Hujan turun deras, menyelimuti seluruh kerajaan Stormveil dalam kabut kelabu yang mencekam. Di tengah hamparan badai itu, terlihat seorang penunggang kuda hitam yang melaju cepat, membelah tirai air hujan yang turun tak henti-henti. Sosok itu adalah Sasuke, pangeran muda Stormveil, yang saat ini tengah diliputi kekesalan mendalam. Bayangan ayahnya, Raja Stormveil, Uchiha Fugaku tergeletak lemah setelah terjatuh dari kuda saat berburu, terus terlintas dalam pikirannya, menambah beban yang sudah menumpuk.
Hari ini, Sasuke menggantikan tugas ayahnya yang sakit, berangkat dalam perjalanan resmi yang tak bisa ditunda. Perintahnya jelas: dia harus menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan Raja dan Ratu Eosphoria. Tugasnya bukan hanya sekadar menghadiri acara, tetapi juga membawa bingkisan-bingkisan istimewa, simbol persahabatan dan aliansi yang kokoh antara Stormveil dan Eosphoria. Meskipun tugas ini dianggap penting, Sasuke merasa enggan, namun rasa tanggung jawab terhadap kerajaan mendorongnya untuk tetap menjalani perintah ayahnya.
Sepanjang perjalanan, pikiran Sasuke dipenuhi oleh kekhawatiran dan beban yang sulit diungkapkan. Di usianya yang masih muda, ia terpaksa memikul tanggung jawab yang kian hari kian besar, terutama setelah kondisi kesehatan ayahnya semakin menurun. Hatinya berkecamuk antara kewajiban sebagai pewaris takhta dan kebebasan pribadi yang semakin hari terasa kian terenggut. Meski hujan mengguyur deras dan dinginnya merasuk sampai ke tulang, Sasuke tak peduli. Ia terus melajukan kudanya, mengabaikan rintik air yang menerpa wajahnya, seolah badai yang ia lalui hanyalah gambaran kecil dari badai besar yang ada di dalam dirinya.
Perjalanan menuju Eosphoria terbukti tidak semudah yang dibayangkan. Sasuke dan para ksatria setianya harus melewati hutan Sylvadis, sebuah wilayah yang terkenal angker dan dijuluki "hutan kematian." Kabut tebal selalu menyelimuti hutan ini, ditambah curah hujan yang tak kunjung reda, menciptakan suasana kelam yang mencekam. Jalan di dalam hutan itu berliku-liku, membentuk labirin alam yang menyesatkan, penuh dengan jebakan bagi mereka yang tidak akrab dengan rutenya. Banyak pelancong yang pernah melintasi hutan ini, namun hanya sedikit yang berhasil keluar; kebanyakan hilang tanpa jejak, seolah ditelan oleh hutan itu sendiri.
Namun, Sasuke dan ksatria-ksatria pilihan dari Stormveil bukanlah pendatang baru di medan berbahaya. Mereka telah terlatih menghadapi ancaman dari alam liar, termasuk hutan seperti Sylvadis. Di balik pepohonan tinggi dan gelap, mereka bergerak tanpa keraguan, memimpin barisan dengan sigap. Setiap langkah mereka penuh perhitungan, mengikuti jalur yang mereka hafal di luar kepala. Di tengah jalan yang licin dan kabut yang kian tebal, mereka saling menjaga satu sama lain, menyadari bahwa bahaya bisa muncul dari mana saja.
Hari demi hari berlalu, perjalanan mereka terus diselimuti oleh hujan dan kabut yang seolah tak ada habisnya. Namun, tidak ada keluhan dari Sasuke maupun para ksatrianya. Mereka tetap melangkah maju, menembus gelapnya hutan yang seolah bersekutu dengan cuaca untuk menghalangi langkah mereka.
Akhirnya, setelah hari-hari yang panjang penuh tantangan, mereka sampai di batas hutan, tepat di perbatasan antara Stormveil dan Eosphoria. Begitu keluar dari kegelapan Ameno Mizu, mereka disambut oleh pemandangan yang berbeda: sinar matahari menembus awan, menciptakan langit cerah yang jarang terlihat di Stormveil. Sasuke menatap langit biru itu dengan takjub, merasakan hembusan angin hangat yang menyapu wajahnya. Untuk pertama kalinya sejak perjalanan mereka dimulai, dia merasakan ketenangan yang hampir terlupakan.
Di sepanjang jalan menuju istana Eosphoria dedaunan hijau berguguran dengan anggun, sementara bunga-bunga bermekaran di tepian jalan, seakan ikut merayakan kedatangan mereka. Sasuke memperlambat langkah kudanya, menyerap suasana damai yang kontras dengan perjalanan penuh bahaya yang baru saja dilaluinya. Meski perjalanannya belum usai, momen ini memberinya secercah ketenangan, mengingatkan bahwa masih ada keindahan yang bisa ia temukan di luar kekacauan yang sering mengisi hidupnya sebagai pewaris takhta Stormveil.

KAMU SEDANG MEMBACA
❥ L'amoure de Ma Vie | Sasusaku
Teen FictionSasuke menculik Sakura, putri dari Kerajaan Eosphoria, karena tidak mendapatkan restu dari ibunya. Ia membawa gadis itu secara paksa ke istananya di Stormveil. Apakah Sakura bisa menerima Sasuke? "Aku tidak tahu, Sasuke," gumamnya akhirnya. "Aku tid...