Astoria

134 21 3
                                    

Niatnya mau update Minggu depan, tapi karena baca komen diantara para readers, aku jadi bersemangat. Ini berarti banget buat author pemula kek aku. Big thanks to readers for reading and commenting. Love you all😘
.
.
.

Happy Reading ~


Chapter sebelumnya...

Setelah percakapan itu, Aretha kembali menatap langit malam. Sorot matanya kini penuh tekad. Siapa pun pria itu, apa pun tujuannya, Aretha tidak akan takut, Bukankah sebuah cerita tanpa tantangan akan terasa membosankan?

~🎭🎭🎭~

dia akan mencari tahu apa yang diinginkannya. Jika seseorang benar-benar berani mengawasinya, berarti orang itu menginginkannya. Entah untuk alasan yang baik atau buruk, Aretha berjanji tak akan membiarkan dirinya menjadi pion yang mudah ditebak.

Sementara itu, di belahan negara lain yang jauh dari kata ramai, seorang pria bertubuh tegap sedang duduk di depan layar monitor. Mata tajamnya menatap rekaman yang baru saja ia ambil melalui kamera pengintai. Bibirnya melengkung menjadi senyum tipis, penuh arti.

"Well, well... siapa sangka kau sewaspada ini, Amore," gumamnya pelan.

Layar monitor menampilkan Aretha yang duduk sendirian di balkon, tatapan penuh tekad yang ia kenal baik—tatapan seorang gadis yang tak akan mudah dikendalikan.

~🎭🎭🎭~

Pagi itu, langit cerah membentang di atas kota, sinar matahari menembus awan-awan tipis dan menyentuh wajah Aretha yang tengah berjalan santai. Rambut hitamnya diikat kuda, dipadukan dengan hoodie oversize hitam dan celana legging yang melekat erat di kaki rampingnya, membuat penampilannya terlihat sederhana. Aretha bersenandung kecil, menikmati hari Minggu yang memberikan kebebasan dari rutinitasnya yang cukup melelahkan.

Selesai berlari sekitar tiga puluh menit, Aretha berjalan kembali ke arah apartemen. Namun dia singgah di Alfamart dekat apartemennya. Langkahnya mantap di trotoar, sesekali ia menunduk memeriksa kantung belanjaan yang berisi camilan, hasil perburuan kecilnya.

Sambil membawa belanjaannya, ia menggumam, "Mut, dari kemarin sampai sekarang, apa tidak ada misi yang harus dikerjakan?"

Sudah lima hari Aretha berada di dunia ini, dunia antah berantah? ditemani oleh Sistem yang kelewatan narsis yang selalu memberikanya misi tidak jelas, namun tetap saja dia menjalani berbagai misi yang diberikan dengan sikap pasrah. Mulai dari menolong anak kecil yang tersesat, menghentikan aksi perundungan di sekolah, bahkan menolong seekor kucing yang tidak tahu turun dari pohon. Hanya saja, sejak kemarin, tak ada misi baru yang muncul, dan hal itu membuat Aretha sedikit bingung.

"Tidak tahu, Tuan Rumah. Saya hanya mengikuti arahan dari atasan saya."

Aretha mendengus pelan, tetapi tak sempat menanggapi lebih jauh ketika tiba-tiba sebuah notifikasi misi baru muncul di depan matanya, seolah menjawab pertanyaannya barusan.

"Sepertinya atasan saya mendengarkan permintaan Anda, Tuan Rumah." Suara Sistem terdengar, sedikit bersemangat.

"Apa misinya kali ini?" Aretha bertanya dengan nada penasaran sambil tersenyum kecil. "Apakah menolong kucing lagi?"

Sistem menjawab tanpa basa-basi, "Misi kali ini adalah membawa seorang pria paruh baya ke rumah sakit. Apakah Anda menerima misi ini? Terima atau tidak?"

TOPENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang