Sekedar informasi, jika ada yang ingin mutualan, nanya nanya atau ngasih saran soal cerita, bisa ke link yang ada di bio ya, ada Instagram, X juga Tele.
Selamat membaca
-----
"M-mas Dika?" Ujar ku sambil memperhatikannya dengan seksama.
Benar saja, itu adalah Kakakku, mas Dika. Wajahnya yang tampan membuatku teringat kembali dengan wajah yang ada di foto Instagram nya. Tidak berbeda jauh namun aku tertegun karena mas Dika terlihat jauh lebih dewasa.
"Kamu gapapa?" Tanya mas Dika padaku sambil membantuku untuk berdiri.
"Harusnya Bian gak sih yang nanya gitu, mas gapapa?" Tanya ku balik.
"Gapapa gimana, orang kamu pukulin pake sapu." Ujar mas Dika, membuatku terkekeh kecil.
"Lagian, katanya mas Dika pulangnya lusa, kok hari ini udah sampe?" Tanya ku.
"Hehe, kan mau surprise." Ujarnya. Walaupun di dalam kegelapan sekalipun, aku bisa merasakan bahwa mas Dika sedang tersenyum lembut padaku.
"Ngomong-ngomong, kok kamu gak pake baju sama celana?" Tanyanya sambil mengarahkan senter ponselnya pada ku.
Seketika aku reflek menutupi tubuhku dengan kedua tanganku, walau tentunya masih bisa terlihat beberapa bagian.
"T-tadi kepanasan, ja-jadi Bian lepas semua." Ucap ku dengan begitu gugup.
"Yaudah, kalo gitu sekarang bantuin mas cari lilin." Aku menganggukkan kepalaku, lalu berjalan dengan hati-hati menuju sebuah laci di ruang keluarga yang biasa dijadikan tempat menyimpan lilin.
"Eh tapi, mas mau lepas jas hujannya dulu, nanti becek semua lantai rumahnya, nih kamu pake hp mas." Mas Dika pun memberikan ponselnya padaku sebagai alat penerangan.
Ia berjalan keluar untuk melepaskan jas hujannya yang sudah basah kuyup, sedangkan aku berjalan menuju ruang keluarga.
Sesampainya di sana, aku langsung menuju sebuah laci yang menyimpan beberapa lilin. Namun ternyata, tidak ada lilin satupun yang tersisa. Aku terus mencari di semua laci namun masih tetap tak menemukan satupun.
"Ada gak lilinnya dek?" Tanya mas Dika yang ternyata sudah berada di ruang keluarga.
"Kayaknya abis dek mas-"
Tepat saat aku berbalik ke arah mas Dika, listrik kembali menyala. Memperlihatkan Kakakku itu yang tengah menaruh beberapa koper dan tasnya. Saat itu juga aku menyadari bahwa majalah dewasa ku masih ada di atas sofa, terlihat begitu jelas. Mas Dika yang berada di sofa tersebut tak bisa melihatnya, oleh karena itu aku dengan buru-buru melompat ke arah sofa tersebut dan menyembunyikannya.
Brug
"Heboh amat kamu." Ujar mas Dika.
"Ehehe, Bian takut gelap, jadi seneng kalo udah nyala lagi." Ujar ku berusaha tak menimbulkan kecurigaan.
Kini bisa dengan jelas ku lihat mas Dika yang sudah berbeda jauh dari terakhir kali aku melihatnya secara langsung. Tubuhnya benar-benar lebih tinggi, badannya juga terlihat lebih kekar. Walaupun ia memakai sebuah hoodie oversized berwarna hitam, namun bisa ku lihat bagian dadanya itu yang paling menonjol.
Mas Dika pun melepaskan hoodienya di depanku. Tapi kaos yang dipakai mas Dika ikut terangkat, membuatku bisa melihat dengan jelas perut kotak-kotaknya yang semakin terbentuk. Aku terus menelan ludah ku sendiri ketika melihat pemandangan indah seperti itu. Tak ada bulu sedikitpun pada perut mas Dika yang membuatku berpikir jika mas Dika termasuk orang yang suka bercukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Brother | BL 21+
Genç Kurgu[BL 21+] Menceritakan keseharian sepasang saudara yang saling menyimpan rahasia satu sama lain. Bian, seorang anak yang dikiranya lugu dan polos ternyata adalah seorang anak yang diam-diam menyukai kakaknya sendiri. "Mas harus tanggung jawab, gara-g...