Setelah puas menghabiskan makanannya dan bercanda, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Syafira dan Chika menoleh, dan mereka melihat guru BK sedang berjalan menuju kantin.
"Eh, ada Pak Yudi! Cepat sembunyi!" Syafira berbisik panik. Pak Yudi adalah guru BK di sekolahnya, dan Syafira dkk selalu memanggilnya dengan sebutan "Pakyu." Mereka berdua langsung melompat dari kursi, tapi terlambat. Sang guru sudah melihat mereka.
"Syafira, Chika! Kenapa kalian di sini? Bukannya harus di kelas?" suara Pak Yudi tegas menggema.
"Duh, sialan!" bisik Chika sambil menutupi wajahnya.
"Ini... kami cuma... mau makan sarapan, Pak!" Syafira berusaha menjelaskan, tetapi wajahnya terlihat cemas.
"Kalian tahu kan aturan sekolah? Jangan seenaknya," kata guru itu menatap mereka dengan tatapan serius.
"Enggak, Pak! Kami enggak bolos, cuma..." Chika mencoba membela diri, tapi kalimatnya terhenti saat melihat tatapan tajam guru.
"Langsung ikut saya ke BK. Sekarang!" perintahnya.
Mereka berdua hanya bisa saling pandang dengan putus asa. "Duh, kita bener-bener kena deh," Syafira mengeluh.
Setelah berjalan dengan langkah berat menuju BK, suasana di dalamnya sangat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sudah lebih dulu duduk dengan ekspresi santai.
"Silakan duduk di sana," guru BK menunjuk kursi yang kosong.
Setelah duduk, Chika berbisik, "Gimana nih? Kita bisa kena hukuman berat."
"Tenang, enggak usah panik, santai aja," Syafira mencoba berpikir positif.
Tak lama, guru mulai mengajukan pertanyaan kepada mereka. "Kalian akan saya berikan konsekuensi. Dan ingat, jangan sampai terulang lagi. Dapat hukuman satu jam di sini, ya," kata guru BK dengan nada tegas.
---
Setelah menghabiskan satu jam di ruang BK, kini Syafira dan Chika sudah boleh keluar, karena waktunya juga sudah menunjukkan bahwa saat ini adalah waktu istirahat.
Saat mereka berjalan di koridor sekolah, tiba-tiba mereka terkejut oleh kedua sahabatnya, yaitu Haura dan Fika.
"Woy," ucap Fika sambil memegang kedua pundak temannya.
"Anjing, kaget gua, bangsat!" refleks Chika.
"Eh, anjing lo... gila lo... kalau gua jantungan gimana, hah? Emangnya lo berdua mau tanggung jawab?" ucap Syafira sambil menirukan omongan Lylla.
Lylla adalah salah satu teman mereka yang sangat receh, tetapi sangat disayangi meski beda kelas.
"Yaudah sih, congor lu biasa aja bisa, kan?" ucap Haura sambil mencomot mulut Syafira.
"Awss... sakit, mamah!" adunya kesakitan.
"Lebay," tunjuk Fika dengan singkat.
"Eh, iya, lu berdua tadi kemana? Kok gua cari enggak ada di lapangan?" tanya Haura secara tiba-tiba.
"Kita ke BK, dipanggil sama Pak Yudi," balas Syafira.
"Loh, kok bisa?" "Jadi, tadi pas lagi di hukum, gua diajak si Saritem ke kantin. Eh, enggak expect ternyata di kantin kita ketemu sama Pak Yudi," jelas Chika.
"Lagi-lagi si lu berdua ngadi-ngadi, deh," ucap Fika.
"Lah, namanya orang lapar, kan, mana bisa ditahan?"
"Iya deh, iya."
Setelahnya, mereka berjalan beriringan menuju kantin.
---
Kringgggggg... Bel pulang sekolah sudah dibunyikan, artinya sebentar lagi Syafira menuju ke parkiran untuk mengambil motor miliknya.
Terlihat ada segerombolan cowok yang sudah menunggu di parkiran, yakni Varrel, pacar Syafira.
"Sayang..." sapa Syafira saat sampai di parkiran, dan langsung memeluknya.
"Hay," ucap Varrel sambil membalas pelukkannya.
"How are you today?" lanjutnya sambil melepas pelukan.
"I'm fine, how are you, darling?" tanya Syafira kembali.
"I am also fine," balasnya.
"Aku dari tadi nungguin kamu di sini lama banget, kamu ngapain aja?" ucap Varrel kepada Syafira.
"Oh, sorry ya, udah nunggu lama, soalnya tadi ada foto bareng di kelas."
"Oh, yaudah yuk sekarang kita balik," ajak Varrel.
"Ayuk," serunya.
"Kamu sama aku aja, biar motornya Haura yang bawa."
"Oke."
Mereka mengendarai motor dengan kecepatan sedang dan tidak lupa memakai helm.
Sesampainya di rumah, Syafira segera masuk ke dalam rumahnya karena waktu sudah mulai menjelang malam.
"Assalamualaikum," salam Syafira saat memasuki rumah.
"Waalaikumussalam. Sini duduk, Abi mau bertanya sama kamu," ucap Abi Zafar dengan menepuk sofa kosong di sebelahnya.
Syafira menghampiri abinya lalu duduk di sebelahnya. "Ada apa, Abi?" tanyanya.
"Kenapa kamu masih dekat-dekat dengan Varrel?"
"Kamu itu perempuan, Syafira. Sudah dong, jangan pacaran lagi... Ya Allah, harus berapa kali Abi bilang sama kamu, jauhi Varrel, masih saja kamu dekat dengan dia. Pokoknya lusa kita akan berangkat ke pesantren, Abi enggak mau tahu, ya," ucap Abi Zafar dipenuhi emosi.
Flashback On
"Abi mau kamu tinggal di pesantren."
"Loh, kok gitu, Abi?" "Enggak bisa gitu dong."
"Syafira, boleh turuti permintaan Bunda sama Abi sekali saja, nak?"
"Enggak bisa, Bunda." "Syafira enggak mau tinggal di pesantren."
"Enggak hari ini, sayang, tapi beberapa bulan lagi." "Mau, ya, nak?" "Bunda mohon sama kamu sekali lagi."
"Tapi Syafira kan enggak pernah tinggal sendiri, Bun..." "Syafira enggak mau."
"Syafira, dengar Abi. Syafira enggak kasihan sama Bunda sama Abi?" "Kita tuh pengen banget Syafira nurut sama kami. Boleh, ya, nak?"
"Enggak, pokoknya Syafira enggak mau."
"Huft..." "Yaudah sekarang gini aja, kamu mau nurut kata Abi sama Bunda atau motor kesayangan kamu sekaligus fasilitas yang kamu pegang, termasuk ponsel, Abi sita."
"HAH??" "Enggak bisa gitu dong, Bi."
"Bisa."
"Abi jangan gitu, lah."
"Ayo silakan dipilih, kamu mau yang mana?"
"Argh, yaudah, Syafira pilih tinggal di pesantren." "Tapi beberapa bulan lagi, ya." "Syafira masih mau main sama teman Syafira."
"Alhamdulillah, makasih ya, sayang."
"Iya, Bunda."
"Tapi kamu enggak boleh berangkat bareng sama pulang bareng dia." "Paham?"
"Iya, Abi, Syafira paham."
Flashback Off
"HAH!" "KOK DIPERCEPAT SI BI?" keluhnya.
"Karena kamu masih saja tidak mengerti ketika dibilangin sama Bunda sama Abi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Perjodohan Ke Cinta Sejati
RomanceSyafira, gadis berjiwa bebas yang terkenal "bar-bar" di sekolahnya, sering jadi pusat perhatian karena sikapnya yang cuek dan percaya diri. Tapi, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya mengirimnya ke pesantren setelah mengetahui hubungannya de...