01.

42 9 2
                                    

M R.  C H U T E A
—————
"jaehyun : cium cium cium, sekop."

“kamu teh kalo jalan pake mata bisa nggak? aduhh lihat gara-gara kamu, teh saya pada jatuh semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“kamu teh kalo jalan pake mata bisa nggak? aduhh lihat gara-gara kamu, teh saya pada jatuh semua.”

suasana khas pedesaan tercium begitu segar —begitu juga harum seseorang yang ia tabrak, harum bayi. udara tanpa pencemaran membuat perasaan sedikit tenang, setelan jas perkantoran melekat sempurna kini berubah kotor penuh akan dedaunan —ia melirik sosok kecil tengah menggerutu tak henti henti, kakinya dengan cepat membantu pemuda tersebut memungut teh, berserakan memenuhi jalanan.

“gara gara kamu kerja saya jadi terhambat, kenapa juga kamu memakai jalur saya? bukankah kamu sudah tau jika berjalan itu di jalur kiri?” omelnya disertai wajah memerah tomat, ia telat memberikan setoran ke pengepul, semoga saja pak tua botak tidak mengomel.

jaehyun —lelaki ber setelan jas berdehem canggung, ia menggaruk tengkuk canggung, tidak ada niatan membalas kekesalan lelaki mungil di hadapannya. hah, barang bawaan pria itu memang banyak, bahkan di bagian belakang sepeda itu masih ada karung yang jaehyun yakini adalah teh, pantas saja tak berhenti berbicara.

“gimana kalo gini aja, sebagai permintaan maaf gua ke lu, gua bakal anterin lu, biar lebih cepat?” usul jaehyun, tanpa menunggu persetujuan lawan bicara —ia berjalan menuju mobil membawa keranjang berisi tumpahan daun teh.

taeyong —pemuda manis itu melotot, dengan cepat meraih sepeda andalan, kaki mungil taeyong berlari cepat, menggapai tubuh seseorang telah membuatnya kesal. apa apaan pria itu! seenaknya membawa hasilnya! “berhenti, mau ngapain kamu?!! kembalikan milik saya!!!” pekik taeyong kencang, jaehyun mendengus sebal, mengabaikan pemintaannya.

selesai menaruh benda tersebut ke bagasi, jaehyun memusatkan pandangan ke kanan. dadanya seketika berdebar —tuhan!!! kenapa cepat sekali makhluk ini berjalan? seingatnya jaehyun meninggalkan jauh pemuda di belakang sana, jauh. “dengar, gua cuma pengen bantuin lu, bukan mau ngerampok, jangan berlebihan dah.”

Taeyong sekali lagi menggeleng —meraih keranjangnya yang sudah tertata di rapi, ia tidak membutuhkan bantuan siapapun. “apa?! saya nggak butuh belas kasihan dari kamu, kembalikan milik saya!!” argh! kenapa manusia ini tidak paham? batas waktu penyetoran jam enam sore, taeyong telat memberikan setoran kali ini.

“heh!! lu pikir gua kasihan sama lu? udah gua bilangin ini sebagai permintaan maaf, lagi pula lu nggak mau naik mobil mewah kek gini? rela relain mobil gua kotor karena lu ya, bocah!”

“dan saya nggak mau naik mobil kamu!” pekik taeyong menantang, kaki jaehyun di bawah sana ia injak keras sebagai tanda kesal. “terima kasih bantuannya, saya tidak minat.” setelahnya pemuda manis tersebut melenggang pergi, mengabaikan jaehyun kesakitan sebab ulahnya.

dominant menggerutu, tenaga semut tadi tak main-main —sumpah serapah ia berikan! andai saja wajahnya tidak manis, sudah pasti jaehyun menonjok hingga babak belur. “heh bocah! nurut aja bisa nggak sih!” jaehyun menyusul, berdiri di samping sosok belum ia kenal.

“atau gini aja dah, gua bawain sepeda lu sama barang bawaan lu sini!! gua nggak mau jadi manusia tidak bertanggung jawab.”

si manis menoleh, tergiur akan tawaran jaehyun kali ini. “terus mobil kamu gimana? saya juga gimana?” taeyong memasang wajah murung, menunduk ke tanah, mata besarnya meredup dengan bibir melengkung ke bawah.

“bener juga kata lu.” jaehyun meringis —sial, mobilnya belum ada satu bulan masa ia biarkan sendirian di alam terbuka seperti itu. berkali-kali jaehyun memandang si manis dan kendaraannya secara bergantian.

ah lagian juga hanya sebentar, tidak akan lama, tak masalah bukan jeffry —mobil ia biarkan? jaehyun akan mengunci ganda agar aman. dan untuk pria manis ini —satu permasalahan belum selesai. “lu bisa duduk di depan? begini aja karungnya lu buang di sini nanti lu ambil lagi waktu mau pulang, bagus nggak ide gua?”

tepukan sayang begitu keras mengenai kepala bagian belakang —jaehyun memasang ceringan. “kamu ganteng genteng bodoh.”

“terima kasih, gua memang ganteng.” reflek jaehyun menyisir rambut dengan kedipan andalan, membenarkan tatanan sudah berantakan tak tentu gaya. senang ada yang menyadari kelebihan diberikan pencipta.

“berhenti bicara, bawa mobil kamu kesini, kita pakai mobil kamu.” ucap taeyong membuang pandangan, pipinya merah merona seketika, entahlah.

senyum jaehyun pudar —apakah lawannya ini betina? senang marah marah dan sulit di tebak. “gua bilang juga apa, ngeyel sih lu.” dengan kesal jaehyun memiting kepala taeyong, menjitak si manis dengan pelan —takut taeyong mengomel kembali.

“jadi kamu nggak mau bantuin saya? kamu kenapa teh ngeselin banget jadi manusia, kamu bukan manusia kan sebenarnya.” taeyong membalas tatapan sang dominant, sepasang mata indahnya memerah menahan tangis, meskipun setelah memberikan jitakan jaehyun mengelus surai, tapi taeyong tetap merasa —sulit untuk dijelaskan.

tubuh jaehyun terpaku, sorot itu? mengapa indah sekali? dan… sangat tenang tadi. ibuuu, tolong sembunyikan telinga jaehyun sekarang, pasti berwarna merah tomat. “nggak gitu nggak, yaudah tunggu sebentar. lu tunggu di sini aja.”

“tidak.” jas mahal lawan taeyong tarik, bak anak kucing dadanya naik turun.

“kenapa lagi? gua cuma mau ambil mobil, enggak bakalan kabur.”

entah keberapa kali taeyong menggeleng. “tadi saya mau pulang dulu baru ngepul, rumah saya berlawanan arah, kita ke arah sana.”

“arghhhhh sialan lu!!” jaehyun menggeram, mengguncang bahu taeyong dengan remasan, kecil kecil cabe rawit, berhasil menaikan darah.

“sialan teh apa?

“sialan? sialan itu gini, bocah.” dengan cepat jaehyun menarik tengkuk taeyong, mengecup bibir tipis kemerahan sendari tadi menjadi atensinya. cukup! jaehyun tak bisa menahannya lagi, lelaki di genggamannya terlalu menggemaskan. perlahan ia bergerak, melumat bibir atas sosok manis —rasanya juga manis seperti pemiliknya. “itu namanya sialan, tau?” alis jaehyun terangkat, keremehan akan sosok polos itu.

“tadi bukannya ciuman ya?”

“nah, pinter, mau lagi?”

—————

t b c

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

t b c.
don't forget support me.tq

nb. ini pemanasan aja, aku mau coba pake background lokal, sekali kali semoga kata katanya masukkk!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

mr. chutea, jaeyong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang