Bayangan Kegelapan

1 0 0
                                    

Kegelapan malam mulai menyelimuti Panti Asuhan Linchester, hanya diterangi oleh cahaya lampu yang bergetar di sudut-sudut ruangan. Suara anak-anak mulai mereda, dan satu per satu, mereka terlelap dalam pelukan mimpi.

Namun, bagi Elland, tidur adalah hal yang sulit didapatkan malam itu. Pikiran tentang kasus penculikan yang dibicarakan Maria masih menghantuinya, membuatnya gelisah.

Di tengah keheningan, Elland merasakan ada yang tidak beres. Ia menatap ke arah pintu yang terhubung dengan ruang bawah tanah yang selalu dilarang oleh Suster Agate. Rasa penasaran membakar dalam dirinya. "Apa yang sebenarnya ada di balik pintu itu?" batinnya bertanya.

Tak lama kemudian, El memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berani. Dengan perlahan, ia bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu yang terikat rantai itu. Meskipun ketakutan merayap di tulang belakangnya, rasa ingin tahunya jauh lebih kuat. Ia mengintip ke arah koridor, memastikan tidak ada orang lain yang terjaga.

"Elland, ke mana kau pergi?" suara lembut Maria tiba-tiba memecah keheningan. Gadis itu berdiri di ambang pintu kamarnya, mata bulatnya bersinar dalam gelap. "Kau tidak seharusnya keluar malam-malam seperti ini."

"Maria! Aku hanya ingin melihat apa yang ada di dalam ruangan bawah tanah," jawab Elland, berusaha terdengar meyakinkan. "Kau tahu, tempat yang Suster Agate larang kita masuki."

"Elland, itu berbahaya! Kita tidak tahu apa yang ada di sana," Maria berkata, mengerutkan keningnya dengan cemas. "Apa kau tidak ingat tentang cerita-cerita yang beredar?"

"Justru itu yang membuatku penasaran! Aku harus tahu!" El menekankan, memandang Maria dengan penuh semangat. "Ayo ikut denganku. Kita bisa menemukan sesuatu yang penting!"

Maria menggigit bibirnya, terlihat ragu. "Tapi... bagaimana kalau Suster Agate tahu? Kita bisa terancam hukuman!"

"Pasti ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar hukuman," El membalas, merasa yakin. "Aku tidak bisa melakukannya sendiri. Ayo, aku butuh teman untuk menemani."

Akhirnya, Maria menghela napas berat. "Baiklah, aku ikut. Tapi kita harus cepat dan hati-hati!"

Dengan hati-hati, mereka melangkah ke ruang bawah tanah. Elland mendorong pintu yang menghalangi jalannya, rantai berderit di malam sunyi. Saat pintu terbuka, aroma lembab dan bau tanah menyambut mereka.

"Mengapa tempat ini terasa begitu... menakutkan?" bisik Maria, merangkul lengan Elland.

"Entahlah. Tapi aku yakin kita akan menemukan jawaban di sini," El menjawab, menyusuri langkahnya. Di sudut ruangan, ia melihat sebuah benda tertutup kain. "Itu dia! Ayo lihat!"

Elland menarik kain itu, memperlihatkan buku tua yang penuh dengan catatan. "Lihat! Apa ini?" ia berbisik sambil membuka halaman demi halaman.

Maria mendekat, membaca tulisan di atas kertas. "Ini... ini tidak baik. Ada catatan tentang anak-anak yang hilang!" suaranya bergetar.

"Ini bukan kebetulan!" El bersemangat. "Kita harus memberitahu Suster Agate!"

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat, dan Elland merasa ada yang tidak beres. Maria menatapnya dengan mata lebar. "Siapa itu?" bisiknya.

"Entahlah," El menjawab pelan, "tapi aku rasa kita harus segera keluar dari sini."

Saat sosok tinggi itu mendekat, Elland dan Maria saling memandang, merasakan ketegangan yang tidak bisa dijelaskan. Mimpi buruk baru saja dimulai, dan mereka harus siap menghadapi kegelapan yang mengintai di balik bayangan.

"Elland, kita harus sembunyi!" Maria berbisik dengan panik.

"Di sini!" Elland menarik Maria ke belakang tumpukan barang, sambil menahan napas. Mereka berdua terdiam, berharap sosok itu tidak melihat mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tujuh DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang