"Kalo mau, kamu liat punya mas aja, jangan orang lain." Ujarnya sambil mengarahkan tanganku pada dadanya yang atletis. Aku terkejut mas Dika justru menyuruhku untuk memegang dadanya.
"Kalo sama mas kan kamu bisa rasain rasanya." Ujarnya membuatku menelan ludahku sendiri.
"Be-beneran mas?" Tanya ku sambil mulai meremas pelan dadanya.
"Apapun buat adek mas." Balasnya.
Mas Dika lalu berdiri di hadapanku. Aku terkejut ketika ia melepaskan kaos yang ia kenakan sehingga kini mas Dika bertelanjang dada. Aku tertegun melihat badan mas Dika yang menurutku sangat sempurna bagiku. Dadanya yang bidang, berotot namun tak begitu besar sehingga terlihat seimbang proporsi nya. Lalu bagian bawahnya menampilkan otot perut yang sempurna, seperti dipahat dengan rapih. Terlihat juga garis V pada bagian bawahnya yang membuatku penasaran.
Aku lalu menatap pada mas Dika, ia membalasnya dengan senyuman manisnya. Ditambah matanya ikut tersenyum, membuatku bersyukur mas Dika adalah Kakakku.
"Mau diliatin aja?" Pertanyaan mas Dika menurutku sedikit ambigu. Entah apa yang mas Dika ingin aku lakukan. Hingga mas Dika menarik kedua tanganku dan ditaruhnya pada dadanya.
"Nih, pegang sepuas kamu." Ujarnya, aku lalu mulai mengelus kembali dadanya, sesekali ku remas. Kali ini kulit kami benar-benar bertemu secara langsung. Ku rasakan dada mas Dika berdegup kencang.
"Mas degdegan?" Tanya ku sambil terus memainkan dadanya.
"Ini pertama kalinya ada orang yang pegang dada mas, apalagi diremes kayak gini." Ujarnya sambil terkekeh kecil. Seketika pipiku mulai merona setelah mas Dika berkata seperti itu. Aku menjadi orang pertama yang melakukan hal ini pada mas Dika, betapa bahagianya diriku.
Tanganku pun mulai turun ke bagian perutnya. Begitu kuat namun juga lembut, itulah yang ku rasakan ketika menyentuh otot perut mas Dika. Kalau ku deskripsikan, seperti papan cuci. Aku berulangkali sudah berkali-kali melihat otot perut yang ada di majalah dewasa, namun milik mas Dika tak ada yang bisa mengalahkannya.
Tiba-tiba mas Dika menarik pinggangku hingga tubuh kami menempel. Pandanganku saat ini tepat berada di belahan dada milik mas Dika. Wangi harum tercium oleh hidungku. Mataku terus menelusuri kulit mas Dika yang benar-benar mulus, tidak ada bulu sama sekali. Aku lalu melingkarkan kedua lenganku pada pinggang mas Dika. Ku usapkan hidungku pada dada mas Dika yang begitu lembut dan harum.
"Mas." Panggil ku.
"Hm? Kenapa dek?" Balasnya. Aku lalu mendongakkan kepala ku ke atas dan bertatapan dengannya.
"A-anu... Bian boleh cobain gak?" Tanya ku dengan malu-malu.
"Cobain apa?" Aku pun menunjuk ke arah puting susunya mas Dika yang sedari tadi sudah ku incar.
"Emangnya kamu bayi?" Ujar mas Dika sambil terkekeh, namun ia pun mengiyakan permintaanku.
Langsung saja aku meletakkan bibirku pada puting mas Dika. Lalu mulai ku buka bibirku, ku julurkan lidahku pada putingnya. Ku jilati puting mas Dika, sesekali ku hisap cukup kuat, membuat mas Dika melenguh pelan. Ku terus menghisap puting mas Dika, bergantian kanan kiri. Ketika tengah menghisap satu putingnya, puting lainnya ku mainkan dengan jari-jariku.
Ku dongak kan kepalaku untuk melihat wajah mas Dika. Ternyata ia memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka. Aku yakin ia sedang menikmati permainanku. Setelahnya aku terus melanjutkan hisapanku. Semakin lama hisapanku semakin kuat, sesekali ku gigit pelan putingnya hingga membuat mas Dika mengerang. Mas Dika lalu mengarahkan tubuhku agar mengikutinya ke atas kasurku. Kini posisiku berada di atas tubuh mas Dika, masih sibuk dengan kegiatan menghisap puting susunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Brother | BL 21+
Novela Juvenil[BL 21+] Menceritakan keseharian sepasang saudara yang saling menyimpan rahasia satu sama lain. Bian, seorang anak yang dikiranya lugu dan polos ternyata adalah seorang anak yang diam-diam menyukai kakaknya sendiri. "Mas harus tanggung jawab, gara-g...