Elton berkedip beberapa kali, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Hanya beberapa saat lalu, ia dan adiknya, Asha, masih berada di perpustakaan pribadi mereka, sibuk membersihkan debu tebal yang menumpuk di antara buku-buku tua.
Saat Asha membuka sebuah buku antik dengan sampul yang sudah usang dan retak, tiba-tiba muncul cahaya terang yang keluar dari halaman buku tersebut, seperti tangan tak terlihat yang menarik Asha masuk ke dalamnya. Spontan, Elton meraih lengan Asha, tetapi cahayanya begitu kuat sehingga ia ikut terseret ke dalam.
Sekejap kemudian, mereka jatuh dari ketinggian, dan begitu Elton membuka matanya, ia mendapati dirinya dan Asha dikelilingi oleh sosok-sosok berjubah putih yang berbicara dalam bahasa asing yang tidak mereka pahami. Saat memandang sekitar, yang terlihat hanyalah pepohonan tinggi menjulang di tengah hutan yang sunyi.
Sosok-sosok berjubah itu tampak berdebat satu sama lain, suaranya bercampur dengan desiran angin di antara pepohonan. Kilatan cahaya tadi begitu menyilaukan, membuat mata mereka kabur untuk sesaat. Namun, genggaman erat tangan Asha membangunkan kesadaran Elton, menegaskan bahwa ini bukan mimpi—mereka benar-benar berada di tempat yang aneh dan asing.
Tubuh seorang gadis terlihat gemetar saat ia merangkul lengan saudara laki-lakinya erat-erat.
"Asha," panggil Elton lembut, mencoba menenangkan adiknya. Asha, gadis remaja berambut pendek dengan potongan mangkuk, menatap Elton dengan wajah penuh ketakutan.
"Kak, aku takut..." bisiknya pelan, suaranya bergetar.
Di sekitar mereka, lebih dari sepuluh orang berjubah putih berdiri melingkar. Tatapan mereka tajam, namun tidak ada ancaman yang terlihat jelas dalam sikap mereka. Hanya suasana tegang yang seolah menggantung di udara.
Seorang pria dengan jubah besar melangkah maju, berdeham, lalu mengucapkan sesuatu dalam bahasa asing yang sama sekali tidak dimengerti Elton. Dengan rasa bingung dan khawatir, Elton yang berusia 23 tahun itu memeluk Asha, yang masih berusia belasan tahun, lebih erat lagi.
"...?" Elton hanya dapat mendengar suara pria itu seperti sebuah perintah, namun setiap kata yang keluar semakin sulit dipahami. Suara dedaunan yang bergesekan tertiup angin menyelimuti kesunyian, menambah rasa asing dan mencekam di antara mereka.
Ucapan yang terdengar seperti perintah itu bahkan semakin sulit ia mengerti. Bunyi dari dedaunan pepohonan yang saling bergesekan karena tertiup angin menghiasi kesunyian diantara mereka.
Sepasang tangan terulur kearah mereka berdua, Elton melirik adiknya yang sepertinya sudah tak sadarkan diri.Tangan itu berhenti di atas kepala Elton dan Asha, memancarkan cahaya terang yang menyilaukan, menyelimuti mereka dalam kilauan yang aneh dan mengerikan. Rasa sakit yang mendalam tiba-tiba menyergap tubuh Elton, seolah kulitnya terbakar oleh panas luar biasa. Ia menahan erangan, menggenggam tubuh Asha yang tak sadarkan diri dengan semakin erat.
Perlahan, bentuk-bentuk menyerupai tato mulai muncul di kulit tangannya, memerah seperti bekas luka bakar. Sensasi perih dan tajam menjalar di bawah kulitnya, seperti bilah pisau panas yang menggores dengan kejam. Giginya terkatup rapat, berderak menahan rasa sakit yang mengguncang tubuhnya.
Sebelum akhirnya tenggelam dalam ketidaksadaran, Elton sempat melihat sekilas para sosok berjubah itu mundur perlahan, meninggalkan mereka berdua di tengah hutan belantara yang sunyi dan tak bersahabat.
***
Suara hentakan kaki kuda dan roda kereta yang berderak menggema di tengah hutan yang sunyi, menyatu dengan gemericik suara serangga malam. Di bawah cahaya bulan yang terang, kereta kuda itu berhenti tepat di samping dua sosok yang tergeletak tak sadarkan diri. Salah seorang penumpang turun, mendekat, dan dengan teliti memeriksa nadi di pergelangan tangan kedua orang tersebut.
"Masih hidup!" gumamnya dengan nada terkejut.
"Ambil yang perempuan saja. Kita bisa menjualnya di pasar budak," kata suara dari dalam kereta, dingin dan tanpa rasa belas kasihan.
"Bagaimana dengan yang laki-laki?" tanya pria yang sudah turun, sambil melirik tubuh pria yang terbaring tak berdaya.
"Lempar saja ke sungai. Kereta kita tidak cukup untuk menampung dua orang," jawab suara dari dalam.
Pria itu memandang tubuh tak sadarkan diri di depannya, sesaat menahan rasa iba. Akhirnya, ia membungkuk dan mengangkat tubuh si perempuan yang berambut pendek, membawanya masuk ke dalam kereta. Setelah itu, dengan enggan, ia menarik tubuh pria yang tak sadarkan diri itu ke arah tebing yang tak jauh dari sana. Dalam keheningan malam, ia mengangkat tubuh itu dan, tanpa ragu, melemparkannya ke sungai yang mengalir di bawah tebing.
Suara derak roda kereta yang terseok seakan menyelinap meninggalkan tempat itu, menerobos gemericik hewan malam.
***
Jela sedang mencuci di tepi sungai dekat desanya ketika matanya menangkap sesuatu yang mengapung di atas permukaan air. Dengan menyipitkan mata, ia berusaha melihat lebih jelas. Rupanya, itu adalah tubuh seorang pria.
Jela terkejut dan mundur selangkah. Ingin berteriak, tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Ketakutan menguasainya, namun rasa penasaran mengalahkan rasa takut itu, membuatnya perlahan melangkahkan kaki ke dalam air.
Dengan hati-hati, Jela mendekati tubuh pria yang terapung itu. Kini, ia cukup dekat untuk melihat wajahnya dengan jelas. Tetesan air menuruni bibir pria tersebut, dan beberapa helai rambutnya yang basah menempel di dahi. Mendadak, pria itu mengerang pelan. Jela terkejut, namun ia tetap memerhatikan dengan saksama. Bagian bawah tubuh pria itu terendam lumpur, sementara hanya kepalanya yang mencuat keluar, seolah sedang tidur.
Dengan susah payah, Jela menarik tubuh pria itu menuju tepi sungai. Setelah berhasil menggeser tubuhnya ke atas tanah, ia segera memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya, yang terasa sangat lemah. Khawatir pria itu mungkin menelan air, Jela membuka mulutnya untuk memastikan tidak ada yang menyumbat tenggorokannya. Setelah memastikan bahwa pria itu masih bernapas, Jela segera menyelesaikan cucian seadanya dan mengangkat tubuh pria itu ke atas gerobak cuciannya untuk membawanya kembali ke desanya.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Noir - The Lost kingdom
FantasíaTittle : Noir - The Lost Kingdom Author : Gesx Deskripsi : Nullur, negeri di kaki gunung Nulla. Menurut legenda, Nullur merupakan wilayah kekuasaan dari Dewa yang tidak dikenal. Bahkan tidak ada yang tahu darimana asal usul legenda ini. Dewa yang ba...