Keraguan 1

6 1 2
                                    

.
.
.
.
.

   • ~   Aqiqah 1  ~ •


Di antara orang-orang yang sibuk kesanadankemari, ada seorang perempuan berhijab yang sedang mengotak-atik isi dari kotak P3K.

Sambil membawa sebuah kertas kecil yang bertuliskan "Resep Dokter". Kedua Matanya  berbinar kala menemukan benda yang ia cari sedari tadi.

Kemudian Ia mengambil sebuah gelas di atas meja yang sudah berisi air, dan berjalan ke suatu tempat.

"Siapa perempuan itu?" Salah seorang bertanya pada yang lainnya ketika melihat perempuan itu.

"Entahlah! Mungkin kerabat umi". Jawab seseorang.

Beberapa dari orang-orang menannyakan perempuan itu dengan rasa penasaran. Siapa perempuan yang berkeliaran itu?

Dia tetap berjalan dan tidak menghiraukan perkataan orang-orang disekitarnya. Lalu ia menghampiri seorang wanita paru baya yang tengah asyik berbincang dengan para wanita.

"Maaf umi, ini waktunya minum obat!" Ucap perempuan tersebut kepada wanita paruh baya itu.

"Ohh iya!" Wanita paruh baya itu pun meminum obat yang dibawakan perempuan tadi.

"Siapa perempuan ini, Umi?" Salah seorang perempuan disana bertanya pada wanita paruh baya/Umi.

"Dia adalah perawat saya, namanya Rena!" Ucap Umi. Lantas Rena tersenyum pada mereka.

"Ohh ternyata ini perawat Umi. Saya tidak menyangka jika dia seorang perawat!" Ucap salah seorang perempuan.

Rena hanya diam dan tersenyum, masa-masa seperti inilah yang membuatnya binggung. Entah harus bereaksi seperti apa. Jika membalas pujian itu, apa dia akan dikira sombong?

Rena adalah seorang perawat yang bekerja di rumah sakit besar. Saat itu Ia mendapat rekomendasi dari pihak rumah sakit untuk menjadi perawat pribadi. Akhirnya Rena menyetujuinya.

Ia menjadi perawat pribadi untuk seorang wanita paruh baya penderita gagal ginjal yang bernama Amarita atau kerap dipanggil umi. Rena melakukan pemeriksaan rutin seminggu tiga kali di rumah Umi secara langsung. Jadi Umi tidak perlu repot-repot pergi ke rumah sakit.

Dia sudah bekerja beberapa minggu di rumah Umi. Orang-orangnya yang sangat ramah membuat Rena nyaman bekerja disini, walau memang masih baru.

Umi memberikan gelas yang Ia pakai tadi kepada Rena.

"Ayo ikut kumpul!" Ajak Umi kepada Rena.

"Maaf Umi, tadi mbak yeyen meminta bantuan ke saya. Jadi saya ndak bisa ikut kumpul." Rena menolak Umi dengan sopan.

"Ohh begitu yahh, yaudah gapapa"

"Saya permisi dulu, Umi." Ucap Rena

"Iyaa." Setelahnya Rena langsung pergi ke belakang.

Disaat para Ibu-ibu itu fokus membicarakan sesuatu, tiba-tiba seorang lelaki datang menghampiri Umi dengan nafas yang terengah-engah seperti selesai lari maraton.

"Dari mana kamu, nak?" Tanya Umi.

"Saya tadi mencari Abah, soalnya dicariin sama pak Ilyas!". Jawab lelaki itu.

"Abang tadi nyariin Abah yah?" Tidak lama kemudian ada seorang pemuda yang menghampiri mereka dan menanyakan sesuatu pada lelaki itu.

"Iya. Kau tahu dimana dia sekarang?" Balas lelaki itu

"Kebetulan tadi aku lihat Abah dan Iza bermain di taman belakang!" Jelas pemuda tersebut. Setelah mendengar penjelasan dari pemuda itu, lelaki itu pun langsung bergegas mencari keberadaan Abah.

Lelaki itu menuju ke arah taman belakang, persis dengan apa yang dikatakan oleh pemuda tadi.

Langkahnya terhenti kala melihat seorang lelaki paruh baya yang berjalah dari arah pintu belakang sambil mengendong seorang balita perempuan. Lelaki itu segera menghampirinya.

"Abah dicariin sama pak Ilyas di depan!" Ucap lelaki itu.

"Wahh bakalan datang ya pak Ilyas?" Ucap Abah.

"Kan Abah sendiri yang undang!" Balas lelaki itu.

"Iyahh sihh hehehh" tawanya membuat lelaki itu sedikit kesal. Mereka bertiga pun pergi menemui orang yang disebut lelaki tadi.

...

Sesampainya di teras rumah ada seorang pria paruh baya yang sedang duduk di kursi rotan.

Pria paruh baya itu langsung berdiri saat melihat Abah yang datang bersama seorang lelaki

"Assalamuallaikum, Abah" ucap pria paruh baya itu dengan tersenyum.

"Waalaikumsalam. Saya tadi ndak tahu kalo pak ilyas bakalan hadir!" Balas Abah.

"Iya Abah. Tadinya burhan yang mau datang lalu saya tolak, sekalian mau main ke rumah Abah!"

"Maaf pak, saya tadi ngajak cucu ke taman belakang! Mumpung lagi ngumpul di sini!" Jelas Abah.

"Ga papa. Jarang di sini, wajar kalau eyangnya kangen!" Ucap pak Ilyas.

"Bener, pak. Anak-anak udah pada berumah tangga sendiri."

"Ada satu yang masih lajang, tiap ditanya kapan menikah jawabannya pasti nanti mulu!" Sambung Abah dengan pasrah.

"Heheh... anak laki-laki mah santai kalo tentang nikah!"

"Yah begitulah pak! Saya mah terserah mereka, yang penting mereka bahagia!"

"Gimana kalo Abah carikan saja calon istri buat si bungsu!"







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sirena: I doubt himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang