01 : Hal-hal pahit akan berganti

14 2 0
                                    

Hidup ini isinya tentang berjuang terus, ya? Capek sekali. Meskipun sebenarnya kamu adalah anak dari keluarga berkecukupan, berjuang itu berlaku untuk semua kalangan manusia, tidak memandang kamu terlahir dari siapanya. Semua manusia memiliki alur dan jalannya masing-masing. Berpikir sekaligus untuk menjadi seseorang yang tenang itu bisa dibilang juga tidak mudah. Terkadang Tuhan memberikan kita lebih dulu tentang sakit dan perjalanan yang rumit agar kita paham apa yang harus kita pilih sehingga kita tahu mana yang terbaik untuk diri kita.

Belajar juga bukan sesuatu yang mudah. Jadi tidak salah sebenarnya saat kita terus menerus mengatakan tidak masalah, its okay, semua akan kembali baik-baik saja. Toh seperti itulah alur hidup. Seperti hal nya roda yang berputar, sedih kemudian senang.

Kali ini bercerita tentang Felia ....
Sejauh ini dia menjalani hidupnya baik-baik saja kecuali tentang, percintaan. Dimulai kasih sayang dari keluarganya. Sudut pandangnya saat ini berpendapat bahwa mengobrol dengan kedua orang tuanya sangatlah tidak seberuntung orang lain.

"Ini udah ke sekian kalinya. Udah lebih baik nikah aja deh, Feli!"

"Enggak mau Mama! Feli masih muda." Feli menyilangkan kedua tangannya sambil mengerucutkan bibir.

"Jangan biarkan anak satu ini menikah atau semua tambah kacau. Papa masih berharap kamu nyari kesibukan apa kek. Jangan di rumah terus terusan dan nganggur lagi gak jelas. Ini udah hampir dua tahun. Berapa tempat pekerjaan lagi yang bakal kamu tinggalin. Semuanya kamu bilang gak suka. Gak suka orang-orangnya lah, capek lah, susahlah, ujung-ujungnya sakit-sakitan terus nganggur lagi." Papa Feli menambahkan.

"Memangnya kalau udah sakit masih harus terus kerja?"

"Bukan gitu maksud Papa. Kamu harus bekerja keras, dong! Minimal kamu lakuin yang terbaik saat kamu diterima. Nggak peduli kamu kerja berapa jam, bangun jam berapa, setidaknya kamu buktiin kalau kamu anak dari Papa Mama yang mandiri, berguna, pinter, bikin kami bangga. Kamu tuh hobinya malas-malasan terus. Yang rajin cuma main, minta duit. Mau sampai kapan hidup enak kayak gitu? Papa dulu nggak gitu, Feli. Papa mulai dari nol."

"Karena Papa laki-laki."

"Wanita juga harus, Feli. Jangan mau kalah. Lihat Mama kamu juga bekerja, kan?"

"Terlalu gila uang juga nggak baik. Apalagi sampai kalian lupa cara urus anak."

"FELI!!!" Farhan membentak.

"Siapa sih yang didik kamu bicara seenaknya kayak gitu? Feli Mama gak pernah ajarin kamu bicara yang gak sopan." Aulia, Mama Feli mengarahkan tubuhnya sepenuhnya terhadap Feli. Sementara putrinya itu duduk menatap kedua orang tuanya bergantian. Melihat tatapan mata di samping kanan kirinya yang tak mengenakkan, terlebih papanya melotot.

Feli melenguh sesaat lalu menunduk. "Maaf banget Feli bilang gini. Tapi sejauh ini Feli suka berharap kalian dengerin keluh kesah Feli. Tapi saat Feli bercerita kalian selalu menyalahkan. Feli gak sekuat Papa, Feli minta maaf. Feli nggak semandiri Mama, Feli minta maaf. Feli tahu Feli adalah anak pertama. Feli banyak gagalnya. Feli selalu nggak bisa ini itu."

"Mending kamu tinggal sama nenek kamu aja daripada di rumah ini." Suara Farhan merendah namun datar. Nada pasrah itu seketika membuat Feli semakin merasa sedih. Papanya mengusirnya begitu saja. "Kalau kamu saja berani bilang kayak gitu ke kita, berarti Papa juga bisa mengatakan kalau kamu anak yang nggak berguna sama sekali. Bodoh."

"Ini bukan yang pertama loh, Pa. Kalau kalian sadar Papa dan Mama sering menghina aku, memojokkan aku, sedangkan aku pertama kalinya bilang jujur tadi. Kalian cuma bisa berharap aku berhasil, tanpa tahu gimana aku ngelewatinnya."

"Kalau dasarnya sudah lemah, mau bagaimana lagi."

"Kan, Papa emang jahat." Feli tak sanggup lagi, dia mengeluarkan air matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Rindu Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang