bab 67

3.8K 515 35
                                    


"Jun dak mau mama" rengek nya.

  Wendy sendiri sudah pusing sedari tadi putranya itu menolak pakaian yang dia pilihkan, tadi kakak iparnya sudah menghubunginya kalau dia yang akan menjemput Renjun hari ini.

"Jun mau pakai baju yang mana sayang, nanti masuk angin loh nak" bagaimana tidak hawatir hampir 30 menit putranya tidak memakai baju hanya memakai bath robe yang ada tudungnya membuat Renjun tampak lucu dengan telinga handuk yang mencuat.

"Jun mau ni" ujarnya menunjuk salah satu pakaiannya membuat Wendy harus ekstra bersabar menghadapi putranya itu.

"Kenapa gak dari tadi sih nak, ayo sini, entar keburu tante dateng loh" ujar Wendy menuntun Renjun kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Ma, Jun bawa lukis lukis" ujarnya menatap mamanya yang tengah mengeringkan rambutnya.

"Iya nanti mama bawain lukis lukis, dah selesai anak mama udah ganteng nih, ayo turun, entar ayamnya di ambil papa loh" ujarnya membuat Renjun langsung hendak berlari kalau saja dirinya tidak cekatan memegang tangan anaknya.

"No lari lari, nanti jatuh" dengan pelan dirinya menggandeng tangan putranya untuk turun ke bawah.

  Di meja makan ternyata semuanya sudah berkumpul tinggal menunggu Renjun saja.

"Pagi" ujarnya berlari segera dan melihat apakah ayamnya masih ada.

"Waahh hyung lucu banget" Chenle menatap gemas Renjun yang hanya tersenyum di bilang lucu.

"Makan yang banyak hm" setelah Wendy mengambilkan makanan untuk Renjun, mereka memulai sarapan pagi bersama dengan sesekali Chenle ataupun Haechan yang usil terhadap Renjun.

"Injun ini bekalnya dua, mama masukin sini ya sama susunya juga jajan Injun, nanti di bawah tante ya sayang" Wendy memasukkan dua kotak bekal tadi ke dalam tas yang berbeda lebih tepatnya hanya paperbag karena tas anak itu sudah penuh dengan alat lukis yang dia masukkan.

"Abis" Renjun mendorong piringnya yang sudah kosong.

"Pinternya" Chanyeol tersenyum dengan sedikit mencubit pelan pipi putranya yang semakin berisi, dia senang melihat nafsu makan putranya yang tidak pernah menurun.

"Siapa yang ngajemput?" Chanyeol menatap istrinya yang tengah merapikan piring putranya yang lain.

"Eonni, tadi sudah nelpon kok, tunggu aja" gumamnya.

  Satu persatu dari putranya sudah berangkat hanya menyisahkan mereka bertiga yang kini duduk santai di teras rumah sembari menunggu Yoona datang.

   Tak lama mereka melihat sebuah mobil yang memasuki pekarangan rumah tapi sepertinya bukan mobil milik Yoona.

"Lama ya nunggunya" Yoona keluar dari dalam mobil.

   Mereka kira hanya Yoona yang menjemput putranya tapi sepertinya bakal ada tragedi setelah ini.

"RENO! KEMARI KAU HAH!" Chanyeol langsung menghampiri Reno yang terkejut melihat dirinya.

  Reno sendiri sudah lari dengan Chanyeol yang mengejarnya.

"SINI KAU DUDA GAK LAKU, SINI, LU UDAH AJARIN ANAK POLOS GUE YANG GAK GAK LU YA" Chanyeol masih mengejar Reno yang terus saja menghindar.

"Ampun tiang, astaga, gak sengaja sumpah gak sengaja, mati gue tiang" bagaimana tidak jika Chanyeol sekarang menarik kerah bajunya dari belakang.

"Astaga, apa mereka lupa umur" ujar Yoona yang menatap Wendy yang juga terdiam melihat suaminya.

"Sepertinya eonni" gumam nya.

"Mah" Renjun menarik tangan mamanya.

"Aduh sampai lupa mama astaga" ujarnya saat melihat putranya yang sudah cemberut.

"Eonni ini bekalnya aku sendirian kan ya, soalnya tasnya full sama alat lukis yang mau di bawah tadi" ujarnya menyerahkan paperbag tersebut.

  Sedangkan Yoona sendiri hanya mengangguk dan membawa Renjun untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil.

Tin tin....

  Yoona sengaja mengklakson mobilnya agar Chanyeol dan Reno berhenti.

  Reno yang melihat adiknya sudah menatapnya tajam langsung saja mendorong tubuh Chanyeol dan langsung berlari memasuki mobilnya.

"Berangkat ke Kantor pak" Wendy menarik telinga suaminya saat hendak mengejar Reno tadi.



"Hustt le, Chenle" Alan sedikit menyenggol lengan Chenle membuat sang empu langsung menoleh.

"Itu kembaran lu kenapa, diem aja dari tadi, kalau belum sembuh ngapain masuk" gumam Alan pelan, sesekali dirinya melihat ke arah Jisung yang hanya terdiam sambil menelungkup kan kepalanya di atas meja.

"Di suruh keluar dari club dance" ujarnya pelan bahkan Dian langsung menatapnya.

"Lah kenapa, gue gak punya temen lagi nanti" ujar Dian.

"Bentrok Dian" jelasnya tapi sepertinya Dian masih belum terima.

"Lah, kenapa gak basket aja yang mundur" ujar Dian.

"Gak bisa, kalau basket yang mundur, Jisung memang sangat suka dengan dance tapi dia tidak mungkin meninggalkan basket karena mama sangat suka dengan olahraga itu, kemungkinan sebagai gantinya Jisung akan di masukkan ke sanggar tari sama papa" Chenle menatap adiknya yang hanya diam sembari memejamkan matanya.

"Andai gue orang kayak, gue pasti akan nemenin Jisung masuk sanggar tari, ehhh tapi ada modern dance kan?" Ujarnya karena setaunya sanggar tari ya cuma tari tradisional.

"Ada, Mark hyung yang cari, di sana juga ada modern dance nya, dan ada timnya juga, lagian kata papa biar Jisung gak belajar dance moderen aja tapi juga belajar tarian tradisional mengingat kita semua lahir di sini kan walaupun besar di luar negri dan darahnya campuran, tapi oma asli indo kok" gumam Chenle sembari berpikir.

"Kok gue jadi bayangi, Jisung yang biasanya dance modern tiba tiba nari tradisional apa gak kaku tuh" gumam Alan bahkan Chenle tidak pernah membayangkan sampai ke sana.

   Renjun tengah sendirian di belakang sekolah, sepertinya Reno sedikit lengah hingga Renjun tiba di sana sendirian.

"Kok amu lompat, Jun capek" ujarnya mendudukkan dirinya di tanah basah sambil memperhatikan seekor kodok yang tadi dia kejar.

"Jun lapal, amu lapal dak" ujarnya melihat kodok yang justru kembali melompat ke arah sawah.

"Jun kejal lagi amu" Renjun bangkit dan segera mengejar kodok yang berlari tadi.

   Tanpa di sadari ada satu orang yang tengah kebingungan mencarinya sedari tadi.

"Astaga jangan sampai gue di gebukin Chanyeol lagi" baru saja dirinya meninggalkan Renjun untuk membeli makanan karena sudah waktunya istirahat dan pasti kantin full sedangkan Renjun meminta membeli jajan di sana walaupun sudah di bawakan bekal.

  Tapi ketika Reno balik, Renjun sudah tidak ada di ruangannya membuat dia bingung dan sedari tadi sudah mencari hampir ke seluruh sekolah.

"Pak, Renjun ada di belakang sekolah, lebih baik bapak liat aja, kita gak berani ngasih tau" ujar salah satu murid membuat Reno langsung berlari menuju belakang sekolah.

  Reno semakin berlari kencang menuju belakang sekolah yang merupakan persawahan, dirinya benar-benar takut terjadi sesuatu pada keponakannya itu.

"Keponakan saya ngapain di sana" ujar Reno menatap siswa yang sekarang tengah bersamanya.

"Liat sendiri aja ya pak, kita takut mau ngejelasin" ujarnya membuat Reno hanya bisa berdecak kesal.

"ASTAGA RENJUN!"



   Ayo jangan lupa vote sama komen oke

 

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang