"Kami sudah menyiapkan ruangan untuk kalian."
"Tidak perlu, kami harus bergegas."
"Kita akan menyerahkannya padamu, kita akan menghadapi pertarungan sulit mulai besok," tukas Kakashi.
Naruto menunduk "Aku tahu."
Langit semakin gelap, suasana di desa Suna lebih dingin karena dipenuhi Padang pasir. Tapi itu tak begitu berarti bagi seorang gadis yang berdiri di atap penginapan desa Suna dengan pakaian terbuka.
"Kau tidak kedinginan?"
"Seandainya kau ingin memberikan ku jaket mu," Sakura berujar demikian sambil melirik ke sampingnya, mata Sakura membulat kala melihat Kakashi melepaskan jaketnya dan dengan perlahan ia mendekati Sakura untuk memasangkan jaketnya dengan hanya pada kedua bahu Sakura.
"Sensei... sebenarnya apa arti diriku bagimu?"
"Kau muridku."
Deg
Sakura tersentak mendengarnya, seharusnya Sakura senang mendengarnya. Tapi ada yang mengganjal dihatinya, padahal memang tak ada apapun diantara mereka. Sakura terlalu berlebihan tentang hal ini, Sakura tak seharusnya seperti ini.
"Dengarkan aku, Sakura." Kakashi bergumam dan kemudian mereka saling berpandangan. "Kau hanya merasa kasian setelah melihat masalalu ku, tak ada perasaan spesial yang kau pikirkan, itu semua hanya ilusi belaka. Perasaan kasian itu memang akan selalu ada, jadi, jangan selalu mengingat-"
"Tapi ini sudah hampir setahun!" Sakura menyela ucapan Kakashi. "Memang tidak ada apapun diantara kita selain hanya tidur bersama, tapi..." Sakura menyentuh dadanya yang terasa sesak.
"Pergilah beristirahat," Kakashi berpaling dan mulai melangkah menjauhi Sakura. "Kita akan menghadapi pertarungan sulit mulai besok."
Air mata Sakura menetes, angin malam ditempat itu menciptakan suhu yang begitu dingin, yang menusuk kulit Sakura hingga seolah menembus ke dalam hatinya. Dadanya semakin terasa sesak.
Keesokan harinya pertarungan di mulai, Kakashi dan Naruto melawan Deidara, sementara Sakura dan nenek Chiyo yang hendak menyerang Kakashi kemarin bertarung melawan Sasori.
Pertarungan yang sengit berlangsung cukup lama hingga Sasori mati dan Naruto dapat menyelamatkan Gaara, tapi Gaara sudah tak bernyawa, disaat itu nenek Chiyo melakukan teknik reinkarnasi pada Gaara agar Gaara kembali hidup.
Mata Sakura berkaca-kaca selama mendengarkan ucapan terakhir nenek Chiyo, air mata Sakura terus menetes mendengarkannya. Hal itu membuat Kakashi memperhatikan, ia tahu bahwa teknik reinkarnasi ini mungkin memiliki resiko yang besar.
Kakashi melangkah ke belakang Sakura, menepuk bahu Sakura dengan lembut dan mencoba untuk menenangkan gadis itu. Tapi Sakura malah semakin menangis terisak karena sentuhan tangan Naruto di bahunya.
Hingga nenek Chiyo kehilangan kesadarannya, Sakura langsung duduk untuk menahan tubuhnya. Sakura menatap nanar, terus memperhatikan wajah nenek Chiyo hingga Gaara tersadar, sekarang nenek Chiyo telah meninggal dunia.
"Benarkah? Wajahnya terlihat begitu damai, sepertinya dia menipu kita lagi."
Air mata Sakura menetes, lagi, mendengar ucapan kakek tua yang merupakan adik dari nenek Chiyo. "Ya..." Sakura mengeratkan rangkulannya pada lengan nenek Chiyo. "Ya..."
"Naruto, kau benar-benar orang yang sangat aneh, kau memiliki kekuatan untuk mengubah orang." Temari menunduk sekilas. "Nenek Chiyo selalu mengatakan kalau dia tidak peduli apa yang terjadi di desa, dia bukan tipe orang yang mau melakukan hal ini untuk Gaara."
"Nenek Chiyo mempercayakan masa depan di tanganmu dan Gaara-kun. " Kakashi menyahut. "Sebuah akhir yang indah, sangat pantas bagi seorang shinobi sejati."
"Sama seperti Sandaime Hokage."
"Benar."
"Hum! Aku benar-benar mengerti bagaimana perasaannya saat ini."
"Huh?! Gaara-sama!" Matsuri terkejut melihat Gaara yang tiba-tiba bangkit berdiri.
"Aku baik-baik saja."
Gaara memaksa dirinya untuk berdiri dan saat itu Naruto langsung membantunya untuk berdiri, Sakura yang masih menangis terkejut saat melihat Naruto dan Gaara berdiri di depannya dan nenek Chiyo.
"Semua berdoa untuk nenek Chiyo," Gaara berujar sambil memejamkan matanya diikuti yang lainnya.
Nenek Chiyo...
.
Di pemakaman nenek Chiyo, Sakura diam berdiri seorang diri disana. Semua orang telah pergi usai pemakaman, walaupun hanya bertarung bersama sebentar, tapi semua itu meninggalkan kenangan.
Lagi-lagi air mata Sakura menetes, mengenal nenek Chiyo hanya sebentar. Tapi tetap saja hal itu menyakitkan saat ditinggalkan, lagi-lagi Sakura menangis. Hingga seseorang berdiri di belakang Sakura, sangat dekat.
Sakura mendongak ke belakangnya, matanya langsung bertatapan dengan mata Kakashi. Entah kenapa Sakura langsung membalikkan tubuhnya, memeluk tubuh Kakashi.
'Nyaman...'
"Menangislah..."
"Bodoh..." Tubuh Sakura gemetar, ia beberapa kali memukul dada bidang Kakashi. "Jika ingin menjauh setidaknya jangan berada di sisiku di saat seperti ini... kau benar-benar..."
Kakashi mengeratkan pelukannya, rasanya begitu nyaman, Kakashi belum pernah berpelukan dengan seseorang, bahkan mungkin ayahnya. Seharusnya Kakashi tak seperti ini, tapi Kakashi tak tahan melihat Sakura terus menangis.
Kakashi sudah terbiasa berada di sisi Sakura disaat gadis itu berada di masa-masa sulit, sungguh menyakitkan melihat gadis itu menangis sendirian tanpa ada siapapun disisinya.
Sebenarnya, selama Kakashi menjauhi Sakura, Kakashi selalu melihat gadis itu bersedih. Kakashi berpikir bahwa itu karena Sasuke, Kakashi juga ingin berada disisinya untuk menghiburnya, tapi Kakashi tak bisa melakukannya.
Kakashi telah melakukan kesalahan pada gadis itu, mengambil semua yang berharga baginya. Kakashi tidak pantas untuk bersamanya, tapi setelah mendengar ucapan Sakura kemarin, Kakashi semakin merasa bersalah.
Sakura merasa sedih karena dirinya, bukan karena orang lain, Kakashi tak bisa berdiam diri karena hal itu. Melihat wajah sedih Sakura membuat Kakashi ikut sedih, rasanya menyakitkan saat melihat tatapan sendu gadis itu.
Langit mulai gelap, angin berhembus kencang dan membuat suhu udara dingin. Kakashi menarik Sakura pergi dari sana, membawa Sakura ke penginapan tempat mereka beristirahat.
"Sensei..."
"Aku tidak akan menjauhi mu lagi, karena itu jangan menangis terus, Sakura..." Kakashi menepuk pelan kepala Sakura.
Sakura mengangguk lesu. "Apakah hubungan kita...?"
"Semua baik-baik saja, tidak perlu memikirkan hal yang tak penting."
Sakura menunduk, Sakura berjalan ke kamarnya, ia senang karena Kakashi tidak menghindarinya lagi. Tapi entah kenapa Sakura merasa tidak begitu puas dengan hal tersebut, sebenarnya apa yang salah?
Sakura sendiri tak mengerti dirinya, Sakura membaringkan tubuhnya diatas ranjang, menatap langit-langit kamar. Perlahan Sakura memejamkan matanya dan terlelap, ia tak seharusnya banyak mengeluh setelah semuanya.
Sementara itu, di kamar Kakashi, Kakashi melihat bunga sakura dan tangkai yang masih ia simpan, bunga sakura itu sama sekali tidak layu. Kakashi bingung melihatnya, tapi yang lebih membingungkan itu bunga sakuranya kembali berwarna merah muda.
Kenapa warnanya kembali?
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Ikatan
RomanceMimpi itu selalu datang dan membuatku lebih mengenalmu, mengetahui bagaimana dirimu selama ini, semuanya menyakitkan. Entah ikatan apa yang terjalin hingga mimpi itu terus datang dan merenggut tidur ku, mengambil semua pikiran ku setiap detik...