Gracia dan Sean menghabiskan malam pertama mereka bersama setelah berbulan-bulan terpisah. Keduanya terbenam dalam kebahagiaan, seolah-olah waktu telah terhenti, dan dunia di sekitar mereka menghilang. Dengan setiap tawa dan tatapan, mereka saling mengingat kembali semua momen yang telah dibagikan sebelumnya.Setelah semua teman-teman Gracia kembali ke rumah, hanya tinggal mereka berdua. Gracia membawa Sean ke taman belakang, di mana lampu-lampu kecil berkelap-kelip menciptakan suasana romantis. Aroma bunga yang mekar di malam hari menambah keindahan suasana.
“Tempat ini terlihat indah, Gracia. Kamu selalu tahu bagaimana menciptakan suasana,” Sean berkata, tersenyum lebar.
“Semua ini untukmu,” jawab Gracia, merasakan hangatnya cinta yang mengalir di antara mereka.
Mereka duduk di bangku taman, saling bercerita tentang pengalaman mereka selama terpisah. Sean menceritakan tentang pelatihannya, tantangan yang dihadapinya, dan bagaimana dia selalu memikirkan Gracia. Sementara itu, Gracia berbagi tentang semua hal yang telah dia lakukan selama Sean pergi, bagaimana dia terus berusaha menjadi lebih baik, dan betapa ia merindukan kehadiran Sean.
Seiring obrolan mereka, ketegangan yang ada di antara mereka mulai terasa. Gracia dapat merasakan ketegangan itu, dan saat pandangan mereka bertemu, hatinya berdebar. Ia tahu bahwa momen ini sangat berarti bagi mereka.
“Sean,” Gracia memulai, suaranya pelan. “Aku merindukanmu… lebih dari yang bisa aku ungkapkan.”
Sean mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Gracia dengan lembut. “Aku juga merindukanmu, Gracia. Setiap hari, aku berharap untuk bisa kembali dan melihatmu lagi.”
Di saat itu, dunia di sekitar mereka seakan menghilang. Hanya ada mereka berdua, dan detak jantung masing-masing yang saling berpadu. Sean mendekat, dan Gracia merasakan napasnya yang hangat. Dalam sekejap, mereka saling mendekat, dan bibir mereka bertemu dalam ciuman lembut yang penuh kerinduan.
Ciuman itu awalnya pelan, namun segera membara menjadi sesuatu yang lebih dalam. Semua emosi yang tertahan selama berbulan-bulan meluap, dan Gracia merasakan betapa kuatnya cinta mereka. Sean memeluknya lebih erat, seolah ingin memastikan bahwa dia tidak akan pergi lagi.
“Gracia…” suara Sean pecah di tengah ciuman, dan dia melangkah mundur sedikit untuk menatap mata Gracia. “Aku tidak ingin ada yang menghalangi kita lagi.”
Gracia mengangguk, matanya berkilau dengan harapan dan cinta. “Aku juga tidak ingin kehilanganmu lagi. Kita sudah melewati banyak hal.”
Dengan perasaan yang membara, Sean menarik Gracia kembali ke dalam pelukannya. Ciuman mereka menjadi lebih dalam dan penuh hasrat. Dalam momen itu, mereka merasa seolah dunia di sekitar mereka tidak ada. Mereka hanya berdua, saling menemukan kembali satu sama lain.
Gracia merasakan sentuhan lembut tangan Sean di punggungnya, dan merespons dengan mendekatkan tubuhnya. Keduanya terjebak dalam suasana penuh cinta dan keintiman yang telah lama dinantikan. Mereka menyadari bahwa cinta yang mereka miliki tidak hanya sekadar perasaan, tetapi juga ikatan yang kuat yang mengikat mereka.
Saat mereka terpisah sejenak untuk bernapas, Gracia merasa jantungnya berdebar. “Sean, aku… aku ingin kita melakukan ini dengan benar. Kita sudah menunggu terlalu lama.”
Sean mengangguk, menyadari apa yang Gracia maksud. “Aku ingin bersamamu, Gracia. Denganmu, aku merasa lengkap.”
Dengan hati-hati, Sean mengangkat Gracia ke pelukannya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Keduanya berjalan pelan, saling berpegangan tangan, merasakan kehangatan satu sama lain. Di dalam kamar, suasana terasa intim, dan cahaya bulan menerangi ruangan dengan lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/380297949-288-k47533.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Uniform
General FictionDi balik seragam yang rapi dan disiplin militer yang ketat, ada kisah cinta yang berkembang dalam diam. Sean Nathaniel Valerio, seorang prajurit muda yang berani, telah mengabdikan hidupnya untuk melindungi tanah air. Setiap hari, dia berlatih denga...