Bandung 12 tahun lalu
.
.
.
Mama pernah berkata, Anak sulung itu harus di keraskan. Karena ia kelak akan menjadi tumpuan menggantikan orang tua saat sudah tiada.
.
.
.
Arjuna berusia 15 tahun kala itu. Ia ingat betul ketika mama dan papa yang sudah lama sekali tidak mengunjunginya di rumah nenek, datang berkunjung dan membawa serta dua adiknya.Dalam 15 tahun usianya, Arjuna memang dalam asuhan orang tuanya hanya sampai usia yang ke 6. Ia di titipkan dalam asuhan neneknya. Jauh dari jangkauan orang tuanya yang lebih memilih tinggal di Semarang. Kota asal sang Papa.
Rasa senang tentu saja membuncah di hati terdalamnya. Rindu memenuhi seluruh tubuhnya.
Dengan senyum terkembang ia menyambut keluarganya. Tangannya terangkat memeluk wanita yang masih amat cantik di usia kepala 4 itu sebagai wujud rasa rindu.
Setelah hampir 2 tahun ia tidak bertemu keluarga dengan alasan keterbatasan biaya, akhirnya ia dapat merasakan dekap itu kembali.
Setelah melepas rindu pada orang tuanya, ia ganti memeluk sekilas adik keduanya. Usia mereka hanya terpaut 4 tahun. Mahesa adik kecilnya dulu sekarang sudah kelas 6. Mereka tidak begitu dekat.
Ia memilih untuk mengusap rambut hitam adik kecilnya yang paling kecil. Bocah berumur 4 tahun dengan rambut hitam lebat dan mata yang menatap penasaran pada orang asing di hadapannya.
Namanya Kaleo. Usianya terpaut 11 tahun darinya. Adik kecilnya yang lucu. Yang ia tidak bisa temani saat kelahirannya. Sekali lagi karena terbatasnya biaya dan usianya saat itu.
Ia membawa Leo masuk kedalam. Agak menghiraukan Mahesa yang lebih suka mengekori Mama yang sepertinya akan bicara serius pada sang Nenek.
"Kakak." Mahesa memanggilnya dengan suaranya yang masih cempreng.
"Kenapa?" Arjuna membalas dan menengok pada sang adik. Mereka sudah cukup menjauh dari para orang tua yang sedang berbicara serius di ruang tamu.
"Sini." Mahesa menggerakkan tangannya memberi tahu kakaknya untuk lebih mendekat padanya. Ia ingin berbisik.
Si sulung menurut. Merendahkan dirinya yang 30cm lebih tinggi dari adik tengahnya.
"Mama sama Papa mau pisah. Makanya Hesa sama adek di taruh disini sama Mama." Bisiknya.
Arjuna tertegun. Itu sungguh bukan hal yang bagus. bukan berita baik yang ia harapkan.
Semalam, ketika Nenek tiba-tiba mengajaknya bicara setelah makan malam, mengatakan bahwa keluarganya akan datang besok pagi. Dalam harapan dan doanya, Arjuna mengharap agar orang tuanya lekas datang menjemputnya dan tinggal bersama.
Tapi ternyata hidup memang tidak seperpihak itu padanya.
"Kamu bohong kan?" Arjuna menatap bengis adik tengahnya. Ia tidak suka akan berita itu. Ia tidak ingin menerima dan sepertinya ia akan menyalahkan adiknya karena menyampaikan berita buruk yang tidak ingin dia dengar.
"Tidak kak. Hesa dengar sendiri." Si tengah mencoba meyakinkan. Ia sebagai yang sudah cukup mengerti keadaan di banding adik kecilnya. Mencoba mencari pegangan pada kakak yang tak begitu di kenalnya.
Arjuna dan Mahesa tidak begitu dekat. Dahulu ketika mereka terpisah, Mahesa baru berumur 2 tahun dan belum paham apapun yang terjadi. Saat kakaknya di bawa pergi, ia hanya bisa menangis dan merengek tentang kesepiannya karena menjadi seorang diri.
"Nggak. Kamu bohong kan? Mama sering bilang kalau kamu itu tukang bohong." Si sulung malah menyudutkan. Menganggap jika ini hanya akan seperti cerita Mama di telfon tentang kenakalan adiknya.
"Tidak. Hesa tidak bohong kakak!" si tengah memekik keras. "Kalau tidak percaya tanya Papa dan Mama. Hesa sama adek tuh di buang juga kesini." Hesa tak kalah kecewa. Dalam otak remaja nya, ia merasa mereka semua jahat. Hanya adek yang tidak menyakitinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA ~ Dream Au
FanfictionKata "derana" memiliki arti tabah menderita sesuatu, tidak lekas patah hati, atau putus asa. Kata "derana" termasuk dalam kategori kata arkais. . . . . Sebuah kisah tentang 3 bersaudara. Tidak sadar saling menyakiti padahal harusnya saling menguatk...