II - Ngintip

6.7K 72 6
                                    

Chapter Sebelumnya :

Kini aku sudah berdiri diatas sana, membungkukkan sedikit badanku, mencari celah paling tepat untuk melihat wujud bugil Bapak mertuaku sendiri, dengan kulit putih mulusnya itu tanpa sehelai benang-pun....

•••

Mataku membelalak dari balik ventilasi ini, tubuh putih kemerahan yang terbanjur oleh air, tubuh bapak mertuaku begitu berkilau karena cahaya lampu redup kamar mandi memantulkan bias air yang tertempel pada tubuhnya. Aku menelan ludah.

Tak butuh waktu lama untuk pusaka ku berdiri tegak di balik celana kolor pendek diatas lutut ini. Tangan kanannya membasuh dengan gayung, sementara tangan kirinya mengusap sekujur tubuhnya yang sudah terekspos tanpa penghalang apapun itu.

Air liurku tak sadar mengalir keluar begitu saja melihat semok dan sempurnanya tubuh bapak mertuaku. Mataku semakin membelalak ketika pandanganku mulai turun, ke area kejantanan bapak mertuaku ini. Sebuah kepala batang kecil yang masih tertidur!

Bahkan bulu diantara batang itu beberapa sudah memutih seperti layaknya uban. Dua buah biji yang menggelantung, terkoyak kesana kemari mengikuti gerakan tubuh Bapak mertuaku ini. Kepala batangnya sendiri berwarna merah muda dengan kulit yang mengelilinginya berwarna putih susu.

Air precum sudah membasahi celana kolorku bahkan saat aku tidak sama sekali menyentuhnya. Jantungku kian lama berdegup kencang. Hasrat yang meledak-ledak sampai membuat nafasku sedikit tidak teratur. Aku ingin menguasai tubuh bapak mertuaku ini! Tekadku dalam hati.

Di tengah perasaan yang bergejolak itu, kini tangan bapak meraih sesuatu, ternyata itu adalah sabun batangan miliknya sendiri yang ia bawa dari kampungnya. Dia mengoleskan sabun itu ke dadanya, mengenai kuncup pentil merah mudanya itu, turun mengenai pusar di tengah perut, kini tubuhnya sudah setengah berbusa!

Aku mulai merogoh bagian dalam celanaku, mengenggam batang yang sudah berdiri maksimal ini. Bahkan kedutannya sudah terasa meskipun hanya dalam genggaman saja. Aku memaju mundurkan tanganku seiring bapak mertuaku memoles badannya dengan sabun itu.

Kini kian menurun sampai di paha montoknya, ia memolesnya dengan perlahan, meninggalkan jejam sabun pada kulit putih mulusnya itu. Beranjak ke tengah, akhirnya ia menyabuni pusaka keramatnya itu dengan sabun!

Gerakan tangannya maju mundur, seperti yang aku lakukan saat ini, tapi miliknya tidak terbangun sama sekali. Bergeser sedikit, ia memoles bagian pahanya yang satu lagi. Sementara di sisi lain, kedutan di batangku semakin menguat seiring aku mengocoknya semakin cepat, aku bisa merasakan ukiran urat di dinding batangku sudah sangat mengencang!

"Mghhh... Hahh... Mnnhhmmm...." Deruh nafasku sembari mengigit bibir bawahku, mataku masih tetap membelalak melihat kegiatan Bapak mertuaku sendiri di dalam sana.

Ia mengguyur badannya kembali dengan gayung penuh air, seketika seluruh tubuhnya yang tertutup dengan busa kembali terlihat dengan jelas. Aku semakin mempercepat ritme kocokanku, menahan deruh desahku melihat tubuh montoknya itu.

Crooot! Crooot! Croott!

Cairan kejantananku keluar dengan derasnya disertai keringat yang memandikan tubuhku karena semua adrenalin dan hasrat ini. Membasahi seluruh bagian dalam celana kolorku, kini aku terlihat seperti seseorang yang kencing di celana saking basahnya.

Kakiku bergetar hanya karena sensasi klimaks ini, bahkan telapak tanganku juga sampai luber terkena cairan kejantananku. Di tengah nafas yang memburu, salah satu kakiku salah berpijak, aku kehilangan keseimbangan!

Bunyi gemuruh memenuhi ruangan dapur saat itu karena aku terjatuh dari sana.

"Abi...?!" Teriak Bapak mertuaku dari dalam.

Aku panik bukan kepalang, apa bapak tau sedari tadi aku mengintip dirinya...? Aku beranjak bangkit dengan cepat, menopang tubuhku dengan kedua tanganku dan berdiri, rasanya bokongku masih nyeri karena langsung terhantam lantai dapur kami.

"Suara apa bi..?!" Kembali Bapak mertuaku berteriak dari dalan sana. Aku berusaha tenang dan menyembunyikan kepanikanku ini, "Gak apa-apa, pak. Tadi saya kepeleset. Hati-hati licin pak." Kataku berbohong selancar bernapas.

Aku kaget ketika pintu kamar mandi terbuka begitu saja, terlihat bapak mertuaku di dalam sana sudah menyimpangkan handuk dari bawah perut sampai lututnya. Dia benar benar orang yang cekatan dan cepat, pikirku.

Ia melihat diriku yang masih merintih sakit, raut wajahnya terlihat seperti khawatir campur kasian dibuatnya. Sementara aku masih memegangi bokongku karena rasa sakitnya. Ditengah-tengah merasakan sakit, aku baru teringat saat ini, celanaku masih sangat basah dan beraroma khas kejantanan! Jangan sampai Bapak mertuaku ini menyadarinya, pikirku.

Tangan Bapak meraih pundakku yang sedang terbungkuk, "Bapak pijat aja, ya? Takutnya nanti malah makin sakit, bi." Tawar bapak mertuaku itu. Sialan, suaranya serak namun terdengar sangat lembut.

Namun, pijat... Ya? Langsung terbesit rencana jahat untuk keuntungan semata dari isi kepalaku. Tidak ada alasan untuk aku menolaknya. Aku menelan ludah.

"Nggak usah, pak. Gak apa ini mah sepele." Kataku basa-basi supaya tidak terlihat sangat ingin melakukannya. "Wes, gakpapa. Bapak di kampung jago mijat, kamu tenang aja." Jawab Bapak mertuaku cepat. Dia memakan umpannya.

"Yaudah, pak. tolong ya pak." Kataku. Ia membalas dengan anggukan, "Yowes, kalau gitu bapak pakai baju dulu. Kamu tunggu aja di kamar atau dimana?" Tanyanya. Tanpa keraguan sedikitpun, aku menjawab "Di kamar saya aja pak."

Dia mengiyakannya dan berjalan menuju ke kamarnya untuk memakai baju, padahal aku lebih senang jika dia tidak menggunakannya sama sekali, Hahaha!

Sementara aku berjalan dengan tergopoh menuju kamarku sendiri. "Ini kesempatan emas." Batinku menggerutu. Meskipun masih terasa nyeri di bokongku akibat terjatuh tadi, namun dalam hatiku sangat bergelora dan dipenuhi dengan hasrat baru.

Aku membuka bajuku, kemudian celana kolorku ini. Kini hanya tersisa celana dalam sebagai penutup batang pusaka milikku. Namun, ide lain terlintas di dalam kepalaku. Rasanya aku ingin menggoda bapak mertuaku dengan melucuti seluruh pakaianku dan mengekspos keseluruhan bagian tubuhku ini.

Aku membuka celana dalamku, kini aku benar benar seperti seorang bayi yang baru lahir! Tanpa pakaian apapun yang menutupi. Meskipun selangkangku masih berbau pandan karena bekas klimaks yang barusan terjadi, namun aku bersikap cuek karena sudah kalap.

Telentang di kasurku, kini aku menutupi tubuh bawahku hanya dengan selimut, menunggu bapak datang masuk kesini. Menyeringai, aku akan melakukannya, Pak Hasan.

BERSAMBUNG.

•••

Double Update Incoming!


Halo, Readers. Long time no see! Makasih yang udah setia nunggu Update cerita ini. Sebagai permintaan maaf, Author akan membuat double update untuk hari ini, ditunggu ya semua!

***

Wih, Abi. Bener-bener nyari kesempatan dalam kesempitan! Sampe bapak mertua aja diembatnya! Kira-kira, apa akal bejat yang bakal dilakuin menantu itu untuk menaklukan mertuanya sendiri, ya?!

Selanjutnya : Permainan Tangan Bapak Mertua

Setiap Vote kamu berharga untuk semangat author terus mengupdate cerita ini, Readers! Jadi jangan lupa untuk vote, ya! Terimakasih semua.


MENAKLUKAN BAPAK MERTUA [SEASON I END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang