Anak ke dua

4 0 0
                                        

Aku diam seribu bahasa airmata terus berderai.suamiku melihat dan bertanya

Suamiku : kamu kenapa?

Aku : ini apa?
Airmata dengan suara bergetar ku tanya suamiku.

Suamiku : itu punya teman si agus nitip ke ayah (suamiku).

Aku : kenapa lagi tugas bawa barang seperti ini?

Suamiku : udahlah kamu kaya detektiv aja nanya mulu,pake nangis segala (dengan nada ketus)

Hatiku tidak percaya,Ya Tuhan apakah ini semua,tangisku didalam doa.aku ingin sekali teriak tapi bukti belum cukup untuk menuduh suamiku.

Hari haripun berlalu dengan kebohongan yang sama,aku di sentuh sebulan sekali atau dua bulan sekali,aku curiga tapi aku tidak ada bukti,hingga suatu hari sepulang kantor suamiku memberikan aku surat dari kantor untuk sekolah kenaikan pangkat.

Perasaan campur aduk senang dan sedih,senang suamiku akan naik pangkat tapi aku sedih permasalahan belum selesai.

Berangkatlah suamiku ke Bandung selama 6 bulan untuk sekolah,selama 2 bulan di sana suamiku dilarang berkominikasi karna peraturan.

Suatu ketika telefon rumah berdering aku angkat suara wanita mencari suamiku, berbeda dengan suara perempuan sebelumnya,dengan ketus aku menjawab tidak ada.

Tidak berapa lama aku merasakan pusing yang hebat sampai aku lemas,aku jatuh sakit,anakku syifa memelukku dan berkata bunda jangan sakit,akupun terharu,aku peluk anakku dengan erat dengan fikiran yg bercabang.

Karana lemas aku dibawa ke dokter,hasil dari pemeriksaan aku dinyatakan hamil,dokter bicara aku hanya diam aku seperti dalam tekanan.ibuku mendengar kabar kehamilanku antara senang dan bingung karna ibuku tau aku banyak diam.

Iya benar ,kehamilan anak keduaku banyak cobaan.

Kehamilanku dinyatakan masuk 2 bulan jadi sebelum suamiku berangkat aku sudah dalam keadaan hamil tapi tidak menyadari karna tidak merasakan tanda tanda kehamilan.aku tidak dapat memberitahukan suamiku karna peraturan.

Kehamilanku ini sangat payah,aku tidak bisa diisi makanan dan minuman,semua aku muntahkan,akhirnya akupun dilarikan kerumah sakit karna kondisiku yang ngedrop,trombositkupun rendah dibawah batas,aku di rawat dirumah sakit tanpa tau suamiku.

Akhirnya atasan suamiku mengijinkan suamiku pulang 3 hari untuk melihat kondisi aku.mendengar aku hamil suamku terlihat aura bahagia.aku tersenyum dengan perasaan yang tak menentu.

Wajah yang terlihat bahagia itu hanya sementara,suamiku memperhatikan kehamilanku karna kondisiku yang tidak bisa masuk makanan dan minuman,kondisi bayi dalam kandungankupum berkembang lambat,

Bulan ke 5 kehamilan aku mendapat teror di telefon,perempuan yang mencari suamiku semakin sering menggangguku,setiap aku sampaikan ke suami,beliau marah dan selalu bilang "gank usah di angkat".ditambah suamiku sering pulang terlambat dan sering keluar rumah dengan alasan janjian sama teman kantor.aku hanya ngebatin dengan keadaan.

Kehamilan keduaku membuat aku masuk rumah sakit beberapa kali,sampai dokter bilang perutku seperti tidak dalam keadaan hamil karna 5 bulan usia kandungan perutku masih terlihat rata,dokterpun periksa dan berkata " ibu,ini hamil 5 bulan bayinya kecil sekali,ibu juga sangat lemah tidak ada asupan yang masuk" ,aku sedih dan menangis,suamiku semakin menjadi tidak perduli dengan kondisiku.

Pasca 7 bulan kehamilan,aku masuk rumah sakit dan bayiku masih kecil  diperut dokter bilang bayiku hanya 1kg ,aku harus makan yang banyak juga coklat dan bubur kacang hijau.Alhamdulillah aku bisa makan setelah sekian lama tidak bisa masuk makanan dan minuman.

pagi hari 8 bulan kehamilanku seperti biasa aku melakukan tugas rutin pekerjaan rumah,selesai mencuci pakaian aku merasakan cairan ketubanku pecah,cairan itu banyak sekali tidak berhenti,akupun memanggul ibuku,ibuku panik,herannya aku tidak merasakan mulas,ibuku telefon ke kantor suamiku  agar suamiku ijin pulang untuk menyusul ke rumah sakit.

Apa mau dikata suamiku mengganggap sepele keadaanku.
Tiba di rumah sakit akupun lansung di tangani oleh dokter jaga,dokterpun heran aku tidak merasakan kontraksi di perut,akhirnya aku di suntik agar aku kontraksi,aku menahan rasa sakit suamiku belum datang juga.

Suamiku tiba sore hari di rumah sakit,ibuku terlihat kesal melihat suamiku.
Dengan keadaan sakit yang luar biasa bukan lagi air ketuban yang keluar tapi sudah darah yang keluar,apakah suamiku khawatir?tidak,suamiku memilih pulang kerumah untuk tidur,semalaman aku menangis sendiri menahan sakit,panas di punggungku,sampai suster menegur kenapa suaminya pulang bu?seharusnya suami ibu nunggu di sini karna jika terjadi apa apa pihak rumah sakit tidak bisa meninggu.

Akhirnya aku kasih  nomor telefon rumah ke suster,lalu suster pun telefon bahwa suamiku harus tiba jam 6 pagi di rumah sakit ,karna jika belim juga pembukaan aku harus masuk ruang operasi.dan apakah suamiku tiba jam 6 pagi?tidak.

Taqdir kah iniWhere stories live. Discover now