Balas Dendam

299 50 1
                                    

"Kamu harus menikah dengan ayahku," ujar Sita membuat Dina ternganga kaget.

"Kamu gila!" Ujar Dina tanpa sadar.

Sita tersenyum senang. "Tentunya tidak segila kamu," ujar Sita membuat Dina tidak habis pikir. Bisa-bisanya Sita dengan santai memimta dirinya menikah dengan ayah Sita.

"Kamu pasti becanda kan?" Tanya Dina memastikan.

"Aku serius, memang kapan aku pernah bercanda?" Tanya Sita membuat Dina sadar kalau Sita memang sedang serius. Selain pernah menjadi atasannya selama 2 tahun, Dina sudah mengenal Sita sejak jaman SMA.

"Tapi kamu kan tau aku sudah menikah?" Ujar Dina sambil menunjukkan tangannya yang tersemat cincin dijari manisnya.

Sita menatap cincin di jari manis Dina sambil mendekus. "Kapan kamu akan terima kenyataan kalau kamu sudah janda," ujar Sita membuat Dina terkekeh pahit.

Sita yang sadar suasana mulai canggung, berdehem sejenak untuk menghindari pembahasan yang menyedihkan.

"Jadi kamu bersedia atau tidak?" Tanya Sita mengingatkan kembali inti pembicaraannya dengan Dina.

"Apa tidak ada syarat lain?" Tanya Dina memastikan. Sita menggeleng.

Dina berpikir sejenak. "Bagaimana kalau jadi pacar saja, tidak sampai menikah?" Ujar Dina menawar.

Sita berpikir sejenak. "Oke."

"Kamu gugup, ya?" Suara Satya membuyarkan lamunan Dina.

Dina tersenyum tipis. "Nggak kok, Om, hanya tiba-tiba haus," ujar Dina yang mulai merasakan tenggorokannya kering. Meskipun berada diruangan terbuka, tapi Dina merasa kepanasan.

"Sita itu memang agak aneh, tak usah dipikirkan, anggap saja kamu kesini menemani om sebagai keponakan, bukan sebagai kekasih," ujar Satya yang seperti Dina tidak bisa menolak kekonyolan Sita.

Dina terkekeh. Dina masih berusaha memfokuskan pandangannya. Efek minuman yang Sita berikan sebelum Dina masuk ke ruangan ini mungkin sudah mulai breaksi.

Saat Dina baru saja keluar dari mobil, Sita langsung menyodorkan sebotol minuman kecil bewarna orange ke arah Dina.

"Minum," ujar Sita sebagai perintah.

"Racun?" Tanya Dina yang heran melihat gelagat Sita yan memberinya minuman.

"Vitamin agar kamu kuat berada di pesta ini," ujar Sita, tapi Dina masih ragu dengan perkataan Sita.

"Aku serius," ujar Sita membuat Dina meraih botol tersebut, enggan menolak permintaan Sita, takut Sita mengurungkan niat untuk memperkejakan dirinya kembali.
Dina meminum minuman itu dalam sekali tegukan.

"Ngomong-ngomong aku sudah memasukan obat peransang ke minuman itu," ujar Sita santai, tapi tidak dengan Dina. Sisa air didalam mulutnya yang belum ia telan, ia sembur dengan mendadak.

"Kamu gila, ya!" Ujar Dina menoleh ke arah Sita, tidak percaya dengan ulah Sita.

Sita tersenyum penuh kemenangan. "Aku ingin kamu merasakan apa yang pernah aku rasakan akibat perbuatanmu," ujar Sita sambil tersenyum puas.

"Duluan, ya," ujar Sita sambil beranjak terlebih dahulu memasuki gedung pesta, meninggalkan Dina yang masih tidak habis pikir dengan tingkah Sita.

"Ini, istri paman Satya?" Tanya sebuah suara mengagetkan Dina dari lamunannya.

Dina baru menyadari bahwa mereka sudah berdiri di hadapan Riko.

Satya tertawa. "Kamu ini, suka bercanda, masa istri paman semuda ini. Bukan dong, ini keponakan paman, sengaja paman ajak kesini agar bisa ketemu jodoh," ujar Satya membuat Riko menatap ke arah Dina. Tatapan tajam.

Kejar TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang