[Season I END] : Gak Kuat Lagi.

2.5K 99 9
                                    

Episode sebelumnya :

"Tina, Video Call?"

Aku melihat ke arah layar ponsel hape itu dengan kondisi Batang yang tertancap dalam lubang Pak Hasan.

•••

Mendengar itu, mata Pak Hasan membelalak seketika. Aku melirik dan menyeringai kecil ke arah wajah panik Pak Hasan yang benar benar menggairahkan.

Aku mencabut pedang perkasaku dari lubang Pak Hasan yang sudah menampakan jalan masuk pedangku untuk kembali ke dalam. Mengambil hp yang masih berdering itu dan kembali ke ranjang.

Aku bersender di kepala ranjang, "Sini Pak."

Badannya yang setengah lemas, merangkak mendekatiku, "A...apa yang mau kamu lakukan...?" Suaranya gemetar.

"Dudukin nih pak." Aku menunjuk ke batang panjang yang menjulang keras milikku ini.

"Cepet, atau mau saya angkat telpon ini? Ngeliat bapaknya telanjang bulet ngelayani suaminya sendiri?" Ancamku.

Dia diam terpatung, tak menyangka aku memikirkan hal seperti ini.

"CEPAT!"

Aku membentak sampai membuatnya tersentak. Ia mendekatiku dengan penuh keraguan, "Tapi... Nak... Sa..ya..."

"Udah, cepetan." Kataku singkat

Dia menelan ludah dengan keraguan penuh di dalam matanya, ia mulai memposisikan dengan hati hati lubang mungil miliknya menuju batang pohon kekar milikku ini.

Kepala batangku sudah menyentuh bibir bokongnya, membuatnya berkedut kembali. Sementara ia masih fokus dibawah sana. Menarik nafas panjang yang memancarkan ketakutan.

Rasanya aku ingin sekali membebankan pundaknya supaya pusakaku bisa langsung bles sepenuhnya masuk ke dalam sangkar kenikmatan yang hanya dimiliki oleh dirinya itu.

Tapi, melihatnya tidak memiliki pilihan lain selain melakukan apa yang tidak mau dia lakukan rasanya memberikan kepuasan tersendiri bagi nalar birahiku. Ia terlihat lucu saat melakukannya, jadi aku membiarkan dia berusaha lebih jauh lagi.

Ia mulai melipat kakinya, menandakan posisinya sudah semakin turun. Yah, karena kondisi lubangnya masih rileks, jadi tidak perlu serepot pertama kali untuk membuka jalannya yang sempit itu.

Ia mengigit bibir bawahnya, bukan karena nikmat, tapi menahan rasa mengganjal yang serat perlahan mau tidak mau membuka jalan lubangnya sekali lagi. Ia terus turun kebawah.

"Hmmmhhhgg.... hahh..." Aku mulai merasakan sensaji pijatan dinding lubangnya yang mulai menjepit.

Masih setengah jalan, ia berhenti, "N...Nak... S..saya rasa.. ini.. tidak bisa... Lebih dalam..." Kakinya mulai bergetar kembali.

Pijatan lubangnya membuat kesabaranku termakan dan akal sehatku mengumpat, karena tidak bisa menahannya lagi, aku dengan refleks menarik pundaknya kebawah, otomatis dengan kejutan semuanya masuk ke dalam lubang bapak mertuaku ini.

"AAARRGHHHH...!" Histerisnya kembali terdengar. "Hiks... Hiks... P..pelan... Pelan..." Ia kembali merengek. Dasar orang tua cengeng, pikirku.

Jepitan lubangnya benar benar membuatku naik ke langit ketujuh, sensasi hangat yang menggairahkan, benar benar spot yang sempurna bagi batang kekar sepertiku ini. Ini adalah hal yang ku impikan sedari lama.

"Cepet gerakin pak." Kataku memerintah, meskipun mataku masih merem melek karena nikmatnya perawan Mertuaku ini.

Saat itu, deringan Video Call dari Tina sudah usai. Ia melihat mataku dengan tatapan tidak percaya, "Cepet gerakin pak, atau saya mau telpon Tina lagi sekarang?" Kataku dengan mengintimidasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENAKLUKAN BAPAK MERTUA [SEASON I END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang