Coffemind

755 27 7
                                    


Pemain;



Pemain;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Genre: rom-com action
Mention of guns, drugs, blood.




|||




Lowongan pekerjaan setiap tahun semakin membebankan bagi orang-orang. Syarat yang tidak masuk akal, tuntutan kerja yang berlebihan, tetapi gaji masih kurang memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sampai rasanya, mimpi bekerja di sebuah kantor ternama tidak lagi menjadi tujuan. Bagi Juwita Qinanthi, sekarang apapun pekerjaannya ia ingin menerima. Setidaknya, bisa untuk bertahan hidup.

Helaan napas panjang keluar dari belah bibirnya yang sudah memucat akibat terik matahari di tengah kota. Maniknya mengedar dan menemukan sebuah coffeshop, di atas pintu berkaca itu terdapat tulisan yang menyatakan bahwa kafe ini baru saja dibuka pertama kali.

Coffemind, namanya.

Kaki gadis itu bergerak mendekat ke arah bangunan dua lantai tersebut. Masih terlihat sederhana, tetapi sesaat memasukinya ia merasa sedang pulang ke rumah sendiri. Harum aroma aneka kopi dan dessert yang terpajang begitu menarik perhatian. Dominan warna putih tulang serta cokelat, tetapi bagian kasir memiliki nuansa merah yang berani.

Ada seorang lelaki yang sedang duduk serta tiga cangkir kopi di hadapannya. Kala pintu kaca didorong oleh Juwita, menimbulkan sebuah suara membuat sosok tersebut mendongakkan kepala.

Tidak menunggu disambut, gadis itu menyunggingkan senyum yang ramah sembari berjalan. Namun, lelaki di depannya ini masih setia dengan ekspresi datar. Nampaknya, sedikit tidak menyangka atas kehadiran pelanggan pertama.

"Sudah buka ya?"

"Iya," maniknya mengerjap kemudian segera berdiri di depan alat mesin kasir. "Mau pesan apa ya, Kak?"

Tidak ada seragam yang dikenakan, Juwita hanya menyimpulkan bahwa lelaki di hadapannya ini mungkin pemilik kafe yang belum mempunyai karyawan.

Juwita menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba merasa menyesal karena memasuki tempat sepert ini. Bahkan, ia tidak memiliki pengalaman menikmati minuman aneka kopi selain sachet-an.

What If✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang