07.

1.1K 11 0
                                    

Layar laptop yang berada di meja mendadak mati- setelah dibiarkan begitu saja selama beberapa menit. Dari layar yang gelap itu, terlihat pantulan bayangan dua orang yang duduk di sofa.

Dea nampak begitu nyaman merespon ciuman Mas Bima yang sedikit liar. Menggigit dan menarik bibir Dea, lalu mengulumnya seperti permen.

Alunan lagu Born To Die dari playlist Lana yang diputar Dea terdengar samar seiring dengan derasnya tetes hujan di atap cafe. Berkas- berkas di sekitar laptop yang berserakan menggambarkan suasana cafe yang sepi- dan sekaligus riuh oleh deburan jantung sang manajer.

Dea tak akan pernah bosan dengan cara Mas Bima mencium nya. Nafas gadis itu memburu, kedua tangannya merangkul leher lelaki itu erat. Seolah tak rela jika Mas Bima melepas pagutan.

Mas Bima menggerakkan tangannya, merabai garis pinggang Dea yang mengalir. Kaos cream seragam Dea yang mencetak lekuk tubuh itu sedikit terangkat, membuat Mas Bima leluasa merasakan halusnya kulit gadis itu.

"Haaah.." Dea mendongak, menghela nafas panjang di tengah hawa kota Batu yang menusuk, di tambah hujan yang membuat titik embun pada kaca jendela.

Mas Bima menciumi belakang telinga Dea, bergeser mengikuti rahang Dea dan berhenti di dagunya.
Membuat gadis itu meremang di sekujur tubuh.

"Mas Bim," Dea memejamkan mata, mendesah nama Mas Bima, menikmati cumbuan lelaki itu di lehernya.
Mengobati rindu dalam dada Dea setelah tak berjumpa beberapa minggu.

Ini yang Dea inginkan.

Betapa gadis itu selalu mendambakan kecupan dan belaian Mas Bima ditubuhnya. Nafas dan suara berat lelaki itu di telinganya.
Dan tentu saja, perasaan menggebu saat Mas Bima berada dalam tubuhnya.

Mendesak dan memenuhi kekosongan dalam tubuh Dea di bawah sana.

"Ahhh.."

Dea menggigit bibirnya kuat, tak tahan membayangkan bahwa sebentar lagi ia akan merasakan itu. Tangannya mencengkeram pundak kaos Mas Bima.

"Dea.." ujar Mas Bima di sela kecupannya pada leher gadis itu. Bekas- bekas merah terlihat begitu jelas membekas di kulit bersihnya.

Tangan lelaki itu bergerak, menelusup di balik rambut panjang Dea memegangi risleting yang berada di belakang seragam cream gadis itu.

-zrrrrt.

Suara pelan terdengar saat Mas Bima menarik turun risleting Dea, membuka lebar bagian leher seragamnya.

Dea hanya terdiam menatap wajah Mas Bima dengan bibir terbuka dan nafas terengah. Ia membiarkan Mas Bima menuntun tangannya sedemikian rupa, yang entah bagaimana bisa melepas baju seragam Dea tanpa melepas apron cokelat yang ia kenakan.

Ia menyampirkan baju seragam itu di sandaran sofa tanpa melepas pandang dari Dea.

"Kamu cantik, Dea," Mas Bima mengelus leher dan bahu Dea yang terekspos. Mata Mas Bima bergerak pelan mengikuti tangannya yang menelusuri kulit yang bersih dan sehalus sutra itu.

Tangan itu berhenti di punggung Dea, dan dengan mudahnya melepas kait bra strapless yang Dea kenakan.

Dea menarik nafas panjang saat tangan Mas Bima membebaskannya.

Mas Bima menarik pelan bra Dea yang melorot jatuh itu, dan mencampakkannya begitu saja di lantai.

Dea menelan ludah, merasakan tatapan lekat Mas Bima di bagian dadanya.
Apron cokelat yang masih terikat di badan Dea seolah tak mampu menutupi betapa mengkal nya bukit payudara gadis itu.
Dengan pucuk berwarna gelap yang terlihat mengintip malu- malu di baliknya.

Yang justru terlihat sangat menggoda di mata Mas Bima.

Mas Bima memegangi punggung dan leher Dea, merebahkannya pelan. Membuat gadis itu terlentang sepenuhnya di atas sofa panjang cafe di sebelah meja laptop.

Dea hanya bisa memperhatikan Mas Bima dengan jantung berdebar tatkala lelaki itu bergerak di atasnya. Satu lututnya menumpu di sofa, tepat di antara kedua kaki Dea- membuat gadis itu mendesah saat lutut Mas Bima sedikit menekan bagian bawah nya.

"Kamu mau ciuman yang manis?" tawar Mas Bima.

"Iya?" Dea menatap Mas Bima bingung sesaat, namun ia pun mengangguk.

Tangan Mas Bima terulur ke meja sebelah, mencolek cream coklat pada cake yang masih tersisa separuh dengan jari telunjuknya.

"Eat this," Mas Bima meletakkan cream itu di bibir Dea, mengoleskannya lembut di bibir bawah gadis itu seperti lipstik.

Keduanya saling berpandangan, menikmati wajah masing- masing yang sedang mabuk oleh perasaan.

Dea berdebar merasakan jari Mas Bima memainkan bibirnya. Gadis itu pun mengangkat tangan, menahan gerakan tangan Mas Bima.

Dea membuka mulut, lalu menarik masuk jari telunjuk Mas Bima hingga setengah. Dan mengulumnya.

Dea mengigit ringan jari Mas Bima, mengecap dan mengisap manis cream yang tersisa. Lidah gadis itu bergerak, berputar dan memainkan jari lelaki itu dalam mulutnya.

Membuat Mas Bima tersenyum senang melihat ekspresi Dea yang seolah menantang nya. Perlahan ia menarik jarinya keluar dari mulut gadis itu.

"HMMP?" Dea terbelalak kaget saat Mas Bima dengan cepat melumat bibirnya.

Lidah lelaki itu bergerak menyusuri bibir Dea, mengisap dan membersihkan cream yang menempel di situ.

Lalu lidahnya bergerak masuk, mendorong cream coklat itu ke dalam mulut Dea.
Cream yang sudah lumer bercampur dengan air liur Mas Bima.

Lidah Mas Bima menarik dan mendorong lidah Dea, memain- mainkan cream itu di antara keduanya. Air liur keduanya yang menyatu dengan rasa cream, memberi sensasi basah, dingin dan sedikit lengket licin.
Membuat Dea terpaksa mereguk cream lumer itu pelan.
Manis.

Mungkin terdengar menjijikkan, namun ada sesuatu dari hal- hal semacam ini yang justru membuat jantung Dea terpompa.
Seolah melepas Dea dari batasan- batasan.

Dea jastru memegangi kedua pipi Mas Bima, menarik wajah lelaki itu semakin dekat saat Dea membuka mulutnya lebih lebar.
Menarik dan mengisap kuat lidah Mas Bima, meresapi jejak manis cream itu hingga tak bersisa.

Mas Bima mengangkat wajahnya, memandangi Dea dengan senyum penuh kepuasan.
"You're naughty."

Dea hanya tersipu, menggigit bibirnya salah tingkah. Namun ada perasaan membuncah dalam dirinya jika melihat Mas Bima senang seperti itu.

"Lemme try another, then," ujar Mas Bima singkat.

Ia meraih gelas iced Americano nya di sebelah cake, lalu menatap wajah gadis di bawahnya.

"You're gonna like it even more."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CREAMY LATTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang