11

2.3K 349 81
                                    

Bianca's Point of View

Keesokan harinya, gue menemukan mobil Niall udah parkir di depan kos-kosan gue. Cowok yang ngendaraiin lagi sibuk perhatiin handphonenya. Nggak lama setelah itu, handphone gue berdering menandakan kalau ada pesan masuk. Pas gue lihat, bener aja si Niall ngechat gue kalau dia udah ada di depan kos-kosan gue.

Gue melangkah mendekati mobil cowok itu kemudian mendudukan badan gue di kursi samping pengemudi. Niall menoleh lalu mengerenyit.

"Cepet amat? Perasaan gue baru ngabarin lo kalau gue ada di sini?" Tanyanya.

Gue memasang seatbelt kemudian menjawab. "Lo ngechat gue pas gue udah ada di depan gerbang kos. Baru mau berangkat gue,"

Niall mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya. Gue menyambungkan radio mobil Niall dengan handphone gue dan memilih musik. Niall kelihatan terima-terima aja sama musik pilihan gue.

"Kata Tere, kelas lo sampe jam dua belas ya?" Niall bertanya tanpa menoleh ke arah gue. Gue mengangguk.

"Kenapa?"

"Gue ada satu kelas doang hari ini, tapi gue ada rapat BEM. Nanti pulang sama gue, ya." Ucap Niall.

Gue mengerenyit. "Pulang sendiri aja lah gue, ngapain sama lo. Udah jemput, nganter balik lagi. Emang lo supir gue?"

"Lah aneh ini cewek. Fungsinya gue jadi pacar lo apa? Supir gratis termasuk jasa gue ke pacar gue lah. Lagian masa lo pulang sendirian? Gue merasa tidak bertanggung jawab," Niall menoleh ke arah gue.

"Alay banget ini anak," gerutu gue pada akhirnya.

Niall terkekeh. "Ya nggak apa-apa. Effort pacaran kan ada di alay."

"Terserah lo deh."

[—]

Gue menyandarkan pundak gue di sandaran kursi kelas. Mata gue memejam. Pengen tidur aja gue rasanya. Semalem, gue tidur jam 3 pagi. Bangun jam 5 terus nggak bisa tidur lagi gara-gara revisi tugas. Mana kelas adem banget lagi, bikin gue tambah ngantuk. Untung dosennya ada rapat jadinya ngajar setengah jam mata kuliah doang. Coba ngajar full, modar gue.

Teresa yang duduk di samping gue lagi sibuk main handphone, kita lagi sama-sama nunggu kelas sepi supaya ga rame pas keluar. Gue menghela napas. Ini kenapa hidup gue begini amat. Ditambah si Niall. Duh ya, pusing gue.

"Kantin yu, Bi. Laper gue," ajak Teresa. Gue mengangguk lalu bangkit lalu berjalan menuju kantin dari kursi karena kelas udah sepi.

Gue sama Teresa pun memesan makanan. Setelah memesan makanan, kita mutusin buat duduk di sisi pojok kantin. Nyari tempat adem dan nggak rame sebenernya. Gue lagi makan makanan gue ketika Louis tiba-tiba nangkring di hadapan gue.

"Hei, Bi!" Sapanya sambil nyengir lima jari. Gue mengerenyit.

"Ngapa?" Tanya gue.

Louis menggaruk belakang kepalanya yang gue yakin nggak gatel sama sekali. "Sorry ya gara-gara gue iseng, lo sama Niall jadi kemana-mana." Ujarnya sambil memelas.

"Bukan salah lo juga si, Lou. Gue juga iseng ke Niall. Niall juga agak sinting jadi ya begitu deh jadinya." Balas gue sambil melanjutkan acara makan gue.

"Tapi lo tau kan itu Niall produk gagal move on?" Tanyanya lagi kemudian.

Teresa menghentikan makannya lalu menatap Louis. "Ya tau lah, Lou. Ini dia temenan sama gue. Pasti gue kasih tau." Sambarnya.

Louis mengangguk. "Gue sih berharapnya si Niall jadi suka sama lo beneran. Capek gue lihatin itu anak jadi sad boy," ujarnya. "Niall baik kok, Bi. Setia juga, cuma rada goblok aja." Lanjut Louis kemudian.

"Iya gue tau, kok." Jawab gue. Gue nggak tau mau jawab apalagi.

"Oh iya, dia masih rapat sama anak-anak BEM, paling dua puluh menit lagi kelar." Kata Louis yang mungkin tau gue mau balik bareng Niall. "Kalau gitu gue duluan ya, mau tidur gue di rumah. Ngantuk." Louis kemudian meninggalkan meja gue dan Teresa dengan tenang.

Teresa meminum teh kotak di tangannya dengan santai lalu melihat gue dengan pandangan menggoda. "Beneran bakal jadi kesayangannya sepupu gila gue kayaknya lo, Bi." Ujarnya.

Gue mendelik. Teresa kalau ngomong kadang suka ngada-ngada. Bikin gue ketar-ketir aja. Kesayangan apanya? Ngehadapin cowok yang hidup di masa lalu itu lebih berat daripada cowok cuek dengan muka datar.

"Ter, yang bener dong lo! Gue nggak mau ya dijadiin pelarian, ya!" Sungut gue kesal.

"Ya siapa tau aja Niall emang bener-bener ada niatan move on ke lo, Bi. Lumayan kan lo punya pacar. Meskipun Niall nyebelin, gue akuiin dia ganteng." Teresa tertawa pelan.

"Emang dasar nggak lo nggak sepulu lo, sama aja."

[—]

Friday, July 17th 2015.
Saturday, February 6th 2021.

Freak ∞ Horan [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang