BAB I KESEDIHAN RYAN

43 3 2
                                    

Entah kenapa, malam ini terasa begitu sunyi dan sepi, layaknya hatiku yang hampa, kadang suasana itu membuat hati yang malang, miripnya seorang pemuda di sebuah balik pintu kamar. Siapa pemuda yang sedang dibicarakan?.

Ya, di balik pintu kamar situlah ada seorang pemuda berumur tujuh belas tahun, yang keadaannya sangat memprihatikan bagi semua orang, seolah pemuda itu menangis di bawa bulan malam.

Sepertinya ia sedang di penuhi dengan banyak pikiran imajinasinya, dan apapun keinginan masa lalu yang belum pernah ia capai sebelumnya. Sesekali pemuda itu tidak menyadarinya kalau ia telah mengeluarkan begitu banyak air kesedihan dari kelopak matanya.

Huft!! Kenapa hidupku berakhir seperti sekarang ini, padahal kan hidupku dulu terasa bahagia tapi sekarang, apa? Ini semua gara-gara aku dan ayah terkena insiden kecelakaan yang harus menyebabkan ayah ku meninggal, "ucapnya dalam hati"

Sampai-sampai pemuda itu berpikiran kalau sebenarnya itu, tuhan memang tidak beneran pernah ada di dunia ini walau seluas langit. sambil mengoceh-ngoceh dengan sendirinya...

"kaki jancok!! Bajingan, anjing, dasar sialan, Cok...!!" Semua lontaran perkataan kasar pun keluar sendiri dari mulut pemuda bernama Ryan Ardiansyah.

"Tuhan sialan, kenapa dia tidak pernah mau sesekali mendengarkan doaku sih, sebenarnya lo itu memang beneran ada atau memang tidak pernah ada di dunia ini, hah...!! Sialan banget," geram Ryan sembari marah-marah & terus-terus memukul kaki keduanya yang sedang lagi kambuh sakitnya.

Ia terusan menangis, Suara tangisan pemuda pun pecah begitu Sangat kerasnya. Sampai terdengar oleh kendang telinga seorang mama janda / mama pemuda tersebut, bergegaslah dia segera membuka pintu kamar si pemuda itu.

"Kamu kenapa, sayang? Sudah-sudah, kamu jangan sering-seringan terus memukul kaki kamu, nak. Tuhan itu memang beneran ada, nak." ujar Mama susi yang berusaha menenangkan hati pemuda itu, sambil membelakangi mengelus dadanya. 'elus-elus'

Jawab Ryan, "nggak!!, MAMA BOHONG!! Kalo emang tuhan beneran ada, mana buktinya ma. Sia-sia aku setiap hari selalu berdoa tapi hasilnya penuh kebohongan."

"Dunia ini memang tidak pernah adil sama sekali, untuk Seorang gejala penyakitan seperti ku," ungkap perasaan Ryan yang masih lagi marah.

"Semua itu nggak benar nak, kamu harus lebih bersabar lagi, soalnya masih banyak di luaran sana yang tidak seberuntung seperti dirimu, nak." Mama Susi berkata sembari mengusap air kesedihan dari kelopak mata anaknya.

"Huhuuu." nangis, "Aku kurang bersabar bagaimana coba, penyakitku itu bukan gejala biasa pada umumnya," balas Ryan dengan tangisan sedih.

Mama susi, "Iya, nak mama paham banget yang sedang kamu rasakan, yang sabar ya nak namanya juga ujian. Sekarang lebih baik kamu harus tidur soalnya ini sudah tengah malam."

"Huh!!" embusan napas.

"Iya aku akan segera mau tidur," ucap Ryan.

Tidak lama itu Pemuda tersebut pun langsung tertidur lelap, karna penyakit yang diderita nya sudah membaik lagi, ya kadang-kadang penyakitnya ia kambuh lagi.

"Sabar ya, nak. mungkin ini ujian paling terberat kamu, tapi tenang mama akan menjadi mama terbaik buatmu. Jadi kamu harus bersabar tenang ya, nak!" Ujar Mama susi dengan kasih sayang sebagai ibu sembari mengelus rambut si pemuda itu.

"Selamat malam ya, nak." Salam hangat.

Tugas mama susi pun berakhir untuk menenangkan hati anaknya, ia langsung berjalan pergi keluar dari dalam kamar anak laki-lakinya, sembari menutup pintu kamar dengan perlahan-lahan & lembut.

Detak jarum jam kembali terus memutar seperti memberi petunjuk kalau akan ada hari-hari esok tiba.


Terima Kasih.

Sebelum melanjutkan bab berikutnya jangan lupa kasih bintang nya kakak, hehehe :)

Episode Berikutnya
[ BAB II KESEHARIAN ]

Masa Di kursi rodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang