Rumor

1 0 0
                                    


Sesaat Suster Agate membukakan pintu, El dan Niel langsung meminta maaf kepadanya. Suster Agate menatap mereka berdua, menghela napasnya dan membiarkan mereka masuk.


"Baiklah, akan aku maafkan kalian kali ini, tapi tidak ada lagi kata lain kali" Ucap Suster Agate dengan suara tinggi sambil menyipitkan matanya, "Sekarang pergi cuci tangan kalian. Ini sudah waktunya makan malam."


"Ah! Satu lagi, Makan malam kali ini akan sedikit berbeda. Tuan Montego akan ikut makan malam bersama kita ." Sambung Suster Agate mengingat, dan langsung pergi menyiapkan makan malam.


"Ehh, Kenapa Orang tua botak itu datang lagi kesini ..." Keluh El, tampak ia sangat tidak menyukai kedatangan Tuan Mountego.


Niel mengerutkan keningnya merasa cemas dengan adanya orang ini, "Tampaknya dia ingin membawa pergi saudari kita lagi. Kenapa Suster Agate selalu membiarkan dia bertindak seenaknya begitu." Tangannya teremas erat memikirkan ini.


"Bagaimanapun juga, Panti Asuhan ini dibiayai oleh Gereja. Suster Agate tidak bisa melakukan apapun tentang ini." Tukas El, menggelengkan kepalanya tanpa daya.


Semua anak perempuan dari panti asuhan yang sudah berumur 9 tahun akan dibawa ke gereja untuk menjadi seorang biarawati. Mereka akan diminta mempelajari Hal-hal terkait keagamaan dan Kebaktian, mengabdikan diri kepada gereja seumur hidup.


...


Sesudah mencuci tangan, El dan Niel berjalan menuju Ruang Makan. Mereka berjalan memasuki koridor kecil berlantai keramik putih mengkilat dengan lampu pijar yang tergantung di atap-atap koridor dan dinding yang disusun dari batu bata coklat tua.


Sampai di ujung Koridor, mereka melewati pintu kecil yang terbuat dari kaca, menampakkan dengan jelas Ruang Makan yang berada dibaliknya. Aroma menggugah selera langsung menusuk hidung mereka begitu memasuki Ruang Makan.


Ruangan itu memiliki gaya khas Amerika kuno, Dengan satu buah lampu hias besar tergantung di langit-langit yang memberikan kesan tersendiri. Kaca patri yang terpasang pada dinding sebelah kanan meneruskan cahaya bulan masuk kedalam ruangan. Meja panjang berada di pusat ruangan, terlihat licin dan mengkilau.


Di atas meja, terletak makanan-makanan mewah yang menyebabkan rasa lapar semua orang memuncak. Diantara semua makanan yang disajikan terdapat roti dan beef stew pemberian edric yang tampak inferior bila dibandingkan makanan lainnya.


Pada sisi kanan dan kiri meja, terdapat delapan kursi kayu yang diatur rapih berjejer ditambah dua kursi utama di masing-masing ujung meja. Pada saat El dan Niel masuk, kursi-kursi itu sudah penuh diduduki oleh Anak-anak yang lain, hanya menyisakan dua kursi utama dan dua kursi kayu dibagian kanan meja urutan ke tiga dan empat.


Di hadapan kursi tempat El , duduk seorang gadis cantik berambut pirang yang nampak lebih tua darinya.


"Psstt, El" Bisik gadis itu lirih kepada El sambil dengan lemah menendang kaki El di kolong meja.


"Kau kemana saja tadi, Suster Agate sangat khawatir pada kalian Lho ..." Kata gadis itu sedikit marah kepada El. "Aku dengar dari orang-orang, belakangan ini sedang ramai kasus penculikan anak. Aku juga ikut khawatir tau kalau terjadi sesuatu kepadamu."


"Yahh,, Saat Aku dan Niel mengantri untuk makanan gratis, ternyata Kak Ed yang sedang bertugas. Jadi kami mengobrol sebentar, dan melihat dia melakukan pekerjaannya. sepertinya itu tampak menyenangkan." Jawab El dengan penuh antusias.
"Kau Bertemu Kak Ed? Wahh,, beruntung sekalii. Aku juga ingin bertemu dengan dia lagi. Sudah lama sejak dia pergi dari Panti, bukan?" Gadis itu terdengar kaget sekaligus iri mendengar El bertemu Edric.


"Hmm, Kurasa sudah satu tahun. Omong-omong, aku lebih tertarik dengan yang kau katakan barusan." Seru El, menatap lurus ke mata bulat gadis itu.


"Benar, aku juga baru mendengar berita ini Maria. sejauh yang aku tau, kota kita belum pernah terjadi kasus-kasus semacam itu." Niel ikut menimbrung pembicaraan El dan Gadis yang bernama maria ini. "Apa orang-orang yang membawa berita tersebut dapat dipercaya?" Tanya Niel, memastikan kebenaran dari kasus yang maria katakan.


"Aku bisa jamin kebenaran berita ini" Tutur maria menatap bergantian pada El dan Niel, suaranya mengecil, takut mengganggu saudara mereka yang duduk disebelahnya.


"Pasalnya, tadi pagi saja saat aku pergi ke pasar bersama Suster Agate, orang-orang selalu membicarakan penculikan ini. Di kota Argon, telah terjadi 18 kasus penculikan dan tiga di antaranya ditemukan terbunuh. Mayat anak-anak itu dibuang di sungai mengambang terbungkus plastik hitam. Saat ditemukan tubuh mereka sudah membusuk, air sungai mempercepat pembengkakan tubuh mereka, bahkan ada yang ditemukan dengan keadaan matanya pecah karena terlalu banyak menyerap air."


Maria semakin mengecilkan suaranya, tubuhnya sedikit mencondong maju kedepan agar tidak terdengar oleh anak-anak Panti yang lain. "Yang paling mengerikan adalah kasus Keluarga Willingham. Mereka tinggal di Kota Maxim dan memiliki tiga orang putri. Anak tertua bernama Chelsea, anak kedua bernama Olivia, dan yang terakhir bernama Sandra. Ketiga putri mereka selalu pergi bermain di taman kota sampai siang hari. sampai pada suatu hari, mereka tidak kunjung pulang sampai petang. Orang tua mereka dan warga setempat segera melakukan pencarian selama dua hari berturut-turut namun tidak membuahkan hasil. Pada Hari ketiga, Sandra tiba-tiba ditemukan tergeletak lemas di depan rumah keluarga willingham. Melihat Anak mereka kembali, bukan kegembiraan yang mereka rasakan, Satu-satunya hal yang bisa menjelaskan apa yang mereka rasakan saat ini adalah Kengerian. Nafas Sandra Tersengal-sengal bagaikan telah meminum satu gelas penuh berisi racun mematikan, Busa terus-terusan keluar dari sudut bibirnya. Bagian paling mencengangkan adalah Lengan dan kaki yang bukan milik sandra menempel pada tubuhnya. Kedua lengan yang di tubuh sandra saat ini adalah milik kakaknya, Chealse, yang dijahitkan dengan kasar ke tubuhnya. Sementara itu, kaki yang nampak terlalu besar untuk tubuh sandra itu, diambil dari kakaknya yang kedua, Olivia."

Tujuh DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang