Sudah lima hari berlalu sejak Sophie dirawat di rumah sakit. Meskipun dirinya terkurung dalam kandang sepanjang waktu, namun Sophie tidak merasa kesepian. Ada dokter dan perawat yang ramah, selalu menyapanya meski Sophie hanya bisa mengeong. Saat jam makan siang, para perawat wanita juga sering sekali kemari. Mereka berkumpul, menyantap bekal sambil sesekali bergosip. Mulai dari dokter A yang ketahuan selingkuh dengan perawat B, pasien C yang sudah tua tapi tidak ada keluarga yang datang berkunjung sama sekali, pasien D yang baru-baru ini meninggal meskipun keluarga sudah berupaya menyelamatkannya. Sambil berbaring menahan kantuk, Sophie tidak pernah melewatkan session ini. Sophie berharap dia bisa mendengar kabar tentang dirinya dari mulut para perawat.
Hal terakhir yang membuat Sophie senang dan takjub karena ia bisa mendengar suara hewan. Selain dirinya, ada dua hewan lainnya yang juga dirawat. Mengingat malam di hari pertama dia tiba di rumah sakit, betapa ketakutannya dirinya saat bermunculan suara-suara di sekitarnya.
"Halo, selamat datang kawan!"muncul suara serak yang berada takjauh darinya.
"Selamat datang! Selamat datang!"suara lain yang nyaring terdengar di atas.
Sophie yang saat itu tertidur karena kelelahan pun langsung terbelalak terbangun. Melihat sekitarnya yang gelap gulita, bulu kuduk Sophie merinding.
"Kalian..bukan hantu,kan?"tanya Sophie ketakutan.
"Hantu! Bukan hantu! Selamat datang! Hantu!"suara dari atas terdengar kembali dengan nada riang.
"Diamlah beo dungu! Kamu malah menakut-nakuti kawan baru kita,"pemilik suara serak tersebut kembali memperingatkan.
Mendengarnya, Sophie tersadar dan syok. Matanya mulai menyesuaikan dengan kegelapan. Di depan Sophie terdapat kandang yang berisikan anjing labrador tua berwarna kuning. Sedangkan, di atasnya terdapat sangkar berisi burung beo yang terlihat enerjik. Menyadari bahwa dia bisa mendengar suara hewan membuatnya terpana.
"Apa kalian yang mengajakku berbicara?"
"Tentu saja,"suara serak terdengar kembali dari arah anjing labrador.
Dan semenjak malam itulah, Sophie mengenal tetangga barunya yaitu si serak Coco dan si dungu Milo. Kehadiran keduanya menambah keseruan di kehidupan Sophie sampai ia hampir melupakan masalahnya.
Hingga Sophie dinyatakan sembuh oleh sang dokter dan mendengar bahwa beliau berencana untuk mengembalikan Sophie kepada keluarga si 'pemilik'.
Sophie merasa senang mendapati dia akan segera bertemu dengan kedua orang tuanya. Tak terasa, dua tahun berlalu semenjak kepergiannya untuk berobat dan terpaksa meninggalkan mereka.
Sophie semakin merasa bersalah. Sejak kecil hingga sekarang dia selalu membuat orang tuanya khawatir dan cemas.
'Semoga mereka baik-baik saja', harap Sophie dalam hati.
Hari yang dinantikan pun tiba. Dokter beserta Sophie yang terbaring di dalam kandang bergegas menuju ruang ICU. Tepat di pintu luar ICU, kedatangan dokter disambut beberapa orang. Sophie mengenali beberapa dari mereka. Kedua orang tuanya, kerabat, sahabat dan beberapa teman SMA dan kuliah.
"Halo, Dok! Perkenalkan nama saya Gunadi. Saya adalah ayah dari Sophie, pasien ICU yang mengalami kecelakaan beberapa hari lalu. Kemarin dokter sempat menelpon saya untuk meminta bertemu. Boleh saya bertanya, perihal apa ya, Dok?"tanya Gunadi was-was sambil bergegas maju sambil menjabat tangan dokter. Sophie melihat wajah ayahnya yang sedikit berubah dari ingatannya. Kini sedikit uban putih menghiasi rambut depan ayahnya yang masih berumur sekitar 40 tahun-an. Badannya tidak setegap dulu dan raut mukanya terpancar kelelahan.
Terlihat wanita di sampingnya memegang ujung baju Gunadi sambil memandang dokter dan Gunadi. Wanita ini adalah ibu Sophie, Helen.
"Apakah kucing ini milik putri Anda?" tanya dokter sambil mengangkat kandangku, menunjukkan diriku yang berada di kandang ke hadapan mereka. Kedua orang tua Sophie saling memandang dengan wajah bingung dan tidak yakin.
Dokter pun melanjutkan. "Petugas ambulans menemukannya tergeletak bersama putri Anda di tempat kecelakaan. Setelah tidak menemukan pemiliknya, kami menduga kucing ini milik putri Anda."
"Memang, sejak kecil Sophie sangat menyukai hewan, terutama kucing,"Gunadi menjelaskan perlahan. "Tetapi karena tubuhnya yang lemah dan mudah sakit, kami melarangnya memiliki hewan peliharaan. Dua tahun yang lalu, Sophie sempat menjalani operasi diluar negeri sendirian dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Kami tidak yakin dia memiliki peliharaan saat itu."
Mereka bertiga terdiam sejenak. Dokter pun memutuskan untuk membawa Sophie kembali. Jika tidak ada yang mencarinya, ia akan mengadopsi kucing tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih dan berniat mengundurkan diri, tiba-tiba terdengar suara terkejut dari kerumunan teman sekolah Sophie.
"Ruby!? Ruby kenapa kamu bisa di sini? Padahal sudah kucari kemana-mana," wanita berambut coklat gelombang segera menghampiri sang dokter dan menatap kucing yang terbaring di dalamnya. Sophie terdiam heran. Dia tidak mengenali wanita tersebut.
"Apa Anda pemilik kucing ini?"tanya dokter. Sophie juga penasaran. Jadi kucing ini bernama Ruby?
"Benar, Dok! Saya adalah pemiliknya. Nama saya Noura. Saya bisa membuktikan kucing ini adalah milik saya. Ada bekas luka kecil di leher Ruby," jawab wanita tersebut,meyakinkan Dokter bahwa ia telah menemukan pemilik yang benar. "Kemarin Ruby sempat menghilang. Saya berhari-hari mencarinya kemana mana. Saya tidak menyangka menemukannya di rumah sakit."
"Kucing Anda juga mengalami kecelakaan yang sama dengan putri Pak Gunadi," sang dokter menjelaskan. Mendengarnya, wajah wanita itu seakan tak percaya.
"Bagaimana bisa...," ujar Noura sangsi, sambil memandang tajam ke arah Sophie. Sophie merasa tidak nyaman dengan pandangan wanita tersebut.
"Ada apa, Dok?"tanya ayah Sophie yang bergegas menghampiri dengan wajah penasaran. Dokter menjelaskan bahwa wanita dihadapannya adalah pemilik kucing yang dicarinya.
Ayah Sophie turut senang mendengarnya. Dokter bergegas mengembalikan si kucing kepada wanita tersebut. Tapi bagaimana bisa Sophie mengikuti orang asing? Bahkan memikirkan harus berpisah dengan tubuhnya, Sophie memberontak, menunjukkan penolakan keras. Sayangnya, ia terkurung dalam kandang dan tidak bisa keluar. Ia hanya bisa pasrah dan terpaksa mengikuti Noura untuk sementara waktu. Sophie segera memikirkan seribu satu cara untuk kabur.
Dokter merasa lega. Setelah benar-benar menjelaskan keadaan si kucing dan prosedur pembayaran pengobatan, tugasnya sudah selesai dan berbalik pergi dengan tenang. Yang lainpun memutuskan untuk pamit pulang ke Pak Gunadi dan Bu Helen karena ada keperluan lain dan waktu berkunjung juga sudah hampir selesai. Pak Gunadi juga berencana mengajak makan istrinya di kantin rumah sakit.
Semuanya pergi dan tidak terlihat siapapun. Perlahan, sosok Noura terlihat kembali diam-diam sambil tetap membawa kandang kucing. Dia berhenti tepat di depan pintu, memandang pintu ICU cukup lama. Sophie ragu, namun tidak bisa membaca apa yang tersirat di pikiran dan wajah Noura. Lima menit berlalu lambat. Perlahan pandangannya beralih ke kandang kucing yang dipegangnya. Diangkatnya kandang tersebut. Sophie dapat melihat mata Noura yang memandangnya secara...excited?. Sayup-sayup, hampir tidak terdengar, Sophie mendapati Noura berbisik lembut namun membuat bulu kuduknya merinding.
"Sophie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yum Yum Moments
Romance【Pewaris cantik, gadis Bar-bar×Suka makan+Cinta segiempat+Romantis】Siapa yang tidak suka dengan kucing? Suka. Bahkan ketika hewan satu ini dalam bahaya sontak kita berusaha melindunginya. Namun, ketika akibatnya adalah dirimu yang menjadi kucing, ba...