Sewaktu Agnia bayi dimana tepatnya saat ia berumur 15 bulan, dimana Agnia waktu itu baru bisa berjalan dan berbicara, meski belum lancar, disaat itulah Iloona sang adik lahir.
Ini terlalu cepat rasanya, tapi mau bagaimana lagi, waktu tidak bisa diputar kembali. Agnia yang baru 15 bulan dimanja oleh sang orangtua, tetapi karena kelahiran sang adik, ia sudah jarang diperhatikan lagi oleh kedua orangtuanya, maupun kakaknya yang sudah berusia 6 tahun waktu itu.
Saat Iloona lahir sang ibu lebih fokus memperhatikannya daripada Agnia. Karena hal itu ada suatu kejadian buruk yang menimpa Agnia. Dimana ia berumur tepat 2 tahun ibunya sedang menimang Iloona dan tidak mempedulikan Agnia yang keluar rumah sendirian tanpa ia ketahui, Gadis berumur 2 tahun itu keluar rumah, ia melintasi jalan raya didepan rumahnya. Agnia berjalan, dari depan rumahnya, berjalan ke sebrang melintasi jalan raya. SSSTTT CYUTTTT, Hampir, hampir saja Gadis kecil itu tertabrak oleh mobil. Untung saja pengemudi mobil tersebut melihat Agnia dan mengerem mendadak. Pengemudi tersebut langsung keluar dari dalam mobilnya dan mengendong Agnia yang sedang menangis perkara kaget akan klakson mobil tersebut.
Sang ibu yang mendengar suara bising klakson mobil dari depan rumahnya pun keluar dan menengok, ternyata itu adalah Agnia...
Indri dengan sigap langsung berlari dan menggendong Agnia. "Pak mohon maaf pak, saya tidak menjaga anak saya dengan baik, saya benar benar minta maaf." Mohon Indri kepada sang pengemudi motor.
Karena kejadian tersebut, Indri dan Hendra memutuskan untuk memperkerjakan baby sister yaitu 'Bi Ana' untuk membantu Indri merawat anaknya dan membantu beres beres rumah. Benar Bi Ana sudah lama tinggal bersama dengan keluarga Agnia.
Agnia pernah berkata "aku lebih menyukai Bi Ana daripada bunda, bunda baik, bunda hebat , aku sayang bunda, namun bi Ana lah yang selalu ada, selalu memperhatikan Nia, dan yang paling mengerti Nia dari Nia kecil."Singkat cerita saat Agnia berumur 10 tahun dimana ia masih kelas 4 SD, dan sang adik yang kelas 3 SD.
Hari ini, adalah hari senin, tepatnya setelah upacara bendera.
"Sebelum bubar barisan, kami akan mengumumkan anak anak hebat yang juara mewakili SD kita. Baik..." Ujar Ibu guru dari depan lapangan dengan menggenggam mic.
"ehh kamu sama Loona kemarin ikut olimpiade Mipa ya?! , Semoga saja nama kamu dipanggil" celetuk teman Agnia yang baris disebelahnya.
"Haha iya semoga saja, aku tidak berharap lebih sih, tapi kalau bisa juara 3 besar" balas Agnia dengan suaranya yang dikecilkan.
"Juara Olimpiade Mipa tahun 2018, Juara pertama yaitu ananda Triiloona Putri Hendrindri, dan Ananda Agnia Dwi Carissa yang meraih harapan 2. Selamat untuk kedua Iloona dan Agnia, untuk nama nama, anak anak juara yang telah ibu sebutkan dipersilahkan untuk manu kedepan." Tak hanya ada satu lomba yang disebut Ibu guru ada banyak lomba lomba lain yang dimenangkan oleh anak SD tersebut, sekitar ada 8 anak yang telah memenangkan dari berbeda beda lomba.
Saat pulang kerumah, Iloona langsung memamerkan hasil dari usaha yang telah ia capai. "BUNDAA LIHATLAH" teriak Iloona yang membawa piagam penghargaan yang bertulisakan 'JUARA 1 LOMBA OLIMPIADE MIPA 2018 : TRIILOONA PUTRI HENDINDRI'
"WAHH KEREN SEKALI ANAK BUNDA YANG SATU INII, Selamat ya Loona, ga sia sia kamu belajar dari siang sampai malam..." Ujar Indri yang bangga kepada anak terakhirnya.
Agnia yang baru masuk berlari ke arah sang bunda juga. "Bun, Nia juga dapat" tunjuk piagam penghargaan Agnia kepada snag ibunda.
Indri pun melihat piagam milik Agnia yang bertuliskan 'JUARA HARAPAN 2 LOMBA OLIMPIADE MIPA 2018 : AGNIA DWI CARISSA'
"Kok kamu harapan 2? Bukannya itu sama saja seperti juara 5 ya? Lihat dong adik kamu Nia, dia juara satu loh?! Adik kamu yang lebih muda dari kamu aja juara satu? Kok kamu cuma harapan 2? Mangkanya jangan main ponsel mulu, sudah tau mau ikut lomba olimpiade, tapi tidak belajar." Racau Indri pada Agnia."t-tapi kan Nia belajar mengenak-"
"Contoh tuh adik kamu, belajar dari siang sampe malem, meskipun capek tapi lihat hasilnya, yang seneng juga siapa kalau dapet juara begini, kamu sendiri kan yang seneng?! Lain kali belajar lebih baik lagi jangan main ponsel mulu." Potong sang ibunda pada Nia yang ingin menjelaskan.
Agnia yang mendengar Racauan dari sang bunda langsung menundukkan kepalanya menutupi perasaan sedihnya. "-mengenakan ponsel" lanjutnya dengan lirih.
Agnia kecewa, Agnia kecewa pada sang bunda, pada dirinya, dan pada sang adik yang lebih cerdas darinya.
Ia berlari ke kamarnya menangis dengan memeluk piagam yang tak seberapa seperti kata sang bunda.
"Agnia tahu, Agnia hanya mendapat juara harapan kedua, namun meski begitu Agnia sudah berusaha sebisa Agnia, Agnia tidak suka dibandingkan dengan adik, Agnia benci bunda, Agnia benci adik. Agnia tahu adik lebih muda dari Agnia, tapi Agnia juga tidak tahu kenapa adik sangat pintar, adik sangat, beruntung sedangkan Agnia sebaliknya." Gerutu dia dibalik pintu kamarnya.
Agnia tidak tahu harus bersedih kemana selain berbicara dengan dirinya sendiri di kamar.
Selama ini, ini adalah hal paling sedih menurut Nia sepanjang hidupnya. Dari ia umur 1-15 tahun moment inilah yang paling ia ingat moment paling buruk, paling ia benci dalam hidupnya. Ia sangat kecewa dengan Sang bunda yang sering sekali membandingkan Nia dengan Kedua saudaranya, meski kecewa, Nia selalu menyayangi semua anggota keluarganya. Ia selalu memendam paling dalam rasa benci dan rasa kecewa yang Nia dapat dari ibu, ayah, maupun saudaranya.
Nia selalu berfikir, Ia harus tetap menyayangi keluarganya meski banyak hal yang mereka lakukan membuat ia kecewa. Karena mau bagaimanapun ibu dan ayahnya adalah orangtua yang telah menghidupinya selama ini, dan saudaranya yang selalu menemami ia meskipun terkadang sering bertengkar karena hal hal kecil.
Tok tok tok...
bi Ana mengetuk pintu "nonn, sudah waktunya makan malam" ujar bi Ana dengan lirik di balik pintu.
Agnia yang masih menangis di balik pintu mendengar bi Ana mengetuk pintu langsung mengusap air matanya dan membuka pintu.
cklekk
"nonn, non kenapa? ini makan malamnya, mau bibi suapin?" tanya bi Ana melihat mata Agnia yang sembab akibat menangis terlalu lama.
"boleh bi, masuk saja, Nia juga mau cerita" balas Agnia dengan suara yang lirih.
Bi Ana yang mendengar persetujuan Agnia langsung masuk kedalam kamar Agnia. Bi Ana duduk diatas karpet yang tergelar di bawah kasur Agnia, ia mengambil meja kecil lipat untuk meletakkan makanannya.
"bi, mengapa Iloona bisa lebih pintar dari aku, mengapa ia dapat juara 1 padahal ia lebih muda dariku, mengapa? padahal kita berlajar bersama waktu itu, kita memiliki jam belajar yang sama, namun mengapa aku hanya mendpaat harapan 2?" tanya Agnia yang duduk disebelah bi Ana.
"Nonn, non tahu? non sudah sangat hebat mendapat juara harapan dua, non hebat sudah mau belajar, non Nia hebat. Jika non kecewa dengan apa yang telah non dapatkan di Olimpiade selanjutnya non harus belajar lebih giat lagi, berusaha lebih lebih lagi daripada sebelumnya. Jika non berniat InsyaAllah, Allah akan memberikan hasil yang sesuai dengan kemauan non. Jangan pantang menyerah, keberhasilan berawal dari kegagalan. Jangan biarkan kegagalan menghentikanmu. Seseorang akan berhasil sesuai kemauannya, jika ia mau belajar dari kegagalan yang telah ia lalui dan bukannya malah menyerah. Kegagalan bukanlah hal yang sangat memalukan dan harus kita hindari. Kegagalan mengajarkan kita harus memperbaiki apa yang menurut kita itu membuat kita gagal, untuk kita coba lagi dengan lebih baik." Nasihat bi Ana sembari menyuapi Agnia kecil yang tadinya sudah berhenti menangis kemuadian menangis lagi.
Agnia yang masih mengunyah makanannya membalas "Huaaa bibii, baiklah Agnia akan berusaha lebih baik lagi. Agnia yakin Agnia bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dari hasil yang Nia peroleh hari ini, Nia akan memperbaiki kesalahan dari kegagalan kali ini dan memperbaiki kesalahan tersebut untuk Lomba selanjutnya." Semangat Agnia pada dirinya sendiri.
Bi Ana, hanya bi Ana lah yang sedia mendengarkan keluh kesah Agnia.