Hari ini adalah hari terakhir Max berada disini.
Dia akan melanjutkan perjalanan liburannya besok yang entah akan pergi kemana, karena destinasi terakhir yang aku tau, dia akan ke kota Forklyn. Setelah itu, aku tidak tahu karena aku belum mendapatkan kesempatan untuk benar-benar bercerita dengan dirinya.
Pagi ini entah mengapa aku merasakan perasaan yang campur aduk. Fakta bahwa hari ini adalah hari terakhir Max membuatku merasa sedih. Walaupun kenyataannya aku merasa senang karena ternyata aku masih bisa merasakan ketertarikan kepada seseorang setelah pengalaman-pengalaman percintaan yang pernah aku alami. Hanya saja, aku ada diposisi dimana aku tidak bisa mengharapkan sesuatu bisa terjadi di antara aku dan Max. Maksudku, Max akan pergi besok,
Aku dengan sengaja mengambil tempat duduk di meja kedua agar aku tidak duduk menghadap ke arah teras kamarnya dan tidak melihat kedatangannya di restoran. Aku benar-benar mengambil tempat yang membelakangi meja pertama.
Aku akan membiarkan dia memilih tempat duduknya untuk makan, karena yang aku tau, sudah ada banyak orang yang duduk di meja pertama.
"Hello... Can I sit here?" Suara seorang laki-laki tiba-tiba terdengar dari belakangku. Membuat aku dengan spontan menoleh ke arah asal suara itu.
"Oh hello, Nico" Aku balik menyapa Nico. Dia mengenakan celana pendek tanpa apapun yang membalut tubuh bagian atasnya.
Iya, itu adalah Nico, bukan Max.
"Of course you can sit here" lanjutku sembari melemparkan senyuman kepada Nico.
"How are you today?" Nico bertanya sembari menarik kursi dan menyamankan dirinya di kursi tersebut.
"Good. What about you?"
"Good. I only have 1 dive today"
"So, is it a good thing? I thought you love diving"
"Of course I love diving, but I need to rest a bit and do something."
"Something important?"
Nico tersenyum, masih dengan pandangannya yang tertuju ke arahku. Aku baru menyadari bahwa sedari tadi dia berbicara denganku, dia sama sekali tidak menarik pandangannya dariku.
"Do you wanna know?" dia berucap dengan sedikit berbisik. Hal yang spontan membuatku tertawa. Maksudku, mengapa dia harus berbisik seperti itu?
"Would you tell me if I say yes?" tanyaku masih dengan senyuman yang lebar.
"Hmmm... No." Dia mengucapkan kata itu dengan pasti dan dengan sengaja menarik pandangannya dariku, yang kemudian tersenyum tipis.
"Pfttthhhh..." aku menanggapi dengan merengut. Hal yang mengundang tawa kecil dari Nico.
"I want to draw" Nico tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke arahku untuk membisikkan kalimat itu. Hal yang membuatku dengan langsung menatap ke arahnya sehingga wajah kita hanya berjarak 1 jengkal.
"Seriously?" aku tidak percaya.
"Ya" Nico mengangguk pelan.
"Do you know how to draw?"
"Of course I know." Nico berucap dengan percaya diri. "Why? You don't trust me?"
Aku kembali tertawa mendengar ucapannya. Aku tidak menduga Nico adalah seseorang yang bisa melemparkan kalimat yang terdengar seperti lelucon.
"My best friend told me not to trust any guy" aku sengaja mengucapkan kalimat itu untuk membalasnya.
"Well... In that case, I need to meet your friend and apologize on behalf of all men in the world"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVERSELESS NIGHT
Romance"Your love hit me like a country song. Soft and sweet, yet so strong. Never thought that I could crave a love like this" Bahasa Indonesia Rated M