1. Ayah

1 0 0
                                    

Seorang gadis berparas cantik, memiliki mata yang belo, rambunya yang tak begitu panjang terurai indah, dan kulitnya yang berwarna kuning langsat. Agnia Dwi Carissa, dwi yang berarti kedua. Benar, Agnia adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Anak kedua, anak tengah yang harus mengerti sang kakak dan sang adik, ia selalu merasa tidak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya maupun saudaranya. Mungkin karena ia memiliki sedikit waktu menjadi "yang paling kecil" , baru sebentar diperhatikan setelah itu lahirlah sang adik. Namun meski jarang ada orang yang memperhatikannya ia selalu sabar dan yakin bahwa akan ada waktu ia diperhatikan oleh banyak orang.

"Haii aku agnia, pada hari ini adalah hari kelulusan ku di sekolah menengah pertama ku. Namun aku begitu sedih karna hari dimana aku lulus smp kedua orang tuaku tidak bisa menemani ku, saat ku tanya ayah, beliau berkata jika ia ada dinas di luar kota.
Sedangkan bunda ia harus pergi menghantarkan sang kakak untuk lomba Kejuaraan renang tingkat internasional di yogyakarta. Hanya ada adik dan aku di rumah, sebenarnya adik menginap di asrama sekolahnya namun, ia dipulangkan karena sedang sakit. Untung saja ada Bi Ana yang membantu ku merawat adik."

"Bii lihatlah aku, bagaimana penampilanku?" ucap agnia keluar kamar sambil memutar badannya yang terlapisi kebaya berwarna coklat keemasan.

Bi Ana yang sedang menyapu lantai menjawab "yaampun, non Nia sudah pasti geulis banget, apalagi pakai kebaya begini keliatan mempesona" puji bi Ana kepada Agnia.

"Hehe terimasih bi An, bii kenapa ya bunda dan ayah tidak mau datang di hari kelulusan Nia, iya sih Nia tau mereka masih bisa datang sewaktu nia lulus SMA nanti. Tapikann, sedih aja gitu lihat teman teman lainnya bersama ibu dan ayahnya."

"Non... gaperlu dipikirin, non harus tetep sabar jalanin apa yang non tau itu kalo bakal terjadi. yaudah nanti biar anak bibi suruh nemenin non ya?" celetuk bi Ana yang merasa kasian padanya.

Agnia yang tadinya murung terpaksa untuk tersenyum "tidak perlu mbok, nia bisa sendiri aja kokk" jawab Agnia, yang bermaksud agar tidak merepotkan mbok ana.

"Nonn tidak apa daripada non sendirian atau mau sama bibi saja, tapi nanti non Iloona gimana" tanya bi Ana. Bi Ana merasa gundah harus bagaimana lagi.

Setelah perbincangan dan pertimbangan antara bi Ana dan Agnia, hasil akhirnya Agnia pergi wisuda sendiri karena bi Ana harus menjaga sang adik Agnia yang bernama lysa.

09.00 Agnia berangkat naik naik ojol pergi ke sekolahnya.

Sampai di aula sekolah ia melihat banyak teman temannya datang bersama dengan ibu atau ayah mereka. Ia merasa minder dengan teman temannya. Namun ia slalu perkataan mbok ana untuk slalu sabar. Agnia segara mencari tempat duduknya dan duduk disebelah temannya. "Loh Nia, bunda kamu gabisa dateng?" tanya teman sekelasnya, yang duduk bersama sang ibunda.

Agnia berusaha menahan tangis dan rasa sedihnya dan menjawab "hhehe iyaa, bunda lagi anterin kakak lomba di Jogja"

"Ahh begitu ya, baiklah" ujar sang teman.

Ahh aku berharap bunda ada disamping ku duduk dan berbincang bincang berdua, namun entahlah aku tak tahu harus bagaimana lagi.
batin agnia.

Singkat cerita seusai acara Agnia langsung pulang kerumah, sampai dirumah ternyata sang ayah sudah pulang dari dinasnya.

Agnia yang baru saja sampai rumah memekik "LOHH AYAH, AYAH KATANYA PULANG NANTI MALAM" teriaknya, saat melihat sang ayah di dapur dari ruang tamu.

"Ahh tadi bi Ana telfon ayah katanya Iloona keadaannya semakin parah, jadi ayah izin ke petinggi ayah dan pulang melihat keadaan Iloona, tadi ayah juga bawa adikmu ke rumah sakit namun ayah memilih untuk rawat jalan saja." Ujar sang ayah, yang sedang membuatkan bubur masakannya untuk sang adik.

Agnia langsung menghampiri sang ayah yang berada di dapur "Ayah rela izin demi Loona, padahal ada bi Ana untuk membawanya ke RS. Padahal hari ini hari kelulusan SMP ku seharusnya ayah izin juga untukku." Gerutu Agnia pada sang Ayah.

"Ayah tidak bermaksud begitu Nia, adikmu ini sakit loh, sedangkan kamu hanya mengambil rapot kelulusan SMP kamu, toh nanti di SMA bakal ada kelulusan lagi."
Jawab sang Ayah yang masih sibuk memasak.

"HANYA? Ayah bilang? iya mungkin nanti Nia SMA ayah bisa datang, tapi bagaimana jika nanti Ayah ada pekerjaan yang lebih jauh lagi? Waktu Nia SD juga begitu ayah lebih mementingkan datang ke perpisahan Kakak waktu SMA daripada kelulusanku di SD. Kemarin juga waktu Nia sakit Ayah lebih mentingin pekerjaan Ayah daripada pulang menjenguk ku!" Pekik Agnia pada sang ayah dan tidak sengaja meneteskan air matanya.

"SUDAH NIA SUDAH, Ayah ini lelah habis dinas satu minggu, kamu mah enak, makan enak, tidur nyenyak, tinggal sekolah, kok banyak protes. Sudah Ayah lelah, kita bicarakan kapan kapan saja." Bentak sang ayah tiba tiba.

Agnia adalah tipe orang jika sekali dibentak pasti akan merasa kaget dan tidak bisa menahan air matanya. Sontak saat sang ayah membentak ia langsung menangis dan pergi menuju kamarnya. "Iya yah aku tau ayah capek, tapi aku juga lelah harus diperlakukan berbeda dengan saudaraku lainnya, aku juga sedih ditanyain teman teman dan guru kenapa gaada yang dampingin, sampai sampai guruku yang ngedampingin aku saat foto bersama wali murid dan wali kelas. Aku juga iri sama teman teman karena mereka didampingin oleh ayah atau ibu mereka, mereka disana tertawa bersama, berbincang ngobrol bersama, dan foto bersama tentunya... Coba saja kalau ini hari kelulusan kakak atau adik pasti kalian tetep datang apapun kendalanya, coba saja kalau kakak tidak lomba pasti bunda akan temani aku." Gerutu Agnia dibalik pintu kamarnya.

Agnia hanyalah gadis berumur 15 tahun yang haus perhatian. Kali ini kesabarannya terhadap sang ayah yang selalu memanjakan adiknya sudah tidak bisa ditahan lagi. Ini pertama kalinya Agnia berani untuk mengutarakan perasaannya dengan emosi ke sang ayah, jujur jika ditanya bagaimana perasaan Nia, Ia menjawab "sebenarnya aku takut, aku takut jika aku mengutarakan perasaanku yang sebenarnya semua orang akan menjauhiku, ataupun berpuasa bicara padaku. Namun kali ini aku benar benar sudah tidak bisa memendamnya lagi".

Namun meskipun demikian, Agnia tetap menyayangi sang adik tanpa rasa dendam sedikit pun. Ia tahu bahwa ayahnya lah yang salah, bukan sang adik.

Terkadang Loona, sang adik selalu bercerita tentang hari hari dimana ia sedih maupun senang. Meski terlihat akur, Agnia suka mengeluh sebab ia harus slalu mengalah kepada sang adik, karna jika ia tidak mengalah tentu akan terkena omel sang ayah.

Ayah selalu memprioritaskan sang adik dari pada Nia dan sang kakak. Apa sih sebab Hendra sang ayah lebih memperhatikan Iloona? Agnia berkata "ayah pernah bercerita kepadaku, ia sangat menyayangi adik karena ia mirip dengannya, dari caranya berperilaku, dari sifatnya yang pantang menyerah, dan juga kepintaran yang dimilikinya." Benar Iloona termasuk anak terpintar dan tercerdas dari keluarga ini. Dia baru saja mau naik kelas 2 SMP namun, sertifikat juaranya sudah ada lebih dari 10 (termasuk di SD juga ya).

"Mungkin itu saja tentang ayah dan saudariku."

Hening, Namun BerisikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang