampir saja membuat kesalahan besar akibat rencana tidak bermatabat dari asisten ibunya itu.
Riko masih bisa mengingat jelas kejadian kemarin."Sepertinya minuman kita sudah diberi obat peransang," ujar Riko membuat kedua bola mata Sita membelalak lebar.
"What?" Tanya Sita tidak percaya pada omongan konyol dari Riko.
"Dan kita harus melakukan sesuatu untuk menuntaskan itu," ujar Riko sambil melangkahkan kaki mendekati Sita.
"Eh anda mau apa?!" Tanya Sita panik dan beranjak berdiri ingin menghindar.
Riko menghentikan langkahnya karena sadar Sita mungkin ketakutan dengan tindakannya saat itu.
"Tenang, saya tidak akan macam-macam. Tapi saya hanya ingin minta 1 hal, berbalik dan hadap ke sana, jangan sesekali menoleh ke belakang," pinta Riko dengan nafas yang mulai berat.
"Kenapa?" Tanya Sita masih waspada.
"Mau berbalik sekarang, atau saya mungkin saja bisa melakukan sesuatu yang aneh kepada anda jika anda tidak segera berbalik," ujar Riko membuat Sita makin waspada dan ragu. Meskipun begitu Sita tetap menuruti perkataan Riko dan berbalik perlahan.
"Dengar, apapun suara yang anda dengar nanti, saya mohon jangan berbalik," pinta Riko penuh harap. Ia segera menuntaskan semuanya dengan bantuan tangannya.
Sementara Sita hanya bisa bergidik mendengar suara-suara asing yang keluar dari mulut Riko. Sita rasanya ingin mencekik Dina saat itu juga.
"Riko! Apa-apaan kamu!" Teriak Laura menyadarkan Riko dari lamunannya. Laura segera menarik tangan Riko agar melepaskan cekikannya.
Riko terpaksa melepaskan cekikannya meskipun rasa marahnya masih menggebu-gebu, sementara Dina terbatuk-batuk pelan akibat cekikan tadi.
"Ini bukan salah Dina, ini salah mama! Mama hanya ingin kamu menikah, makanya mama nemat melakukan semua ini! Mama tidak mau kamu jadi pria yang belok!" Ujar Laura membuat Riko menatap ke arah mamanya dengan kaget.
"Mama pikir aku apa?" Tanya Riko tidak percaya.
Laura menghela nafas berat. "Ini semua karena kamu terlihat tidak tertarik dengan wanita, jadi mama khawatir, mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Makanya mama berusaha mencari wanita yang sepadan untuk kamu," ujar Laura membuat Riko mendengkus kesal
"Aku belum berencana menikah bukan berarti aku kelainan, ma," ujar Riko kesal.
"Kalau memang kamu tidak ada kelainan, seharusnya kamu punya rasa tertarik dengan wanita dong, kamu pasti tentunya punya keinginan untuk menikah, berkeluarga, punya anak," ujar Laura menjelaskan.
"Ehmm permisi, sssaya keluar dulu," ujar Dina yang baru bisa bernafas dengan benar. Ia berniat keluar ruangan untuk menenangkan pikirannya.
Riko kembali menoleh ke arah Dina. Ia tanpa sengaja melihat jari manis Dina yang sudah tersemat cincin, seperti cincin pertunangan atau pernikahan.
"Tunggu!" Riko meraih tangan Dina membuat Dina kaget. Dina langsung ketakutan, takut jika Riko akan mencekiknya lagi.
"Aaada apa lagi pak?" Tanya Dina dengan terbata-bata
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar Target
RomantikKencan buta yang diatur oleh ibunya menimbulkan sebuah petaka besar bagi Riko. Bagaimana tidak, minuman yang ia minum bersama pasangan kencan butanya ternyata sudah dicampur dengan obat kuat. "Sial!" maki Riko "Aku akan membunuhmu!" teriak Sita